"Hari ini mungkin kamu tidak mencintainya. Tapi siapa tahu besok kamu tak bisa hidup tanpanya?"
***
Bagaimana cara menentukan pilihan, disaat kita masih terus mencari jawaban atas setiap keraguan? Bagaimana menentukan arah, disaat kita masih belum yakin tujuan mana yang akan dituju?
Islam kemudian menjawab... Temukan melalui sholat istikharah.
Itu yang saat ini Sina lakukan. Usai sholat tahajud di sepertiga malam akhir, ia kembali menghadapkan diri pada sang Khalik, memohon diberikan petunjuk atas keputusan yang akan ia pilih.
Sina butuh perasaan yakin yang lebih besar lagi, agar kelak ia bisa membina rumah tangga yang sesungguhnya bersama Khabib dengan hati yang mantap, agar ia tidak mengecewakan pria itu dikemudian hari.
Diwaktu sholat lainnya Sina juga tak pernah alpha bermunajat pada Allah. Tak pernah bosan ia meminta agar cintanya pada Zain sirna dan lekas diganti kan dengan cinta yang baru.
Jika memang Khabib pemuda yang dikirim Allah untuknya, ia memohon agar diberi kelancaran untuk setiap tahapan yang mereka lewati.
"Sina."
Ia menoleh keambang pintu, sudah ada umi disana,"eh Umi. Masuk aja."
Umi melangkah menghampirinya, dengan mukenah yang juga masih melekat ditubuh wanita paruh baya itu.
Sina tersenyum hangat kearah Umi, yang juga dibalas Umi dengan senyuman.
"Udah selesai sholat nya?" Wanita paruh baya itu mendudukan diri disamping Sina.
"Udah Umi. Sina baru aja selesai mengerjakan sholat istikharah."
"Semoga kamu segera mendapatkan jawaban ya, Nak."
"InsyaAllah, makasih Umi." Sina kembali melebarkan senyuman.
"Tapi Nak. Jika Umi boleh memberi saran, terima saja Nak Khabib. Dia pria yang tepat buat kamu."
Tidak. Bukan kalimat itu yang benar. Yang benar, apakah dia wanita yang tepat dan pantas untuk Khabib? Apa ia bisa membahagiakan pria itu, mengabdi padanya disaat ia belum bisa menaruh hati.
Rabbi, keraguan itu kembali datang.
"Nak," Umi menyentuh bahu Sina, "apa yang kamu pikirkan?"
"Umi, bagaimana kalau Sina belum bisa mencintai Mas Khabib?"
Umi tersenyum sekilas sebelum menjawab, "pernikahan bukan hanya tentang cinta."
Sina memandang Umi lekat. Mendengar kan dengan baik setiap bait kalimat yang dilontarakan Umi.
Jika bukan dengan cinta, lalu apa?
"Pernikahan itu ibadah, Nak."
Benar. Ia tahu itu. Dan ia juga yakin bahwa pernikahan merupakan penyempurna separuh agama, juga termasuk kedalam sunnah Rasulullah.
"Yang namanya ibadah pasti ada niat kan? Niat yang lurus, yaitu untuk mengharap ridho Allah, pasti akan menghantarkan kita pada suatu kebahagiaan tak berujung. Termasuk pula di dalam sebuah pernikahan, jika kita menikah Ikhlas karena Allah, karena ingin beribadah kepada Nya, pastinya Allah akan memberikan kebahagiaan dan keberkahan pada hubungan yang kita jalin."
Jadi? Sina harus memerima Khabib dengan niatan mencari ridho Allah, tanpa perlu mempertimbangkan perasaan nya. Apa ia bisa?
"Cinta bisa tumbuh karena terbiasa, Nak. Hari ini mungkin kamu tidak mencintainya, tapi siapa tahu besok kamu tak bisa hidup tanpanya?" Umi terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJEMPUT HIDAYAH | Completed
Spiritual3rd story #1 in Ustadz 25-5-2021 #2 in Spiritual 29-8-2021 #1 in Islam 7-9-2021 Dia yang tadinya buruk menjadi baik Dia yang tadinya hina menjadi mulia Dan Dia yang tadinya tak pantas menjadi pantas. Ini tentang Kania Sasina, seorang kupu-kupu mala...