Takut Meninggalkan

4K 456 4
                                    

Assalamualaikum.

Yeay ketemu lagi dengan Sina dan Khabib.

Yuk kasih semangatnya biar rajin update.

Btw, ini InsyaAllah mau tamat.

Selamat membaca

****

Langit begitu cerah hari ini, selaras dengan suasana hati Sina yang sangat bersemangat untuk periksa kandungan. Ini kali kedua ia pergi ke rumah sakit, dan tentu saja masih ditemani Khabib.

Namun Sina perhatikan ada yang aneh dengan suaminya itu. Setelah menerima telepon-- sebelum masuk kedalam mobil tadi, Khabib jadi banyak diam. Awalnya Sina berpikir positif, barangkali Khabib tengah fokus menyetir, namun hingga tiba dirumah sakit, kebisuan pria itu tak juga lenyap.

Selepas memastikan mobil terpakir dengan benar, Khabib turun dari mobil Kemudian memutar langkah untuk membukakan pintu untuk Sina.

Mereka berjalan beriringan dalam keheningan, dengan tangan Sina dalam genggam Khabib. Sina tentu merasakan kehangatan dari genggaman itu. Namun rasanya hanya raga Khabib yang berada disampingnya, nyawa pria itu entah melayang kemana.

Baiklah Sina tak tahan lagi, "Mas, kamu mikirin apa sih?" tanyanya dengan nada sedikit kesal setelah mendudukan diri dibangku tunggu. Bukan karena apa, seharusnya Khabib senang karena mereka akan mengechek keadaan buah hati mereka. Tapi Khabib tampak tak fokus dan tak semangat sama sekali.

"Apa? Kenapa sayang?"

Lihatlah, bahkan pertanyaan singkat Sina tidak bisa ia tangkap dengan baik. Sina menghela nafas sejenak dan kembali mengulang pertanyaannya, "Mas mikirin apa?"

Jeda beberapa detik. Khabib tak langsung menjawab, hanya menatap sang istri sebelum akhirnya mengeluarkan suara.

"Saya harus ke Malaysia besok."

"Ooooh, kirain kenapa." Balas Sina lega. Dia pikir ada masalah serius.

Mendengar jawaban Sina yang terkesan santai membut mata Khabib membulat. Hanya seperti itu reaksi istrinya? Sedari tadi dia sudah gelisah karena berat untuk pergi, tapi sang istri tidak terusik sama sekali. Kini kefrustasian Khabib berganti jadi rasa kesal.

"Kamu gak mau nahan Saya pergi gitu?"

Sina mengernyit bingung, "Mas kesana buat kerja kan? Kenapa Saya harus tahan?"

Khabib berdecak lalu membuang muka. Lagi-lagi Sina tak paham akan kekwatiran yang ia rasakan.

"Emangnya berapa hari?"

"Tiga hari."

"Ha tiga hari?"

Khabib menoleh cepat, "kamu gak setuju kan? Iya saya tahu 3 hari itu cukup lama. Nanti kalau emang kamu gak bolehin Saya pergi, saya bisa..."

"Mas..." Sina memotong, "tiga hari itu gak lama," ia geleng-geleng kepala tak habis pikir "kamu udah frustasi seperti mau pergi berbulan-bulan aja."

"Tapi kamu lagi hamil."

"Kan dirumah ada Umi, ada Nafisa ada Diba juga yang jagain Saya."

"Iya tetap aja..."

"Ibu Kania Sasina."

"Iya saya suster."

Ucapan Khabib terhenti saat seorang suster berdiri di depan pintu dan menganggil nama Sina. Alhasil, Sina bangkit dari kursi tunggu dan dengan semangat menarik tangan Khabib.

MENJEMPUT HIDAYAH | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang