"Adakalanya orang paling buruk dimasa silam, menjadi orang paling baik dimasa depan."
****
Rasanya aneh berada diantara mereka. Ia seperti orang asing yang tiba-tiba menyelinap masuk, layaknya seekor domba yang tiba-tiba berada di antara kumpulan kuda.
Sina memperhatikan orang-orang disekelingnya satu persatu. Umi Nafisa dan Uminya Zain sibuk memilih desain undangan, Diba dan Nafisa melihat gaun pengantin dimajalah salah satu butik terkenal, dan Zain sendiri tengah melihat brosur gedung pernikahan.
Lalu dirinya? Ia pura-pura antusias, sesekali menenggapi jika dimintai saran.
Sina bingung apa fungsinya disini. Mau masuk kamar ia sungkan. Kalau tetap bertahan hatinya terasa sesak. Allah, Ia telah berusaha menepis rasa itu, rasa yang menyelinap masuk tampa bisa ia cegah. Pun ia telah berpura-pura abai tiap kali debaran itu datang. Tapi yang ada, mata nya tak dapat lepas dari Zain, tetap mengagumi pria itu dalam diam.
"Kalau gaun ini bagus gak Sin?"
"Wah, bagus Sa."
"Bagus-bagus semua ya aku jadi bingung."
"Pilih aja yang membuat kamu tertarik." Zain memberi saran.
"Tapi aku tertarik sama semuanya, Mas."
Nafisa memang sudah memanggil Zain dengan sebutan Mas, sedang pria itu sudah beraku-kamu dengannya. Perubahan sederhana namun memberi efek luar biasa bagi kedua insan yang tengah bahagia itu.
"Menurut aku, kamu pakai apa saja akan tetap... "
Sina melirik Zain yang urung bicara.
"Tetap apa bang?"
Zain menunduk, lalu satu senyuman terbit dibibirnya, "cantik."
"Eh cie. To tweet"
Wajah pria itu memerah. Lucu, baru pertama kali ini Zain memuji seorang Wanita selain Umi dan Diba. Nafisa beruntung bisa menjadi wanita spesial itu. Dicintai pria seperti Zain merupakan anugerah yang luar biasa untuknya.
Nafisa pun ikut menunduk, menahan senyum dibalik cadar yang ia pakai.
Kedua ibu mereka juga larut dalam suka. Kalau Diba? Gadis itu sudah tersenyum jail, menaik turunkan alisnya menggoda sang Abang. Jarang-jarang abangnya bisa semanis ini.Namun...
ada satu hati yang terluka. Yang tersembunyi dibalik sebuah senyuman. Ia Berusaha terlihat baik-baik saja, tapi nyatanya ia tak bisa.Wanita bisa menyembunyikan rasa cinta bertahun-tahun, tapi rasa cemburu tak bisa ia simpan barang sesaat.
-
-
"Kalo begitu kami pulang dulu. Terimakasih atas jamuan makan malamnya." Ucap Umi Zain berpamitan.
Malam mulai larut. Semuanya juga sudah dibicarakan dengan matang, dari desain undangan dan jumlah tamu yang akan diundang, gedung, mahar, serta baju nikah. Persiapan selanjutnya akan diurus dilain hari.
"Iya Umi. Mas, hati-hati ya nyetir nya."
"InsyaAllah, aku pamit ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikummusalam."
Mobil Zain mulai meninggalkan perkarangan rumah Nafisa. Namun senyum dibibir wanita itu tak kunjung hilang. Rasa bahagia itu masih tertinggal dengannya, kian membucah tatkala mengingat pujian yang dilontarkan sang pujaan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJEMPUT HIDAYAH | Completed
Espiritual3rd story #1 in Ustadz 25-5-2021 #2 in Spiritual 29-8-2021 #1 in Islam 7-9-2021 Dia yang tadinya buruk menjadi baik Dia yang tadinya hina menjadi mulia Dan Dia yang tadinya tak pantas menjadi pantas. Ini tentang Kania Sasina, seorang kupu-kupu mala...