» pomh.11 - jablay dan jametnya

379 59 25
                                    

lemesin readers!
adegan plus plus, bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya

syarat membaca part ini adalah BANYAKIN KOMEN! sumpah komentar saudara - saudara semua adalah bensin bagi saya yang idenya mogok! lopyu segepok!

---

lembar kesebelas, jablay dan jametnya.

" Mau minum apa?" Rere merenges " Es jeruk, terus sama nasi padangnya pake kepala kakap ya, buat cuci mulut pis—"

" Gue bukan babu," Dara mendengus sebal " Becandaa atuh neng! Teh ajalah yang anget."

" Udah kayak bapak gue aja lo. Yaudah tunggu bentar." Rere mengangguk, lalu Dara pun ke dapur untuk mengambilkan Rere minum.

Tak lama kemudian, terdengar langkah kaki menuruni tangga.

" Rere?" Tolong ini Rere rasanya mau mati aja! Deg - degan banget guis.

" O-oh hai Dan." Sapanya canggung, sementara itu yang disapa hanya bisa mengangkat sebelah alisnya " Dan?"

Rere mengangguk pelan " Iya, Dana kan?" Dana terkekeh, wuishh cool man!

" Ngga ada niatan buat manggil sayang?" Kemudian tanpa permisi cowok itu sudah duduk disamping Rere membuat si jablay menahan nafas.

" Jangan tegang - tegang gitu dong, gue bukan setan kali." Rere malah jadi tertawa, canggung, banget.

" Heh lo ngapain deket - deket si jablay? Ga kasian apa itu jantungnya mau ndelosor? *melorot" Tanya Dara yang tiba - tiba saja datang dari arah dapur sembari membawakan sebuah mug besar berisi teh hangat.

" Re,"

" Hm?"

" Gue bersih - bersih dulu ya?" Rere mengangguk " Jangan di apa - apain tuh temen gue!" Peringatnya pada Dana yang malah ditirukan oleh cowok itu.

" Diminum Re," Rere hanya mengangguk saja.

Kemudian suasana jadi hening, Rere yang gabisa dan gatahan dengan keheningan pun akhirnya membuka suara.

" Lo pacarnya Seyan ya?" Pergerakan tangan Dana di atas layar pipih itupun terhenti begitu cewek disampingnya menanyakan hal demikian.

Dana menolehkan kepalanya pada Rere kemudian tersenyum miris " Udah putus."

Rere membelalakkan matanya, antara harus merespon AW SENENG BANGET, atau menghibur Dana AW SEDIH BANGET. Tapi kalian tahu gimana respon hatinya.

" Ah, turut berduka cita ya Dan." Dana mengangkat sebelah alisnya " Buat?"

" Ya buat hubungan lo lah!" Mendengar alasan konyol itu pun Dana menyemburkan tawanya " Lucu banget sih lo."

Blush!
Setann!

" Re," Rere mengerjapkan matanya " Apa?"

" Mau ngobrol, boleh ngga?" Tentu saja cewek itu mengangguk, dengan antusias pula.

Dana pun berdiri dari duduknya " Ayo."

" Kemana?"

" Ngobrol." Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mengobrol di teras depan. Tertawa haha - hihi, kadang juga seperti guntur yang BHUAHAHAHA. Untung tetangganya tidak ada yang terganggu.

" Oh iya Dan," Dana yang baru selesai tertawa pun menolehkan kepalanya " Kata Dara, lo simpen foto Sharen ya?" Seketika cowok itu terdiam.

" O-oh udah malem Re, mau gue anterin pulang ngga?" Rere yang ditawari seperti itu tentu saja mau!

" Boleh, ayo." Kemudian Dana masuk kedalam untuk mengambil jaket dan dua buah helm.

" Nih pake," Ia menyodorkan helm bogo milik Dara untuk Rere pakai.

Entah ini pengalihan atau benar - benar peduli, yang Rere tangkap hanyalah satu. Bahwa Dana tidak mau menjawab pertanyaannya.

Semilir angin menusuk celah kardigan ungu tua yang ia kenakan, cewek itu memejamkan matanya. Bahkan tangannya sudah bertengger di pinggang Dana karena cowok tersebut yang meminta, safety katanya.

Entah sadar atau tidak, kini mereka sudah ada di depan rumah Rere " Nih." Kok Dana tahu lokasi rumah Rere? Entahlah.

Dana menerima uluran helm tersebut " Makasih ya?" Dana mengangguk " Gue masuk dulu."

" Eh Re," Rere berbalik " Boleh minta tolong ngga?"

Cewek itu mengangkat sebelah alisnya " Bilang ke Sharen buat jauhin cowok yang namanya Helvin."

Rere hanya mengangguk pelan, tapi ia setuju " Ok. Tapi kenapa?"

" Nanti gue kasih tau alasannya. Yaudah gue pulang dulu." Dana tersenyum dan berbalik pulang.

Sepeninggal Dana, Rere hanya bisa bertanya - tanya dalam hati. Sampai akhirnya cewek itu sadar bahwa gerbang rumahnya telah dikunci.

" Lah? Kan niat awal gue ke rumah Dara buat nginep karena mimi ada dinas. Ini kenapa gue boleh - boleh aja sih Dana nganterin pulang?" Kemudian Rere melihat jalan yang tadi dilalui Dana, tapi cowok itu sudah tidak kelihatan.

" Apa gue diusir secara tersirat?"

---

Cewek itu hendak memejamkan matanya, tapi tidak jadi karena sebuah lengan yang melingkari pinggangnya secara tiba - tiba.

" Gue minta maaf," Jervine menelusupkan wajahnya diantara rambut lebat Sharen, mengeratkan pelukan itu menjadi lebih posesif.

" Tapi lo tau sendiri kan Sha? Gue sama Seyan gimana." Sharen memilih untuk diam, percuma juga ia membalas.

Cewek itu melepaskan tangan kekar Jervine dari pinggangnya dan berbalik " Tapi gue bukan bola Vine, yang bisa lo oper ke Vier gitu aja."

Jervine mengangguk " Iya gue tau, gue minta maaf." Telapak tangannya membelai pipi Sharen pelan.

" Maafin gue ya?" Sharen mendengus sebal " Ini yang keberapa kalinya?" Jervine terkekeh miris " Gue udah berkali - kali ya bikin lo gini? Brengsek emang."

" The reason why I called you jerk."

Jervine tersenyum, kemudian mendekatkan wajahnya pada Sharen. Mencuri satu kecupan dari cewek tersebut.

" Forgive me?"

Cewek itu mendengus, " As always."

Kemudian cowok itu bangkit dari posisinya, beralih posisi dengan mengukung tubuh Sharen dibawah tubuhnya.

Mengecupi bibir Sharen beberapa kali hingga ia sudah tak sabar kemudian melumat bibirnya. Tentu saja Sharen membalas.

Mereka melakukannya sudah lebih dari tiga kali, dan Sharen mengakui jika ciuman Jervine memang semenyenangkan itu.

Jervine melepas pagutannya " Satu kali?" Sharen terkekeh " Dua kali juga boleh."

Kemudian mereka bergelung bersama, saling menyalurkan rasa, membantu untuk lupa.

Setidaknya senanglah untuk sekarang, esok? Tidak ada yang tahu. Bahkan mereka yang tahu pun tidak tahu bagaimana dua orang ini menjalani hubungannya.

Apa iya masih bisa disebut hubungan?

---
kesalahan berawal dari rasa nyaman.

to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang