"Zora!"Aldev berdiri dari duduknya. Menyambut Zora yang baru pulang dari rumah sakit. Lelaki itu langsung mendekati Zora dan memeluknya. Mencium puncak kepalanya berkali-kali.
"Kamu kenapa sayang, kok bisa pingsan?"tanya Aldev.
"Enggak tau pa. Padahal Zora gak kenapa-kenapa pas berangkat sekolah. Tapi pas masuk kelas dan temen-temen Zora nanyain sesuatu Zora jadi pusing, gemeteran juga."kata Zora sambil melepas pelukan.
"Papa Sampek gak fokus kerjanya gara-gara mikirin kamu. Papa kira kamu kenapa-kenapa,"
"Enggak kok, Zora baik-baik aja."kata Zora.
"Yaudah ra, lo istirahat sana. Gak usah mikirin pertanyaan temen-temen lo."Kata devan. Zora mengangguk lalu memeluk Aldev lagi.
"Zora istirahat dulu ya,"kata Zora, setelah diangguki oleh Aldev. Zora pun pergi ke kamarnya.
"Zora kena Onomatophobia,"kata Devan tiba tiba. Cowok itu berjalan ke sofa lalu duduk di samping Aldev.
"Onomatophobia?"tanya Aldev. Pasalnya ia baru mendengar nama penyakit itu kali ini.
"Iya, phobia pada sebuah nama."kata Devan.
"Jelasin yang lengkap kenapa bang,"suruh Bryan yang masih tidak mengerti.
"Dia bakal ngrasa sangat ketakutan pada sebuah nama tertentu. Dia bakal ngrasa cemas dan pusing dalam satu waktu kalau mendengar nama itu disebut."kata Devan menjelaskan.
"Kok bisa? Padahal sebuah nama kan gak bisa nyakitin seseorang?"tanya Aldev.
"Itulah Onomatophobia pa. Aneh, tapi emang ada."kata Devan.
"Eh, tapi kok bisa sih Zora kena phobia gitu?"tanya Bryan.
Mendengar pertanyaan itu entah kenapa langsung membuat Devan emosi. Rahangnya mengeras. Tatapannya tertuju ke depan, Tajam dan serius.
"Lo masih tanya kenapa padahal udah jelas-jelas semua ini berawal karna lo,"kata Devan, nadanya berubah menjadi datar.
"Kenapa Lo nyalahin gue?"tanya Bryan yang kebingungan.
"Zora kayak gini karna lo. Kalau aja lo gak bentak bentak Zora karna nama mama, Zora gak bakal kena phobia ini. Zora itu kena Onomatophobia karna nama 'Zevanya' Yan. Dan semua itu berawal dari lo yang suka bentak-bentak Zora!"Devan emosi. Dia menatap Bryan dengan mata merahnya. Aldev memandang dua anak lelakinya. Aldev tidak berkata apa-apa, biarkan saja Devan berkata yang menurutnya benar. Cowok itu perlu meluapkan emosinya agar merasa lega.
"Kenapa Lo jadi salahin gue sih?"
"Definisi orang yang ngrasa gak punya salah itu lo Yan. Selalu ngelak, nggak pernah mau ngakuin kesalahannya apa. Emang gak pantes Lo jadi seorang Abang. Bisanya cuma nambahin lukanya Zora. Bisanya cuma bikin Zora nangis."
"Lo kenapa sih, punya masalah Lo sama gue?"tanya Bryan. Devan membuang muka. Akan semakin emosi jika ia berada disini. Mending ia mandi untuk mendinginkan kepala yang sudah di buat panas oleh Bryan.
"Gak tau lagi gue sama jalan pikiran Lo!"setelah mengatakan itu, Devan meninggalkan ruang tamu. Berjalan ke lantai atas untuk menuju ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA milik ZORA
Genç Kurgu"kenapa Lo nglakuin itu?"tanya Zora marah. "Dare, ToD."dengan enteng Aldi menjawab, membuat Zora geram setengah mati. "Lo bisa beli boneka di pasar buat objek permainan bodoh Lo itu. Asal jangan gue! karna gue bukan boneka yang seenak jidad Lo perla...