» pomh.12 - 1 2 3!

332 56 23
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

---

lembar kedua belas, 1 2 3!

" Berisik!"

Jervine mengerucutkan bibirnya " Gausah gitu bibir lo, ga pantes tau ga?"

" Gini - gini juga lo gigit semalem."

" DIEM GA LO!? Mau gue siram minyak panas apa ditabok pake panci?" Pasalnya sedaritadi ia tengah memasak, namun Jervine terus saja menganggunya dengan permintaan maaf yang bertubi - tubi.

Mereka bolos. Kalau Jervine ya karena sakit, katanya sih begitu, padahal perbannya saja sudah dilepas. Tapi Sharen, cewek itu terlambat bangun karena adegan mereka semalam jadilah ia ikut bolos.

" Sakit ga Sha?" Sharen merotasikan bola matanya malas, ia meletakkan semangkuk sup kemudian berbalik untuk mengambil piring berisikan tempe goreng.

Rupanya Sharen sudah belajar menyajikan makanan, jadi meja makan tak penuh karena panci dan wajan lagi. Ayo beri tepuk tangan!

" Sakit mental!" Kemudian cewek itu mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi, disusul dengan ringisan tertahan karena getarannya menjalar.

" Pelan - pelan Sha,"

" Gabisa!" Jervine menghela nafasnya pasrah " Serah lah." Kemudian cowok itu mengambil nasi dan sayur, serta lauk pauk. Lari kemana Sharen yang semalam? Pikirnya.

Dibilang sarapan, tapi ini sudah terlalu siang sih karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang.

" Luka lo udah sembuh bener emang? Kok perbannya dicopot?" Jervine menoleh pada kakinya " Lumayan, lagian risih gue pake perban."

" Kan biar ga kotor lukanya," Bukannya menjawab, Jervine malah mengangkat bahunya malas kemudian melanjutkan acara sarapan siang-nya.

---

" Sini gue bersihin lukanya." Jervine yang tengah sibuk bermain game pun tidak menoleh pada Sharen dan memilih untuk meletakkan asal kakinya di pangkuan cewek tersebut.

Sharen mendengus pasrah dan mulai membersihkan luka Jervine dan memberinya obat merah.

" AHHHH!"

Sharen terlonjak saat mendengar teriakan menggelegar dari Jervine " Kenapa sih!?"

" Jemi goblok banget mainnya!" Gerutunya, cowok itu membanting ponselnya di atas sofa dan memilih untuk duduk saja " Diperban lagi?"

Sharen hanya mengangguk saja " Sha,"

" Apa?"

" Gue min—"

" Diem, gausah minta maaf terus. Ganti kek kata - katanya, gue capek dengernya." Jervine menautkan alisnya " Siapa yang mau minta maaf?" Sharen mengerutkan dahi.

" Orang gue minta cium, AKHH! ANARKIS BANGET SIH LO SHA?" Cowo itu mengusap belakang kepalanya yang baru saja dijambak oleh Sharen " Lo kurangajar sih!"

Jervine mengerucutkan bibirnya " Geli tau ga Jerk."

" Padahal semalem lo udah mulai manggil gue Vine lagi loh, kok balik jadi Jerk sih?" Sharen merotasikan bola matanya " Gausah sok tersakiti deh."

" Aduhh sakit bingits Sha, nembus jantung, melewati usus, naik ke paru - paru, keluar lewat anus."

" Lo gausah niruin Rere apa Hekal deh, ga cocok." Jervine tertawa puas " Yaudah tipe cowok lo kayak gimana?"

" Kenapa? Mau memaksakan diri?" Jervine menggeleng " Ngga ah, mau sadar diri aja kalau gue emang cocok buat lo."

Sharen yang terbawa suasana pun menatap Jervine lamat " Sebenernya kita itu apa sih Jerk?" Tanya Sharen tanpa mengalihkan perhatiannya dari Jervine.

" Kita korban Siti Badriah?" Sharen menoyor kepala Jervine " Bego, tapi gue suka."

Jervine menganggukkan kepalanya " Tapi beda dari yang lain."

" Apa bedanya?"

" Kalau orang lain mungkin jalaninnya bisa sampai saling cinta. Tapi kalau kita," Jervine tersenyum tipis " Cuma lo yang punya rasa."

---

" Lo lagi mikir ga sih Dar?" Dara berdecak " Gue gada otak, jangan disuruh mikir." Aline mendengus " Sadar juga ya lo?" Dara terkekeh " Apasih apa?"

" Ada yang aneh ngga sih sama Seyan?" Dara menghentikan pergerakannya untuk menulis, cewek itu menoleh pada Aline yang tengah bersender di kursinya.

" Aneh gimana maksud lo?" Aline mengangkat bahu " Ya aneh aja,"

" Sekarang diajak ngumpul gamau, ngantin bareng gamau, pulang bareng gamau. Maunya apa sih?" Sambungnya.

" Ya mungkin aja dia beneran sibuk." Aline mencebik " Kemarin gue liat dia di kafe seberang, sama cowok."

Dara segera menolehkan kepalanya " Lo kenal?"

" Ya enggak lah! Kalau kenal juga pasti udah sebut merk."

" Ngomongin gue ya lo pada?!" Keduanya terkejut saat Rere datang dan menggebrak meja mereka.

" Sante ngapa bos!" Rere tertawa " Gabisa, noh temen lo kek kesurupan." Tunjuknya pada Somi yang tengah memangku dagu dengan kedua tangan.

" Kenapa tuh anak?" Bukannya menjawab, Rere malah semakin meledakkan tawanya.

" Diajak nonton sama Hekal dia,"

" Beneran!?"

" Itu yang dibelakang ada apa ya? Renata, kamu sedang apa?" Tanya Bu Vina, guru Bahasa Indonesia.

Rere mengangkat rautan putar milik Dara " Pinjam rautan bu."

" Lah serius? Jadian mereka?" Tanya Acha yang tiba - tiba saja nimbrung dari meja di depan Dara-Aline.

Rere menggeleng " Hts,"

*Hekal Tayang Somi.iya
  Hubungan Tanpa Status.iya

Ketiganya mencebik " Tapi Somi suka?"

" Kayanya sih." Kemudian tatapan Aline seperti memindai ketiga temannya itu.

" Kenapa lo? Natapnya gitu amat?" Tanya Dara.

" Kita comblangin gimana?"

---

Cowok itu menghela nafas " Gabisa, gue gamau."

" Tapi kemarin - kemarin lo mau tuh?"

" Ya kan kemarin, sekarang ngga lagi. Gue gamau."

Giliran lawan bicaranya yang mendengus sebal " Gue naikin deh harganya, gimana?"

" Tetep aja gue gamau."

" Seyan?"

Cowok itu tersenyum tipis,

" Ga, makasih."

---
to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang