» pomh.14 - where i am?

302 55 12
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

---

lembar keempat belas, where i am?

Setelah kejadian ramai di papan pengumuman, Sharen memutuskan untuk bolos. Tanpa seorang pun yang tahu, tanpa siapapun yang diberitahu.

Ia mengendarai motor maticnya ke sebuah kedai kopi yang lumayan jauh dari sekolah.

Kalau kata anak - anak zaman sekarang, tempatnya instagramable karena ya memang terlihat demikian. Dekorasinya tak berlebihan, tapi mengandung kesan nyentrik dan aesthetic dalam waktu bersamaan.

" Milkshake nya satu ya mbak, dianterin ke balkon." Pelayan yang memakai celemek berwarna hitam itu menganggukkan kepalanya.

Kemudian cewek berambut panjang itu pun naik ke lantai dua kedai dan memilih untuk duduk di salah satu kursi balkon.

Sharen menghembuskan nafasnya begitu angin sejuk menyapu wajahnya, sangat menenangkan.

" Hey!" Sampai gadis itu terlonjak kaget karena seseorang menepuk bahunya.

" Sendirian?" Sharen mengangguk pelan " Kok lo bisa ada disini?" Cowok itu mengangkat bahunya " Bolos?" Kemudian terkekeh dan memilih duduk disamping Sharen.

" Gue belum nyuruh lo buat duduk."

Helvin tertawa " Kursinya kosong, dan siapa aja boleh duduk disini kan?"

" Terserah."

Helvin mengamati wajah Sharen, sedikit tampak sendu " Lo kenapa?" Sharen menoleh.

" Kenapa apanya?" Tanya Sharen.

" Muka lo keliatan sedih?" Sharen terkekeh, kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan " Keliatan banget ya?" Tanyanya dari celah tangan.

Helvin mengusak rambut Sharen pelan " Jangan sedih - sedih," Cowok itu menarik tangannya dari kepala Sharen.

" Liatin muka gue aja nih, pasti ntar bahagia." Sharen tertawa " Maniss bingitss."

Kemudian mereka pun terlarut dalam obrolan, hingga pesanan keduanya datang. Lupa dengan semuanya, lupa dengan sekitarnya.

---

Sharen tersenyum melihat paper bag ditangannya. Ia baru saja membeli pie susu kesukaan Jervine dari bakery langganan mima, katanya itu obat ampuh untuk Jervine.

Cewek itu buru - buru masuk ke dalam kost-an dan menemukan Jervine yang tengah bersiap - siap.

" Lo mau kemana?" Meletakkan tas dan paper bag tadi di atas meja.

" Gue mau pergi." Katanya singkat, bahkan ia tak menoleh sedikitpun.

" Yaiya gue tau, mau pergi kemana?" Sharen langsung terdiam begitu Jervine menatapnya dingin, bahkan cewek itu menelan pertanyaan yang akan ia lontarkan pada Jervine barusan.

" Penting buat lo?" Sharen mengamati rahang Jervine yang mengeras " Gue denger lo bikin masalah di sekolah?"

" Oh," Sharen menganggukkan kepalanya " Seyan ngadu sama lo?"

" Emang harusnya dia ngadu sama gue kan kalau ada apa - apa kan? Gue cowoknya." Tegasnya.

Sharen terkekeh pelan, " Oh iya gue lupa, sorry. Tapi Jervine Alatas, posisi gue lebih tinggi dari dia. Gue calon lo kalau lo ngga inget."

" Dan gue mutusin buat akhirin aja hubungan ini. Lagipula yang dijodohin, belum tentu jodoh kan?" Mata Sharen membelalak " Ga segampang itu."

Jervine tertawa " Kalau mereka aja jodohin gue sama lo se-gam-pang itu, lah gue sebagai pihak terkait juga segampang itu buat mutusinnya."

Sharen terdiam, " Lo sebegitu sayangnya sama Seyan?" Jervine mengangguk " Iya, sebegitu sayangnya. Emang perjanjian kita dulu belum cukup dijadiin bukti?"

Sharen mengangguk, " Iya maaf. Cukup kok, cukup."

Jervine menghela nafasnya " Gue sempet mikir buat keluar dari perjanjian tolol ga penting kaya gitu Sha," Cowok itu menjeda kalimatnya.

" Dan mulai buka hati aja sama lo. Tapi apa? Gue gabisa, lo nyakitin gue dengan ekspektasi gue sendiri." Cowok itu terkekeh miris " Mungkin ini yang dinamain jangan terlalu tinggi berharap, dan lo lihat? Gue jatuh."

Sharen menganggukkan kepalanya lagi " Tapi yang jatuh bukan cuma lo doang, Vine." Gumamnya pelan.

" Gue sayang sama lo Sha, sayang banget. Lo pikir selama ini gue nyebelin ke lo itu buat apa? Ngejek lo magot gara - gara lo galak kayak macan got *kucing liar, gangguin lo, itu buat apa Sha?"

Melihat Sharen yang hanya terdiam, Jervine berinisiatif untuk menghapus air mata yang mengalir di pipi Sharen.

" Ternyata itu ga cukup ya buat lo? Atau itu ga cukup buat diri gue sendiri? Gue telat buat sadar, kalau sebenernya gue juga suka sama lo."

Jervine menghela nafasnya kemudian meraih helm miliknya yang tergeletak di atas sofa.

" Gue per—"

" Jangan pergi Vine, please." Sharen menahan tangan Jervine dengan kedua tangannya " Sekali ini aja lo turutin apa mau gue, cuma sekali ini aja." Pinta Sharen.

" Gue ga minta yang lain, cukup lo ada buat gue, cuma itu. Then I'll treat you better." Janjinya, tapi Jervine seolah tak peduli dengan kata - kata tersebut.

" Lo sayang sama gue kan? Please," Katanya pelan.

Jervine menghela nafasnya lagi " Gue gabisa Sha,"

" Lo bisa Jervine! Lo bisa! Dan lo pasti mau kan?" Sharen menghapus air matanya menggunakan punggung tangan.

" Lo gatau kalau selama ini perasaan gue itu tetep sama Vine, gue sayang sama lo. Gue benci sama lo karena lo lebih pilih Seyan daripada gue, please sekali ini aja biarin gue egois atas lo." Ujarnya " Lo sayang kan sama gue?"

" Gue sayang Sha, gue sayang. Tapi dihati gue cuma ada Seyan."

" Kalau dihati lo cuma ada Seyan Seyan! Seyan!"

Dada Sharen bergemuruh saat meneriakkannya,

" Gue dimana Vine?" Lirihnya.

Siapa yang tak boleh lelah? Mungkin ia putus asa.

---

di jantung, biar separuh hidupku.
hay readers!

to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang