» epilogue - little baby

856 64 2
                                    

" Aku. Bukan. Bayiii!" Anak berusia sembilan tahun itu berteriak keras hingga memenuhi seisi ruangan. Sementara Javier yang baru saja menggodanya malah tertawa puas.

" Kamu tuh masih bayi, nih mukamu sama kayak Berlin." Tunjuknya pada seorang bayi yang tengah sibuk dengan mainannya di dalam box. Anak itu mendengus " Aku bilangin bunda nih."

" Bilang aja." Lantas saja anak itu berlari menuju dapur, menghampiri seorang wanita yang tengah sibuk membuat bubur ditemani oleh seorang anak laki - laki seusianya.

" Nda!"

" Apa sayang?" Wanita dengan rambut panjang itu menolehkan kepalanya " Masa ayah bilang mukaku mirip Berlin! Berlin kan masih bayi!" Gerutunya kesal.

" Emang mukamu mirip bayi, lucuu banget." Katanya seraya mencubit pipi sang putra dengan gemas.

" Kok Asher ga dicubit juga pipinya?!" Katanya kesal.

" Karena aku ganteng, bukan imut." Tukas Asher tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. Ia tengah menyelesaikan buku dongeng, sembari berlatih membaca agar lebih lancar.

Aaron yang mendengarnya lantas berdecak sebal " Aku mau buburnya juga." Kemudian anak itu berjalan menghampiri kursi, ikut bergabung duduk bersama Asher.

" Kamu baca apa?"

" Dongeng." Anak itu mendekatkan wajahnya ke buku, membuat Asher mendengus sebal karena acara membacanya harus terganggu.

" Dongeng tentang apa?"

" Buaya sama kerbau."

" Loh Papi Jemi?" Asher mengerutkan dahinya " Kenapa sama papi?" Aaron menggerakkan tubuhnya lebih dekat, kemudian menarik leher Asher untuk mendekat.

Asher yang ditarik secara tiba - tiba tentu saja terkejut, untung tidak jatuh.

" Kata bunda, papi itu dulunya mantan buaya."

" Kok bisa jadi orang?" Bocah dengan rambut lebat itu terlihat bingung dengan kata - kata yang akan ia lontarkan " Disihir?"

" Lagi ngapain? Ngga ngajak!" Keduanya lantas menoleh, mendapati seorang anak yang juga seumuran dengan mereka.

" Loh kamu pulang?" Tanya Aaron bingung " Lah? Ini kan rumah? Bukannya rumah buat pulang?"

" Sama siapa?"

" Papi." Kemudian anak itu mengambil duduk di sebelah kembarannya, Asher.

" Mama?"

" Mama rempong, aku ti-"

" VISHERR! INI ES KRIM KAMU JATUH DI JOK MOBIL YA?!"

Asher dan Aaron kompak menolehkan kepalanya ke arah bocah yang baru datang tersebut " Termasuk itu juga aku langsung kesini, takut dimarahin."

Kemudian seorang pria masuk dengan menggendong seorang anak perempuan yang lagi - lagi juga seumuran dengan ketiganya. Pusing.

" Alen tidur, pi?" Jemi mengangguk " Kecapean dia." Kemudian Jemi berjalan ke lantai dua untuk menidurkan anak bernama Alen itu. Fyi, Alen ini anak Jemi-denganmu-yang sering di titipkan ke rumah Jervine dan Sharen untuk diasuh, karena ibunya terlalu sibuk. Wanita karir.

" Nih buburnya." Aline meletakkan semangkuk bubur yang baru saja ia buat ke hadapan Aaron.

" Buat Shersher mana?" Tanya Visher melongokkan kepalanya " Oh kalian mau bubur juga?"

" Ngga juga sih, lebih mau burger." Celetuk Asher sembari merapihkan buku dongengnya.

" Ngga usah bunda, nanti Sher minta mama aja." Aline mengangguk, kemudian berjalan menghampiri Javier yang kini sudah beralih menggoda Berlin hingga menangis.

Tak lama kemudian, masuklah Sharen dengan kantung belanjaan yang cukup besar " Papa mana?"

" Molor." Jawab Asher sekenanya " Papi?"

" Di kamar nidurin Alen." Kemudian kedua bocah kembar identik itu turun dari duduknya.

" Mama bawa apa? Aku mau es krim." Tanya Asher sembari ikut mengintip isi kantung belanjaan " Mama bawa sayur, kamu mau?" Anak itu lantas menggelengkan kepalanya, tidak suka sayur.

" Kalian ngapain di depan kulkas?" Jervine datang dengan muka bantalnya " Pulang sama siapa?" Tanyanya kemudian.

" Sama Jemi." Jervine menatap kantung belanjaan, kemudian beralih ke Sharen " Tadi mau nelfon papa tapi ga diangkat." Jelasnya seraya menyodorkan satu botol air dingin kepada Jervine.

" Mima pulang kapan?" Tanya Sharen.

" Oma pulang?" Tanya Asher yang dijawab anggukan oleh kedua orang tuanya " Opa?"

" Kalau oma pulang, opa juga pulang." Jelas Jervine " Es krim buat papa mana?"

" Visher tumpahin di jok mobil Papi Jemi." Jervine membelalakkan matanya, kemudian segera berlari keluar menuju mobil.













Setaunya waktu Jemi kesini tadi pagi, ia mengenakan gocar karena mobilnya nyusruk ke parit akibat Hekal yang ugal - ugalan.



















" VISHERR INI MOBIL PAPA!"













" Hayoloh Visher, papa marah papa marah." Kata Asher dan Sharen menakut - nakuti Visher.

---

" Kan ayah udah bilang, jangan terlalu berharap buat disambut. Pake acara ngayal ada red carpet segala, mima itu udah tua, cucunya udah banyak." Ceramah Jeffrey sesampainya mereka di rumah.

Rose mendengus melihat penampakan rumahnya saat membuka pintu. Sampah dimana - mana, bahkan kini ruang keluarga sudah seperti tempat pengungsian korban bencana.

Ada Jervine dan Javier yang tertidur bersama dengan anak mereka dengan posisi tumpang tindih.

" Iyalah, besok ngga mau ngayal macem - macem lagi. Ini rumah ngga kebakaran aja mima udah lega."








---
holla!
makasih buat yang udah stay sama pomh sampai selesai, yang udah vote, comment, dan masukin cerita absurd ini ke readlist kalian ♡♡

big love for you,
see ya




proof of my heartbeat?
epilogue, end.

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧 🎉
𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang