8. Ada Apa Tentang Zevanya

248 32 1
                                    

Zora pulang sekolah sebelum waktunya. Cewek itu tidak mau bertemu Nasya dulu. Ia takut emosi lagi ketika bertemu cewek itu, jangan anggap Zora alay. Cuma nama? Iya, memang cuma nama. Tapi nama 'zevanya' memang sangat berdampak bagi dirinya.

"Kalau Lo mau gue anggep sebagai keluarga gue. Lo gak boleh makek nama mama di nama lo!"

"Lo itu orang yang buat mama meninggal, jadi jangan coba-coba makek nama mama di nama tengah Lo!"

"pembunuh, bakal tetep jadi pembunuh Ra!"

"Gue gak mau Lo kenal sama nama 'zeva'!"

"Sampek gue denger Lo sebut nama 'zevanya' abis Lo ditangan gue!"

"Siapa aja yang berani nyebut nama panjang Lo pakek nama itu, Lo yang bakal kena akibatnya!"

"ARRGGGHHHH..... GUE BENCI! GUE BENCI! GUE BENCIIII!"Zora berteriak marah, semua perkataan Bryan yang menyangkut nama mamanya kembali berputar di kepalanya. Semua yang Zora lihat ia lemparkan. Bantal, guling, kursi, buku sekolahnya, nampan berisi piring dan gelas yang tadi pagi ia gunakan untuk tempat sarapan sebelum sekolah pun pecah karna ia lemparkan ke sembarang arah.

Bik Asih yang mendengar suara teriakan itu langsung berlari ke kamar Zora. Di ketuknya pintu itu berkali kali. Namun tak ada sahutan dari dalam.

"Non, non. Kenapa non?"Bik asih tetep mengetuk ngetuk pintu kamar Zora dengan tidak sabaran. Devan yang kebetulan baru pulang dari kampus memandang bik Asih dengan tatapan bingung. Kenapa pembantunya itu nampak cemas sekali.

"Kenapa bik?"tanya Devan sambil berjalan mendekat ke arah bik Asih.

"Ini den, non Zora tadi teriak-teriak,"jawabnya.

"Baru pulang dia bik?"tanya Devan lagi.

"Nggak tau bibik den. Bibik tadi di dapur cuci piring,"

"E..... Yaudah kalo gitu Bibik nerusin cuci piringnya aja, biar si Zora saya yang ngurus."kata Devan. Bik asih mengangguk ragu, tapi kemudian wanita itu pergi meninggalkan Devan di depan kamar Zora.

"Ra, Zora! Bukain pintunya, ini gue!"teriak Devan dari luar.

"PERGIIII! JANGAN GANGGU GUE!"teriak Zora dari dalam.

"Ra, Lo kenapa sih?"

"GUE BILANG PERGI!"

"Ra, Lo buka pintunya atau gue dobrak?"tidak ada sahutan dari dalam.

Devan menghembuskan nafas panjangnya. Ia menaruh tas ranselnya di lantai. Cowok itu mengambil ancang ancang, siap mendobrak pintu Zora.

Brakkk!

"Zora!"suara teriakan Devan beradu dengan suara keras pintu yang habis ia dobrak. Cowok itu berlari ke arah Zora dan mengambil pecahan gelas kaca yang cewek itu pegang. Devan menatap mata Zora yang memerah, tapi tak ada air mata disana.

"Lo mau ngapain sih Ra?"tanya Devan dengan nada khawatirnya.

"Lo mau nyakitin diri Lo sendiri? Buat apa?"tanpa aba aba Devan memeluk erat tubuh adiknya itu. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran cewek di pelukannya ini.

"Nangis!"bentak Devan, dirinya masih memeluk Zora.

"Gue bilang nangis! Sesak itu cuma bisa lega dengan Lo ngeluarin air mata." Kata Devan.

"Nangis aja Ra. Sesak itu bisa berubah lega kalo di keluarin pakek isakan. Nangis sepuas yang Lo mau, gue ada di samping Lo. Siap jadi sandaran kapan aja Lo butuh."Devan malah mengingatkan Zora pada ucapan Marvel yang pernah Zora dengar.

SEMESTA milik ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang