» pomh.17 - a distance

357 53 9
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

---

lembar ketujuh belas, a distance.

" Berangkat sama gue." Kata Jervine seraya mencekal pergelangan tangan Sharen.

Sharen mengangkat sebelah alisnya, " Gue sama Helvin?" Kemudian melepas cekalan tangan Jervine dari tangannya " Dia udah nungguin di depan."

Jervine menatap punggung Sharen yang menjauhinya, dapat dilihat cewek tu yang melambai pada seseorang di depan gerbang.

Helvin tersenyum begitu melihat sosok Sharen mendekatinya " Gimana?"

" Kayaknya lagi kesel dia." Helvin terkekeh kemudian mengusak pucuk kepala Sharen " Nih," Ia menyerahkan helm fullface berwarna putih sama seperti yang sebelumnya.

" Lo gamau protes?" Tanya Sharen seraya memakai helmnya. Helvin mengangkat sebelah alis, " Protes? Protes apa?"

" Gue manfaatin." Helvin mengangguk, kemudian mengangkat bahunya " Apapun buat lo, gue lakuin."

" Seenggaknya gue berguna buat lo." Sharen tersenyum " Makasih. Btw, nanti kita obrolin lagi ya?"

" Sama - sama cantik. Siap, nanti gue jemput." Tangan cowok itu hendak mencubit pipi Sharen, namun terhenti saat sebuah tangan lain mencekal pergelangan tangannya.

" Rules dua, no skinship."

---

" BARUU KU SADARII,"

" Jrengg!!"

" CINTAKU BERTEPUK SEBELAHHH TANGANNNN."

" JRENGGG!!"

Rendy menutup kedua telinganya, dua orang makhluk astral sama jenis ini tengah ribut saling mencurahkan isi hatinya. Awalnya sih berniat untuk menyindir gerombolan cewek yang ada di pojok kantin, tapi apalah daya, memang hidupnya saja sudah melankolis jadi terbawa suasana.

" Diem ga lo berdua?" Tanyanya sengit. Jemi mengerucutkan bibir, " Lagi galau nie bos."

" Ayo lagi Jem, sekarang lagunya Maz Aghfan." Hekal berancang - ancang ingin bernyanyi lagi.

" MENGAPA TUHAN PERTEMUKANNN, KITA YANG TAK MUNGKIN MENYAT—"

DENGG!
Tweweweweng

Ketiganya, atau bahkan seisi kantin terlonjak kaget saat mendengar suara wajan dibanting.

" Berisik lu pada! Pelanggan gue pada ilang noh!" Kata Tante Ijah sambil berkacak pinggang.

Jemi mencebik " Ah tante mah ga asik! Ini lagu anak muda te!" Gerutunya.

" Halah ga peduli gue, ga bikin dapet duit! Udah diem lo berdua kalau cuma mau nongkrong disini doang." Kemudian sosok gemuk itu pergi dengan memungut wajannya kembali.

Hekal sudah mendumal kesal, pasalnya itu jantung jadi berdegup kencang saat matanya tak sengaja bersitatap dengan Somi.

" Ekhem," Seluruh atensi penghuni kantin pun tertuju pada speaker yang ada dipojok pilar.

" Buat lo Al."

Kemudian lagu milik Stevan Pasaribu berjudul Belum siap kehilangan pun terputar, membuat seisi kantin bersorak saat mendengarnya.

Sharen berdecak, mereka pikir ini panggung hajatan apa?

Ternyata belum siap aku, kehilangan dirimu
Belum sanggup untuk jauh darimu
Yang masih selalu ada dalam hatiku

Sharen terdiam.

" Al siapa sih?"

" Itu kayak suaranya Jervine dah."

" Al siapa sih Sha?"

Sharen memandang temannya satu persatu, kemudian menelan ludah pelan.

" Itu lagu buat gue."


















Jerk
Buat lo Al, jangan jauhin gue please

---

—flashback dua hari yang lalu,

" Kenapa pulang?"

Jervine berdecak, " Mima anaknya pulang bukannya disambut malah ditanya begitu, emang Vine gaboleh pulang lagi ya?"

Rose terkekeh pelan, kemudian memeluk erat tubuh anaknya yang ternyata sudah lebih tinggi dari dirinya itu.

" Ya habis kamu mana pernah lagi kesini, harusnya mima yang tanya begitu. Kamu masih jadi anak mima ngga sih? Asik ya bisa kelonan sama Sharen tiap hari." Godanya.

Jervine tersenyum kemudian menggiring ibunya untuk ikut duduk.

" Mim,"

" Hm?"

" Mau ngomong."

" Lah bukannya daritadi udah ngomong?"

Dirasa serius, Rose mengajak anaknya untuk duduk di sofa bersama " Mau ngomong apa?"

" Jervine batalin aja gimana?" Rose mengangkat sebelah alisnya " Apanya?"

" Tu—"

" TUHKAN LO GA ASIK BANGET!" Cowok itu terlonjak kaget saat suara Javier menyapa telingannya, nyaring banget woi.

" Ah elah! Padahal gue kan pengen belajar gitar! Gitar lo udah butut banget, kenapa maksa pake gitar lo sih?!" Rose menautkan alisnya " Ini maksudnya gimana?"

" Vier mau belajar gitar sama Vine mim, byee!" Kemudian Javier menyeret kerah leather jacket yang Javine kenakan. Ia membawa abangnya itu ke halaman depan, biar adem.

" Lo apa - apaan sih?!" Sentaknya seraya menghempaskan cekalan tangannya dari jaket Jervine.

" Maksudnya apaan?!" Jervine yang diperlakukan tiba - tiba seperti itupun tak terima.

" Lo mau batalin hubungan lo sama Sharen?" Jervine terdiam " Ga segampang itu bang! Lo bahkan gatau kalau mima kambuh waktu Dana ga sengaja keceplosan bilang lo jatuh di sirkuit!" Javier kembali mencekal kerah jaket Jervine dengan gemas.

" Gue ikhlasin Sharen buat lo, dan lo hempas gitu aja?" Javier terkekeh " Cuih, gausah denial. Gue tau lo suk—"

Bugh!

Jervine mengelap wajahnya menggunakan punggung tangan, Javier keterlaluan sekali meludahi wajahnya.

" Lo tau apa?! Ga usah ikut campur!"

" Gue tau semua!" Cowok itu memegangi sudut bibirnya, syukur tidak terluka.

" Mima yang nyuruh gue ungsiin lo berdua ke kost biar bisa pendekatan, kayak dulu." Kemudian Javier berjalan menghampiri Jervine yang terdiam " Gue tau lo mau kayak dulu. Sekarang ada kesempatan, kenapa lo buang anjing?!"

Bugh!

Javier mencengkeram bahu Jervine " Lo mundur?" Ia menghempaskan bahu Jervine.

" Gue ga segan buat maju!" Cowok itu terkekeh pelan " Jadi brengsek emang enak bang, tapi kalau udah brengsek terus bego." Javier menggeleng " Tambah ga guna."

Kemudian cowok itu berbalik untuk masuk meninggalkan Jervine yang masih terdiam di tempatnya.

" Oh ya, Dana nungguin lo di Jaya. Penting katanya."

---
to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang