Kejutan

4.2K 512 6
                                    

Bismillah

Selamat membaca

****

Tidak ada wanita yang pernah memimpikan sebuah kegagalan dalam pernikahan, termasuk pula Bian. Ia tidak pernah mau menorehkan sejarah perceraian dalam hidupnya. Tapi mau bagaimana lagi, ia hanya bisa pasrah pada takdir yang tergaris.

Sungguh, Bian tidak sanggup lagi hidup bersama pria yang selalu menyiksanya lahir dan batin, oleh karena itu perceraian adalah jalan terbaik yang dapat ia lakukan. Dan cukup hal itu menjadi penutup segala sesal yang ada.

Pemandangan dihadapan sana membuat hati Bian sesak. Seharusnya dirinya yang berada diposisi itu. Jika saja dulu ia tidak bersikap bodoh mungkin dialah yang akan menjadi pusat perhatian Khabib, bukan Sina.

Tak lama, dilihatnya Khabib masuk kedalam rumah, meninggalkan Sina yang kini berjalan kearahnya. Ia bisa melihat senyum Sina terukir meski tertutupi cadar. Bagaimana mungkin wanita itu masih bisa tersenyum padanya? Saat tahu dia adalah mantan tunangan sang suami.

"Kamu benar sudah pesan taxi?"

Lihatlah bahkan Sina sangat peduli. Tapi ... Bian tidak akan tertipu.

"Bian?"

"Eh iya. Udah." Jawabnya dengan mengulas senyum tipis.

"Aku temenin nungguin taksinya."

"Kamu kenapa baik sama aku?" tanyanya to the point.

"Kenapa aku harus jahat sama kamu?"

Menarik sudut bibir Bian lantas menghadap Sina sepenuhnya.

"Kamu gak usah sok baik. Aku tahu masa lalu kamu."

Ada keterkejutan yang Bian lihat dari kedua mata Sina. Dan itu cukup banyak membuatnya lebih bersemangat untuk bicara.

"Kamu mantan wanita malamkan? Apa menurut kamu Khabib pantas mendapatkan wanita seperti kamu?" Bian mendekat satu langkah dan kembali buka suara, "Khabib adalah pria baik-baik. Saat kami berhubungan dia tidak pernah menyentuhku seujung kukupun. Bukankah dia pantas mendapatkan wanita yang juga suci sepertinya? dan tentu wanita itu bukan kamu."

Tangan Sina mengepal dikedua sisi, Bian yang melihatnya tersenyum miring.

"Lalu siapa yang pantas untuk mas Khabib? Kamu?"

"Tentu saja."

"Kalau begitu kenapa dulu kamu ninggalin Mas Khabib?"

"Itu bukan urusan kamu."

"Nah benar, masa laluku juga bukan urusan kamu. Tidak peduli apa penilian kamu tentang ku, yang jelas Mas Khabib menerima ku apa adanya. Dan itu sudah cukup. Dan satu lagi," kini giliran Sina yang mendekat, mengikis jarak diantara mereka."Kalau pun aku ridho Mas Khabib menikah lagi, wanita itu bukanlah kamu."

Setelah memastikan Bian tak mampu membalas, Sina memilih berlalu dari sana tanpa mengucap salam.

Tinggalah Bian dengan amarah yang mengepul dikepala. Kalau tidak ingat ia masih dirumah Umi, sudah pasti ia akan membalas setiap ucapan Sina hingga wanita itu tidak berani lagi melawan.

****

"Saya denger apa yang kalian bicarakan."

"Astagfirullah, Mas!"

Langkah Sina terhenti manakala menemukan Khabib dibalik pintu. Ia mengusap dada berkali-kali.

"Kamu ngapain berdiri disini, Mas? Bikin kaget."

MENJEMPUT HIDAYAH | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang