Ancaman

4.2K 467 5
                                    

Selamat membaca


***

"Ayo balik ke kamar."

Sina gelagapan. Dia tidak ingin ketahuan menguping, meski faktanya dirinya tak sengaja melakukan hal itu.

Dengan cepat ia mundur menjauhi dinding dapur. Namun, belum sempat berbalik arah tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu utama. Ia terpaku sesaat untuk memastikan bahwa  ia tak salah dengar.

Tok tok tok

Tok tok tok

Baiklah, itu bukan halusinasinya saja. Ia dengan jelas mendengar suara itu.

"Sina."

Sina sontak berbalik, "eh, Sa."

"Kamu denger ketukan pintu tadi kan?" Tanya Sina cepat, melupakan niatannya yang ingin melarikan diri. Fokusnya kini pada suara ketukan diluar sana. Barangkali hanya dia yang mendengar suara itu.

Tok tok tok

Terdengar lagi.

"Iya aku dengar. Siapa ya malam-malam gini ngetuk?"

"Pagar sudah dikunci? Kenapa bisa ada yang masuk?"

"Jangan-jangan." Nafisa dan Sina saling pandang. Terlihat jelas kengerian dimata keduanya. Parahnya lagi ketukan itu semakin brutal, kini lebih ke arah menggedor.

Kemudian tiba-tiba, lampu diatas mereka menyala. Ruangan yang semulanya tamaram menjadi terang benderang.

"Siapa itu?" tanya Umi, yang baru saja menekan saklar lampu. Tak lama Diba juga muncul dari balik pintu kamar. Mata gadis itu bahkan belum terbuka sepenuhnya.

"Siapa sih? Berisik banget Umi."

"Biar Umi check."

"Eh jangan mi. Jangan Umi. Kalau itu orang jahat gimana?"

Nafisa menghadang langkah Umi yang hendak melewatinya.

"Mas Khabib aja. Biar Sina panggil. Sepertinya dia ketiduran."

Sina kembali kekamar dengan langkah cepat. Saat ia membuka pintu kamar ia menemukan Khabib berbaring dengan mata terpejam. Tuhkan benar pria itu ketiduran. Tak hayal Sina mengguncang pelan lengan sang suami hingga terbagun.

"Kenapa?" Tanya Khabib seraya   bangkit dari pembaringan. Pria itu sudah sangsi bahwa sang istri menginginkan sesuatu lagi.

"Ada yang ngetok-ngetok pintu diluar, Mas."

"Ha? Siapa?"

"Gak tahu, makanya minta kamu lihatin. Tolong lihatin, Mas."

"Ya udah kamu tunggu disini aja."

"Saya ikut aja ya. Belum sempat buat susu."

Khabib mengangguk Kemudian turun dari ranjang. Ia melangkah diikuti Sina dibelakangnya.

Tok tok tok

Tok tok tok

Ketukan itu semakin keras terdengar. Khabib mengernyit bingung. Heran, siapa yang malam-malam begini bertandang kerumah mereka. Tidak pernah  hal seperti ini terjadi sebelumnya.

Saat Khabib dan Sina menginjakan kaki diruang tamu, yang lain sudab berkumpul dengan wajah cemas. Tak seorangpun berani mendekati pintu.

"Bang, ada suara orang juga. Tapi gak jelas. Kek grasak grusuk gitu." Adu Diba yang bersembunyi dibalik punggung Umi.

MENJEMPUT HIDAYAH | CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang