» pomh.10 - kisah yang lain

317 64 12
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

---

lembar kesepuluh, kisah yang lain.

" Aline, dengerin aku dulu." Javier berusaha untuk meraih lengan pacarnya itu " Apalagi sih?"

" Aku ngga ada apa - apa sama Sharen." Elaknya, namun Aline seperti sulit untuk percaya akan kata - kata yang diucapkan oleh Javier " Kalau gada apa - apa harusnya kamu cerita dong! Bukannya malah diem."

Javier menghela nafasnya sebentar, kemudian pandangannya menyapu sekeliling " Kita ngobrol di kafe depan aja ya?" Mendengar jawaban Javier, Aline pun melunak dan hanya bisa mengangguk pelan melihat gelagat aneh dari pacarnya.

Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan obrolan di kafe seberang sekolah.

" Kamu mau pesan apa?" Tanya Javier " Aku milkshake aja."

" Stroberi?" Aline mengacungkan jempolnya " Yaudah bentar aku pesenin." Kemudian Javier pun pergi untuk memesan.

Sepeninggal Javier, bel kedai pun berbunyi menandakan pelanggan baru yang baru saja masuk.

Seyan.

Aline menyipitkan matanya. Ternyata Seyan tidak sendirian, ia datang bersama dengan seorang cowok yang Aline tidak ketahui namanya siapa.

" Liatin apa yang?" Aline terlonjak kaget saat tiba - tiba saja Javier sudah berada di depannya dengan dua buah cup berukuran large. Satu milkshake stroberi milik Aline, sedangkan yang satunya lagi adalah dalgona coffee. Mungkin Javier ingin membuat Aline mabok milkshake.

" Bisa kita ngobrol sekarang?" Javier memperhatikan wajah pacarnya itu sebentar, kemudian mengangguk.

---

Akang Gendang
Online

| Harus banget lewat chat ngobrolnya?
5.43 pm

Sstt, kata kamu ini rahasia, ya biar gada yang denger lah |
5.43 pm, read

| Ya iyasih
| Tapi kan disini juga sepi yang, borosin kuota
5.44 pm

Halah beli lagi kan bisa? |
Tadi aku liat Seyan masuk |
Sama cowok, gatau namanya siapa |
5.44 pm, read

| Kapan?
| Kok aku galiat?
5.44 pm

Kamu tadi lagi pesen! Ya ga liat lah dodol |
Ayo obrolin disini aja, |
5.45 pm, read

| Ok, tapi setelah ini kamu jangan kaget ya?
5.45 pm

Emang aku mau dikasih doorprize ya? |
5.45 pm, read

| Aku belum selesai ngomong
5.46 pm

Ngetik kali Vi .. |
5.46 pm, read

| Ya intinya itulah!
5.46 pm

---

Kemudian percakapan chat mereka pun terhenti sebentar. Javier menatap Aline seperti tengah mempertimbangkan, iya atau tidak.

Aline yang mengerti pun hanya bisa bertanya dalam hati, apakah ini sesuatu yang sangat penting?

Cewek itu jadi sedikit bersalah karena terlalu memaksakan kehendak pada pacarnya. Lalu Aline memutuskan untuk mengetikkan balasan lagi,

Kalau kamu gamau bilang juga gapapa, maaf kal|

Baru saja ia hendak melanjutkan, tapi Javier sudah terlebih dahulu membalas. Sepertinya cowok itu membalas dengan kecepatan seribu, dan yang lebih mengejutkan lagi,

Balasan dari Javier membuat Aline merasa kaget, ya mungkin saja sekaget - kagetnya.

| Sharen sama Jervine korban Siti Nurhaliza
| Kamu sendiri tau mereka gimana, ga mungkin aku ga ikut campur kan?

Aline mendongak sejenak untuk menatap Javier,

" Bukannya Siti Nurbaya ya?"

---

beberapa menit yang lalu,

" Dianter siapa?" Sharen memegang dadanya karena terkejut. Jervine ternyata sudah berdiri di belakang pintu, dengan keadaan topless.

Sharen menggelengkan kepala, " Itu dianter Rere tadi." Bukanya mengangguk percaya, Jervine malah memajukan wajahnya untuk menatap Sharen lebih dekat.

" Bohong."

Detak jantung Sharen berpacu lebih cepat, seperti seorang atlet marathon yang baru saja sampai ke garis finish ditambah fakta bahwa ia memenangkan pertandingan.

" Beneran." Lagian Jervine tau darimana jika ia berbohong? Helvin kan mengantarnya hingga sampai depan gang.

" Kalau dianter Rere pasti udah masuk kesini buat nyapa gue, lo lagi bohongin gue ya?" God damn.

Sharen jadi mati kutu, ia terdiam " Dianter siapa?" Ulang Jervine.

" Dianter orang lah, masa dianter tukang sayur." Katanya agar Jervine tak terus curiga " Ya bisa aja kan Kang Uwu nganterin lo kesini?"

Sharen merotasikan bola matanya malas " Ini udah sore Jerk, mana ada Kang Uwu kesini?"

" Nah itu poinnya. Ini udah sore, dan lo dianterin siapa?" Mata Jervine memicing.

" Udahlah, kepo tau ga lo? Gue mau mandi." Sharen hendak masuk ke kamarnya sebelum tangan Jervine mencekal pergelangan tangan cewek itu agar kembali menaruh atensi padanya.

" Dianter siapa?" Ulangnya, masih kekeuh menginginkan jawaban pasti.

Sharen menghela nafas " Penting banget buat lo Jerk?"

" Pentinglah, siapa tau ada yang niat jahat sama lo kan?" Sharen menyingkirkan tangan Jervine dari lengannya " Tapi lo liat sendiri kan gue ga kenapa - kenapa?" Sungutnya, lama - lama kesal juga dengan tingkah Jervine.

" Mami lo itu nitipin lo sama gue Sha, kalau di sekolah kita udah jauhan, seenggaknya di rumah kita bisa akur." Katanya.

Sharen terkekeh miris, " Lah bukannya dari dulu kita ngga akur ya? Iya kan?" Jervine terdiam.

" Kan lo sendiri yang bilang suruh jaga jarak biar cewek lo itu ngga cemburu. Bahkan lo segala bikin perjanjian sama gue, supaya gue bisa lupa sama lo. Tapi kenyataannya sekarang? Kita malah tinggal bareng kan?" Todong Sharen, telunjuknya sudah menusuk - nusuk dada Jervine.

" Gue masih sakit hati gara - gara lo sempet nolak hubungan ini sama gue Vine. Terus nyuruh gue buat sama Vier aja, bahkan gue sampe sekarang pun masih canggung sama kembaran lo itu. Andai aja dulu gue mau ya? Dan ga ngotot minta sama mami buat tetep sama lo." Sharen tertawa, matanya sudah berkaca - kaca.

" Jangan munafik Vine, kalau gamau itu bilang, jangan dipaksain."

---
pengen bikin ombak gede, sampe pada mabok ntar ikan dilautan

btw, cermati kata - kata italic. itu akar konflik sebenernya. maklum, penulis masih amatir bingung nentuin sudut - sudut ceritanya T-T

to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang