Chapter 22

4.4K 501 15
                                    

Sunoo berlari menjauh dari Sunghoon setelah ia melamarnya di depan mata para anggota keluarga Park.

'Menikah? Menikah?! Aku menikah dengannya?!' pikirnya.

Tidak sadar ia berlari hingga sampai di sebuah kolam, masih di dalam wilayah rumah keluarga Park. Tidak lama setelahnya, Sunghoon pun sampai dan melihat Sunoo, heran.

'Apa yang salah? Bukankah ini hal yang wajar? Jika ia tidak mau menikah denganku, lalu mengapa ia kembali padaku dan bahkan mau menemui keluargaku?' pikir Sunghoon, kesal.

Sunoo menoleh ke arah Sunghoon dan memelototinya.

"Kau dan aku, apa?" tanyanya.

"Hah?" Sunghoon bingung.

"Keluargamu... melihat." ujar Sunoo.

"Oh itu-"

"Aku masih 20 tahun! Dan keluargamu membenciku. Kita memang terikat dan sudah memiliki anak, namun kita masih belum mengenal satu sama lain dengan baik." ujar Sunoo sambil memandang ke arah kolam. "Apa harus secepat ini?"

Sunghoon melihat itu merasa bersalah. Ia lalu mendekat dan merangkul Sunoo. "Maafkan aku. Aku terlalu terburu-buru. Ayo luangkan waktu selagi kita menangani semua masalah ini. Meskipun begitu, kau akan tetap bersamaku kan?"

Sunoo menatap Sunghoon yang merangkulnya itu. Ia mengangguk. "Iya."

Sunghoon tersenyum lalu ia menggandeng tangan Sunoo. "Pulang yuk?"

Mereka kemudian pergi dari sana dan pulang. Selama perjalanan pulang, Sunghoon masih merenungkan hal tentang pernikahan.

'Apa pentingnya menikah? Lagipula mustahil kami berpisah, kami kan terikat. Selagi tetap bersama, itu tidak masalah.'

Sunghoon tersenyum dan mengangguk-angguk selagi memikirkan itu.

'Ya, tidak mungkin kami berpisah kan?'


Beberapa hari setelahnya.

Sungwoo terus-menerus menangis dan menolak Sunoo. Sunghoon tidak tahu mengapa putranya itu seperti ini akhir-akhir ini, lebih tepatnya setelah Sunoo menolak lamarannya. Ia berpikir mungkin Sungwoo tidak ingin bersama mamanya karena mamanya telah menolak lamaran ayahnya.

Setiap Sunghoon menenangkan Sungwoo yang sedang menangis itu, Sunoo hanya bisa berdiri di balik pintu. Karena setiap ia berada di dekat Sungwoo, Sungwoo langsung menangis. Maka dari itu ia hanya bisa mengawasi dari jauh.

Sunghoon tiba-tiba menyadari sesuatu. Ia menidurkan Sungwoo di tempat tidurnya kemudian menarik Sunoo mendekat.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Sunoo.

"Kupikir ini karena feromon kita. Mungkin ia tidak menyukai feromon yang kau dan aku keluarkan." ujar Sunghoon.

Sunoo mengernyit. "Sungwoo kan masih bayi, masih belum tau ia Alpha atau Omega. Bagaimana bisa itu terjadi?!"

"Aku dan kakak-kakakku juga seperti itu saat bayi." ujar Sunghoon.

Mata Sunoo melebar. "Benarkah? Itu artinya..."

Sunghoon mengangguk. "Itu artinya, kemungkinan besar Sungwoo adalah dominan."

Sunoo menutup mulutnya. "Su-Sungwoo dominan? Daebak... Daebak!" ia tersenyum lebar.

Sunghoon ikut tersenyum. Ia kemudian menatap Sungwoo yang sudah tidak menangis lagi.

"Ayah dan mama baik-baik saja, Sungwoo-ya~" ujarnya.

Love Is An Illusion | SungSunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang