» pomh.23 - back to you

403 54 6
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

---

lembar kedua puluh tiga, back to you.

" Ga."

Sharen menatap Jervine dengan datar, " Gue mau pulang sama Helvin. Lo. Jangan. Maksa. Ok?"

Jervine mendengus, kemudian mencekal erat tangan Sharen saat cewek itu hendak beranjak.

" Apalagi sih?" Jengah juga kesal, Sharen kan sudah ngantuk! Pulang sekolah rencananya ingin temu kangen dengan Vincenzo, siapa tahu bisa ditraktir pizza satu toko. Absurdd!

" Ayo pulang." Kemudian cowok itu menyeret tangan Sharen ke parkiran, menghampiri Alvine si ninja hijau yang sudah berdiri gagah disana.

" Gamau Vine, gue pulang sama Helvin."

" Ga ad—"

" Lo cowok, jadi harap ngertiin perasaan Helvin sebagai cowok gue." Jervine menatap Sharen lamat " Buat apa ngertiin dia? Cowok lo kan gue."

Cowok itu sudah memasang helm di kepalanya " Serah lo lah," Kemudian Sharen hendak pergi sebelum Jervine kembali mencekal pergelangan tangannya, lagi.

" Jervine Alatas, jangan buat gue marah bisa ngga sih?" Jervine terkekeh, kemudian ia menggeleng " Jervine please, kita itu udah bukan apa - apa." Lirihnya memberi penjelasan.

Tapi memang yang dibilangin dasarnya setan, ya tetap aja! Memang benar penggalan lirik lagu Lovely milik Billie Eilish, heart made of glass, my mind of stone. Kepala batu, wuu. Skip.

" Ga Sha, kita masih ada apa - apa. Dan kita ga kenapa - kenapa." Aduh Sharen puyeng.

Kemudian cewek itu menyodorkan kelingkingnya. Jervine mengangkat sebelah alis " Apa?"

" Buat perjanjian sama gue," Cowok itu mendengus.

Brakk!

Sharen reflek mundur saat Jervine membanting helmnya secara tiba - tiba, bahkan dapat dilihan jika rahangnya terluka karena pengait helm yang dilepas tiba - tiba.

" Ngerti ngga sih Sha?" Lirihnya sembari mendekat.

" Balik ke gue," Cowok itu menjeda ucapannya.

" Gabisa ya?"

---

" BISAIN!"

Rere membelalakkan matanya, " Teriak lagi, mati lo Dan!" Ancamnya dengan mata melotot. Sementara itu yang dipelototi malah menampilkan cengiran sok tidak berdosanya.

" Please, kita dari pertama jadian belum ngapa - ngapain loh? Lo ga iri apa sama Somi yang udah di ajak kemana - mana sama Hekal?" Cewek itu menggelang mantap.

" Kasur adalah duniaku, guling adalah separuh hidupku." Dana merotasikan bola matanya " Yaudahlah terserah." Lalu cowok itu pergi begitu saja, meninggalkan Rere dengan alis yang diangkat sebelah.

" Yang cewek disini tuh siapa sih njing?" Gumamnya sembari menyedot segelas es teh.

Sementara itu Dana sudah misuh - misuh saja ditengah jalan. Gagal sudah acara surprise ala - ala dirinya. Padahal cowok itu sudah berlatih menyanyi dengan Dara dan mamanya sampai kering tenggorokannya.

" Ah setan,"

" Dan!" Dana menoleh, " Dateng beneran setan." Gumamnya pelan.

" Apaan?" Cewek itu menyodorkan sebuah kantung plastik ke hadapannya " Apa nih?"

" Siomay Mang Kojay! Kamu suka banget kan sama ini? Gapake kentang, kecapnya sedikit, terus sambalnya dibanyakin." Katanya menjelaskan isi dari kantung plastik tersebut.

" Buat apaan?" Seyan meraih tangan Dana, dan menempatkan plastik tersebut ke tangannya.

" Buat dimakan, Dana. Oh ya, pulang sekolah ke kedai es krim perempatan yuk? Sekalian kita ngedate." Dana yang mendengarnya pun menatap lamat ke arah Seyan, lalu satu koridor dibuat heran setelahnya saat tawa Dana terdengar sangat keras.

" Ngelucu lo?" Cowok itu memegangi perutnya, " Ngedate mata lo." Kemudian mengembalikan kantung plastik tersebut ke pemiliknya semula.

" Gue punya Rere, jadi gabutuh lo buat temen ngedate." Seyan menaikkan sebelah alisnya.

" Kamu udah ga cinta mati sama aku?" Cowok itu kembali terbahak keras " Cinta mati?" Tanyanya.

" Maksudnya cinta gue buat lo udah mati, gitu?" Dana menipiskan bibirnya " Gausah lo tanya juga hati gue udah mati buat lo."

---

Jervine malu. Sangat. Malu.

Cowok itu meringis saat melihat Ilene mengobati rahang Helvin yang kembali terluka karena ulahnya.

" Sumpah ya, kalau sampai gue ga ganteng lagi. Ga gue restuin lo sama Ale." Kecamnya.

Jadi begini. Setelah adegan drama picisan di parkiran tadi, Sharen pun memilih mengalah dan ikut pulang bersama Jervine. Tapi memang Sharennya saja yang ngeyel sehingga Jervine tancap gas pulang ke rumah mami, bukan kost mereka.

Dan eng ing eng! Ternyata ada Helvin disana tengah tertawa bersama Ilene. Tentu saja Jervine dengan sisa amarahnya pun kembali menguap, ia salah paham. Ditonjoklah wajah Helvin hingga cowok itu tersungkur. Untung saja Ilene langsung memisahkan keduanya, sebelum terjadi gencatan senjata selanjutnya.

" Y-ya sorry," Helvin berdecak " Apa - apa tuh tanya dulu! Jangan main pukul gitu aja. Bocah banget lo." Hardiknya. Masalahnya ini dua kali rahang dia kena pukul, buat makan aja lumayan sakit. Masa yang lalu belum sembuh ini sudah ditambah lagi?

" Lo betah dek sama modelan kaya dia?" Tunjuknya pada Jervine. Yang ditunjuk sih hanya diam, tapi Sharen yang deg - degan.

Dengan gagap cewek itu menjawab,

" Y-ya engga sih," Tentu saja semua pandangan langsung teralih padanya. Bahkan dapat Sharen lihat gurat kecewa pada wajah Jervine.

Tapi setelahnya cewek itu menatap Helvin dengan raut tegas.

" Tapi gue sayangnya cuma sama Jervine. Sayang banget."

---
maaf, upnya pending dulu gara - gara pat :\ btw, hampir ending

to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang