Emergency

4.1K 513 4
                                    

Aku sadar udah lama banget gak lanjutin cerita ini. Aku merasa bersalah sama teman-teman yang pernah baca trus ngasih vote ama Komen, tapi aku gantungin mulu. Maaf ya.

Fyi, Aku sempat gak bisa masuk ke akun ini karena lupa kata sandi dan gak tahu email.

InsyaAllah, kali ini aku bakal benar-benar namatin cerita ku ini. Yang gak mau baca lagi gak papa. Makasih udah pernah jadi pembaca ku ya.

****

Sina bergegas memasuki perkarangan rumah, tapi sayangnya mobil sang suami tak terlihat menempati garasi. Perasaan kwatir kian mendera. Membayangkan sang suami dalam kondisi tidak baik membuatnya takut.

"Buk. Mas Khabib gak ada dirumah?" tanyanya pada asisten rumah tangga yang baru saja melintasi ruang tamu.

"Eh Mbak Sina, kok gak ke rumah sakit?"

Mendengar kata rumah sakit membuat ketakutan Sina menjadi-jadi.

"Si... Siapa yang masuk rumah sakit Buk?"

Percayalah tangannya sudah mendingin dan gemetaran. Degup jantungnya ikut bertalu dengan kuat. 

"Mas Zain sama Mbak Nafisa kecelakaan Mbak," jelas sang asisten rumah tangga dengan wajah sedih, "Buk Tatum juga barusan pergi menyusul kerumah sakit."

"Serius Buk?!" Sina terkejut bukan main. "Umi dijemput Mas Khabib?"

"Tidak Mbak. Pergi naik taxi tadi."

Tanpa menunggu penjelasan lebih dari sang asisten rumah tangga, Sina langsung meninggalkan rumah dengan perasaan kwatir luar biasa. Ia kembali naikTaxi menuju rumah sakit. Bibir nya tak henti merapalkan doa untuk keselamatan Nafisa juga Zain.

-

-

-

Entah sudah keberapa kali Sina merutuki diri karena lupa menanyakan dimana rumah sakit tempat Zain dan Nafisa dirawat. Ia mencoba menghubungi Khabib lagi namun hasilnya masih sama, masih tidak aktif. Sekarang ia sedang berusaha menghubungi Umi yang tak kunjung mengangkat panggilannya.

Sina hampir saja berniat kembali kerumah sebelum suara umi akhirnya terdengar dari seberang sana.

"Ha... Hallo Sina."

"Assalamualaikum Umi."
Sina menormalkan suaranya agar tidak ikut gemetar.

" .... "

"Iya Umi, Sina segera kesana."

" .... "

"Tidak perlu Umi. Sina naik taxi kok."

Panggilan itu tak berlangsung lama, segera terputus saat sang mertua menyebutkan nama sebuah rumah sakit. Sekarang tujuan Sina ke rumah sakit Citra Medika.

Setelah lima belas menit perjalanan dia tiba ditempat tujuan. Dari kejauhan ia melihat Umi dalam dekapan Khabib. Beliau pasti sangat terpukul. Ibu mana yang tidak akan seperti itu saat sang anak dan menantu tengah berjuang antara hidup dan mati.

Dengan langkah pelan Sina menghampiri keduanya.

"Assalamualaikum."

Baik Khabib dan Umi sama-sama menoleh. Sina meringis melihat mata sang mertua yang sudah memerah karena tangis. Sedang Khabib, meski tidak mengeluarkan air mata, Sina tahu suaminya itu memendam kerisauan yang amat luar biasa.

MENJEMPUT HIDAYAH | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang