15. Nyaman

225 32 5
                                        

Aldi melangkahkan kaki dengan santai menuju kelasnya. Tidak lupa dengan keempat buntutnya yang selalu mengikutinya di belakang punggung cowok itu. Siapa lagi kalau bukan Gilang, Ardi, Revan dan Noval. Kalau kaisel? Jangan ditanyakan. Cowok itu selalu berjalan bersisian di samping Aldi.

"Eh, ada bundadari!"seru Gilang saat matanya tak sengaja melihat Nasya dan Zora sedang berjalan ke arahnya sambil membawa buku paket di tangan kanan.

"Bantuin dong Al. Keberatan tuh!"kata Ardi.

"Lo aja,"jawab Aldi. Tapi matanya menatap serius pada Zora. Entah kenapa cewek itu akhir-akhir ini membuat Aldi tertarik. Zora dan Nasya melewati mereka dengan santai. Seolah kumpulan cowok cakep itu tidak menarik di mata keduanya.

"Zora!"panggil Gilang cukup keras. Zora yang merasa terpanggil kemudian berhenti.  Lalu menoleh ke arah enam orang di depannya.

"Kenapa?"tanyanya.

"Cepetan Ra, berat nih!"kata Nasya. Cewek itu sepertinya ingin cepat-cepat pergi.

"Ada apa? Kalau gak penting gue pergi,"kata Zora.

"E.... Ini, tadi kata Aldi mau bantuin bawa bukunya,"kata Gilang dengan entengnya. Aldi yang merasa disebut plus kena sasaran langsung melotot ke arah Gilang yang main ceplas-ceplos. Gilang cengengesan. Dasar temen setan.

"Enggak usah. Gue masih bisa bawa sendiri,"kata Zora.

"Tapi dari tadi katanya pengen Ra,"kata Gilang tidak kapok. Padahal Aldi sudah menatapnya horor. Seolah ia ingin menerkam cowok itu setelah ini.

"Iya Ra, katanya gak tega liat Lo bawa buku banyak gitu,"sahut Revan.

"Ah lama ah, gue duluan deh,"ucap Nasya, tanpa persetujuan dari Zora cewek itu buru-buru pergi.

"Yah sya, Nasya!"panggil Zora yang sama sekali tak membuat kaki cewek imut itu berhenti.

"Tuh Ra. Pas banget si cumi udah pergi. Jadi Lo bisa berduaan sama Aldi. Ngerti suasana banget deh temen Lo,"kata Gilang. Zora menatapnya galak. Cowok ini malah memperlama pekerjaannya.

"Al, buruan bantu!"titah Noval.

"Dia gak mau di bantu. Mending kita ke kelas. Ngapain malah berhenti di sini,"kata Aldi.

"Lo mau bantu gak? Berat nih. Kalo gak gue pergi. Makin buat gue ngrasa berat aja lo!"kata Zora yang sudah kesal.

"AL, cowok gak lo. Sana bantu!"

Aldi yang di desak oleh teman-temannya akhirnya dengan hati yang setengah ikhlas dan setengah mau hehehe... Membantu Zora mengangkat separuh buku dari tangan cewek itu.

"Kita duluan ya Al,"pamit Gilang dengan rempongnya membuat Aldi memandangnya jijik.

"Mau dibawa kemana?"tanya Aldi menghilangkan kecanggungan di antara keduannya.

"Ke kelas sebelas IPA. Tadi di suruh Bu Nilam bawa kesana."kata Zora tanpa memandang ke arah cowok itu.

Aldi hanya mengangguk mengerti.

"Jaket Lo masih di gue. Lo gak mau ngambil gitu?"tanya Zora mencari topik lain.

"Nanti nanti aja. Gue masih punya yang lain di rumah,"kata Aldi.

"Kali aja Lo lebih sayang yang itu,"

"Sama aja,"

Zora memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Selain belum dekat, insiden ciuman mereka dulu sempat membuat keduanya dilanda rasa canggung.

"Ra!"panggil Aldi.

"Hmm"jawab Zora dengan gumaman.

"Eh kak Zora sama kak Aldi. Pantes banget tau kalo jalan berdua gitu, udah pacaran belum?"entah dari mana suara itu muncul. Keduanya langsung menoleh menatap sang empunya suara. Dan mereka menemukan anak kelas sepuluh yang sedang mengagumi keduannya.

SEMESTA milik ZORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang