Maaf ya udah lama gak update
Selamat membaca 🤗
****
Hari ini sesuai janji, Khabib dan Sina pergi kerumah sakit. Awalnya Sina cemas kalau-kalau saja benar ternyata dia mengidap penyakit parah. Jantungnya bahkan sudah bertalu cepat saat mereka melewati poli penyakit dalam dengan langkah Khabib melambat disana. Ia pikir mereka akan benar-benar masuk kebalik pintu itu. Namun ternyata tangannya ditarik keruangan yang ada disebelah.
Poli kandungan?
"Kita..." Mata Sina mengerjap perlahan selaras dengan senyuman Khabib yang mengembang.
"Saya hamil, Mas?"
Khabib tak menjawab. Pria itu hanya mengencangkan genggamannya lalu mendorong pintu dan membawa Sina masuk.
Semuanya terjawab saat Sina menjalani pemeriksaan. Kekhwatirannya berubah menjadi kelegaan luar biasa. Dia benar-benar hamil. Mengetahui fakta itu tak sedetikpun Sina berhenti mengucap syukur. Senyumnya dibalik cadar terus terukir bahkan hingga tiba dirumah. Jadi seperti ini rasanya menjadi calon ibu. Hatinya menghangat tiap kali menyentuh perutnya.
"Sina."
Tangan Sina tiba-tiba ditarik pelan untuk menghadap Khabib yang berjalan dibelakang.
"Terimakasih."
"Terimakasih?" Ia mengernyit bingung, "buat apa?"
"Ya buat apa lagi? Terimakasih karena sudah mau menikah dengan Saya dan mengandung anak Saya." Ujar Khabib dengan mata berkaca-kaca. Melihat itu hati Sina terenyuh. Ia ikut menggengam tangan sang suami dan mengusapnya lembut.
"Seharusnya Saya yang berterima kasih, Mas. Terimakasih karena kamu sudah menerima Saya yang banyak kurangnya ini. Terimakasih membuat Saya merasa dicintai dan diinginkan. Terimakasih Mas. Kamu lelaki terhebat setelah Ayah yang pernah saya temui."
Sekuat tenaga Khabib menahan air mata yang sudah menggenang, nyatanya tak berhasil. Ia menangis dengan senyum terukir. Kata-kata Sina meski sederhana berhasil menyentuh hatinya dengan begitu hebat. Kalau saja tidak ingat mereka masih diteras rumah, sudah pasti sang istri akan berakhir dalam pelukannya.
"Ayo, kita kasih tahu berita bahagia ini ke Umi."
"Sebenarnya umi sudah tahu," Khabib menahan tangan Sina yang hendak beranjak, "kemaren dokter Maura bilang bahwa kamu kemungkinan hamil. Tapi untuk memastikannya dia minta Saya bawa kamu kedokter kandungan dulu."
"Trus kenapa kamu gak kasih tahu aku juga. Kan aku jadi takut." Sina merengut, "aku udah mikir aku punya penyakit parah. Trus nanti aku meninggal dan kamu nikah lagi." Lanjutnya bergurau yang sayangnya ditanggapi serius oleh Khabib. Wajah lelaki itu berubah keruh. Sina meringis. Sepertinya dia salah bicara.
"Mas... Aku bercanda." Ujarnya hati-hati.
"Saya tahu kematian itu pasti. Tidak ada yang bisa mengelak. Tapi Saya tidak suka kamu bicara seperti itu."
"I...iya. Maaf ya."
"Hmmmm."
Khabib melepas gemggamannya pada tangan Sina dan berlalu masuk lebih dulu. Sina menepuk keningnya pelan. Dia sungguh perusak suasana yang handal.
***
"Pindahannya ditunda dulu ya. Umi gak bisa ikut kalian. Zain dan Nafisa belum pulih betul. Umi juga gak bisa biarin Sina pergi. Sina kan lagi hamil, nanti gak ada yang jagain disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJEMPUT HIDAYAH | Completed
Espiritual3rd story #1 in Ustadz 25-5-2021 #2 in Spiritual 29-8-2021 #1 in Islam 7-9-2021 Dia yang tadinya buruk menjadi baik Dia yang tadinya hina menjadi mulia Dan Dia yang tadinya tak pantas menjadi pantas. Ini tentang Kania Sasina, seorang kupu-kupu mala...