Zora berjalan santai menuju kelasnya. Dilihatnya kelasnya yang masih sepi Tanpa penghuni. Kemana Nasya? Kemana yang lainya?
"Pada kemana ya?"Zora celingukan di depan kelas, koridor pun nampak sepi. Zora tak ambil pusing, dia masuk ke kelasnya dan duduk santai di bangkunya. Nanti juga pasti teman-temannya datang.
Handphone Zora berbunyi nyaring, Gerry menelfonnya. Tumben? Sejak pindah sekolah disini, baru kali ini Gerry berbicara dengannya.
"Halo!"sapa Zora.
"Temen luknut ya lo, bener-bener deh! Sombong banget gak pernah nyapa gue."balasnya.
"Apa sih Lo, ngeselin banget. Lo tuh yang sombong banget jadi orang. Lupa Lo sama gue?"
"Lo lah, harusnya lo tuh meyambut kedatangan gue disini gitu. Eh malah mlengos aja kalau ketemu gue. Emang dasar temen bangsad sih Lo!"
"Mulut Lo ya, Minta di sekolahin dulu keknya biar pinteran dikit kalo ngomong."kata Zora.
"Canda Ra. elah, dibuat serius mulu. Giliran di seriusin gak mau,"katanya.
"Tumben lo nelfon gue. Baru inget kalo lo punya temen kayak gue?"tanya Zora.
"Maunya sih Lo dilupain ra sama otak gue. Tapi kenangan yang lo buat terlalu banyak, sulit untuk di buang. Karna terlalu berharga,"
"Mulai deh alay—nya,"Zora terkekeh mendengar ucapan Gerry barusan.
"Gimana gue bisa lupa sih ra sama lo. Dulu kan kita TK sekelas, SD sekelas, SMP se sekolah tapi beda kelas, SMA doang baru pisah negara tapi akhirnya balik kayak awal lagi. Kumpul kayak dulu lagi. Cuma sayang, kita gak bisa ngulang kenangan yang dulu sering kita lakuin bersama."kata Gerry panjang.
"Btw, kenangan yang mana nih Ger?"tanya Zora sambil tertawa.
"Ya Kayak misalnya, main sepeda bareng, makan sepiring bertiga sama Nicko. Main hujan-hujanan Sampek sakit. Diomelin bareng. Nyuri mangga bareng, Gue yang manjat, lo Sama Nicko yang nangkep. Tidur bareng. Sampek mandi pun bareng karna dulu kita gak kenal apa itu malu,"kata Gerry membuat Zora kembali mengingat masa lalu indahnya.
"Dan dengan teganya lo narik punya Nicko sampek dia kesakitan. Gila si lo, lo kira punya dia mainan apa."terdengar suara tawa gerry di seberang sana.
"Udah, yang itu gak usah di inget napa ger. Malu tau,"ujar Zora.
"Nostalgia Ra,"
"Nostalgia mata Lo!"
"Lo baik-baik aja kan Ra?"
"Yaiyalah, kenapa emang?"
"Enggak cuma kemaren gue lihat bang Bryan gendong Lo pas pingsan. Gue kira Lo kenapa-napa,"katanya. Zora menautkan kedua alisnya mendengar penuturan itu. Apa tadi? Bryan? Ia tidak salah dengar kan? Tapi kemarin Devan bilang dia yang menjemput Zora ke sekolah.
"Ra, kok diem sih?"
"Eh, enggak enggak. E.... Lo salah liat kali,"
"Ha? Apanya yang salah liat?"
"Kemaren yang jemput gue itu bang Devan, bukan bang Bryan. Ngadi-ngadi aja Lo,"kata Zora.
"Anjir ngeyel. Yang liat siapa? Gue!"
"Yang di gendong siapa? Gue!"
"Yang melek siapa? Gue! Yang merem siapa? Elo! Yang bener siapa? Gue!"
"Tapi kata bang Devan kemaren dia yang jemput?"
"Dikibulin Lo tuh,"
"Lo tuh yang tukang ngibulin orang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA milik ZORA
Genç Kurgu"kenapa Lo nglakuin itu?"tanya Zora marah. "Dare, ToD."dengan enteng Aldi menjawab, membuat Zora geram setengah mati. "Lo bisa beli boneka di pasar buat objek permainan bodoh Lo itu. Asal jangan gue! karna gue bukan boneka yang seenak jidad Lo perla...