26. Pemakaman Nasya

149 15 2
                                    

Haii.... Apa kabar?
Udah siap lanjut baca ceritanya belum??

Yuk, langsung aja....

Happy reading🥰🥰

***

Pagi ini, awan mendung menjadi saksi Zora menghadiri pemakaman Nasya Amanda. Teman-teman seangkatan gadis itu juga berkumpul untuk melihat Nasya dimakamkan. Zora menatap mayat Nasya yang perlahan diturunkan di tempat gelap di dalam sana. Zora masih tidak menyangka, cewek bawel yang selalu mengitari dunianya kini pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Aldi merangkul Zora, seakan tahu apa yang gadis itu rasakan. Zora tak minta di jelaskan, ia hanya ingin tau, Kenapa harus ada perbuatan bunuh diri jika hanya akan menyakiti banyak hati?

"Ikhlas ya Ra. Biarin dia pergi dengan tenang,"bisik Aldi. Zora menggeleng pelan. Jujur saja, dia belum bisa.

"Kenapa hidup gue harus gini sih Al. Kenapa gak adil banget rasanya buat gue. Gue udah kehilangan mama, kekuatan terbesar gue. Dan sekalinya gue dapet sahabat yang benar-benar selalu ada buat gue, sekarang harus diambil juga. Apa emang takdir sekejam itu?"tanya Zora sendu.

"Kita gak bisa nyalahin takdir. Sebab apa yang dituliskan dalam takdir adalah yang paling benar. Takdir adalah sebuah ketetapan, dan semua yang udah jadi ketetapan, gak akan bisa di ubah dalam bentuk pilihan,"kata Aldi.

"Ikhlas ya Ra, gue yakin Lo bisa,"sambung Aldi. Zora mengangguk pelan.

"Si Nasya beneran gak akan balik Ra?"tanya seseorang di belakang Zora. Zora menoleh, mendapati Jessica berdiri di belakangnya.

"Semua yang udah diambil tuhan gak akan bisa balik lagi Jes. Sekuat apapun kita meminta. Semua yang udah tuhan genggam gak akan di balikin lagi,"air mata Zora menetes lagi. Mengingat seberapa cerewetnya Nasya pada dirinya yang masih terngiang-ngiang di kepala Zora. Suara cempreng Nasya yang tak pernah absen Zora dengar kini tak akan ia dengar lagi.

"Gue bener-bener gak nyangka temen seperbegoan kita udah nggak ada,"kata Jessica sambil tersenyum miris. Saking sedihnya, Zora sampai tidak bisa merasa kesal karena secara tidak langsung, Jessica mengatainya bego.

"Gue bakal kangen sama Lo Sya,"ucap Jessica lirih.

Zora mengusap punggung Jessica, lalu keduanya saling menguatkan lewat pelukan. Aldi hanya memandang keduanya sambil menyunggingkan senyum. Ia harap, Zora tak merasa sedih terlalu lama. Karena entah mengapa, melihat Zora yang terus menangis membuat sedikit rasa aneh di hati Aldi. Aldi rasa, perlahan ia mulai menyayangi Zora.

***

Acara pemakaman Nasya pun usai, namun seluruh anak kelas XII masih berdiri memutari makam Nasya. Mereka ingin menikmati kebersamaan mereka bersama Nasya meski hanya batu nisan yang bisa mereka pandang. Rasanya sulit, gadis yang hampir tiga tahun berbagi suka dukanya sekolah bersama mereka, kini harus pulang ke pangkuan semesta.

"Semoga tuhan ngizinin Lo Dateng ke mimpi gue ya saya. Mungkin cuma itu salah satu cara Lo ngobatin rasa kangen gue nanti,"kata Zora sambil mengusap pelan nisan Nasya.

"Dateng ke mimpi kita-kita ya sya. Abisnya Lo jahat, mau pergi gak bilang-bilang dulu. Lo buat kita-kita kaget. Seharusnya Lo bilang dulu sama kita sya, biar kita bisa temenin Lo di dalem sana,"kata Jessica.

SEMESTA milik ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang