T&T : Part 23

712 103 26
                                    

нappy readιng!

"Dimana Rara?!" teriakan Rion terdengar begitu mengerikan.

Menakuti setiap orang yang mendengarnya. Bagaimana tidak? Saat mendengar berita tentang Rara yang diserang penagih hutang, Rion langsung meninggalkan rapat dan untung saja Henry bisa menanganinya. Saat ini rasa panik bercampur marah membuat Rion ingin menghancurkan apa saja yang menghalangi jalannya. Ia merasa heran kenapa bisa penagih hutang menyerang Rara? Sejak kapan Rara meminjam uang? Itu sangat tidak mungkin dan saat Rion mendapatkan jawaban, ia semakin merasa kesal.

Kenapa selalu pria itu menjadi hal yang membuat semua menjadi kacau?

Seharusnya Rara akan tetap aman dalam perlindungan jika saja tidak terlalu mengkhawatirkan Devan. Sejak mengenal pria itu, Rara berubah. Ia menjadi lebih tidak memperdulikan keselamatannya. Demi Tuhan, dimana dua pengawal yang dipekerjakan untuk menjaga Rara?! Apa mereka lupa dengan pekerjaan yang diberikan? Apa mereka sudah bosan hidup?!

"Tuan.. Nona.." Ulfa, pelayan rumah mereka menunduk takut dan menunjuk tempat dimana Rara berada.

Tanpa mempedulikan hal lain, Rion langsung menuju ruang disamping beranda dan membuka pintu dengan keras. Mengejutkan tidak hanya bi Sri tapi juga Rara yang tengah di obati.

Diobati?!

"What the hell is happening?" Bentak Rion marah dan semua orang otomatis menunduk dan meringis takut.

Terutama Rara yang sebenarnya tidak menyangka jika Rion akan sangat marah. Wanita itu meringis dan menunduk, tidak berani menatap Rion. Jadi, pada akhirnya Rion meminta penjelasan pada bi Sri yang menghela nafas.

"Para penagih itu mencoba masuk dengan paksa ke rumah Devan. Tapi, beruntung Evan segera datang—"

"And where the hell everyone of you at the time?!" Rion memotong perkataan bi Sri dan menatap beliau dan Lily bergantian.

Amarahnya sudah memuncak dan dia hampir saja melakukan hal yang akan disesalinya. Yaitu memecat mereka berdua. Tapi, Rara dengan cepat mengeluarkan suara.

"Aku yang memaksa mereka untuk tinggal dirumah, Rion. Sebenarnya, aku baik - baik saja. Ini hanya sedikit goresan dan—" Rara mencoba tetap tenang tapi begitu melihat tatapan tajam Rion, ia mendadak diam.

Bibirnya terasa kelu karena ia terlalu takut untuk mengeluarkan suara lagi. Ekspresi Rion saat ini lebih menakutkan dari biasanya. Ekspresi yang terlihat seakan ingin membunuh seseorang. Apa Rion ingin membunuhnya? Aku sudah membuat masalah ya? Pikir Rara dalam hati.

Beberapa detik mereka semua hanya diam. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Bahkan jangkrik diluar sana terlalu takut untuk menimbulkan bunyi. Sampai akhirnya terdengar suara helaan nafas Rion dan suaranya.

"Tinggalkan kami berdua." Suara Rion masih terdengar kaku namun lebih tenang dari sebelumnya.

Semua yang ada disana selain Rara segera mematuhi permintaan Rion dan bergegas keluar.

"Tinggalkan itu." Ujar Rion pada Lily yang hendak membawa peralatan P3K.

Begitu pintu tertutup, suasana kembali hening. Rion kembali menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar. Membuat Rara semakin menundukkan kepalanya merasa bersalah. Ia meremas jari tangannya dan mencoba untuk tidak menangis. Apapun yang akan dikatakan Rion, pria itu pasti marah.

"Kenapa tidak ke rumah sakit?" Namun yang di dengar Rara membuat wanita itu tergelak dan mendongak tidak percaya.

Suara Rion terdengar begitu lembut seakan tidak ada sedikitpun amarah disana. Raut wajah pria itu melembut namun sirat kekhawatiran. Berbeda sekali dengan yang terakhir Rara lihat.

Trapped in Trap (ONHOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang