Chapter 31

3.9K 409 42
                                    

Sunoo's point of view.

Hari ini adalah hari pertama kuliah setelah menempuh libur musim panas yang cukup panjang. Di hari pertama ini pula, Sunghoon yang mengantarku, karena ia masih libur.

"Belajar yang rajin." ujarnya.

Aku mengangguk dan tersenyum. "Sampai jumpa."

Baru saja hendak keluar dari mobil, Sunghoon menahan tanganku. Aku pun menoleh ke arahnya dan terkejut, sesuatu yang empuk dan hangat menempel di bibirku.

"Cup."

Pipiku mendadak panas.

"Sa-sayang..." ujarku.

Menanggapi itu, Sunghoon tertawa pelan, lalu mengelus pipiku. "Aku akan menjemputmu nanti." ujarnya.

"Iya."

Kemudian aku keluar dari mobil dan mendapati Riki yang telah menungguku di depan gedung kampus bersama dengan teman-teman klubnya. Ia lalu menyadari kedatanganku dan segera menghampiriku.

"Yo~ hoobae!" sapanya.

"Cuih, mentang-mentang kau lebih dulu masuk kesini." ujarku.

Riki memang dua tahun lebih muda dariku tetapi ia sudah semester empat. Sementara diriku masih semester dua. Itulah mengapa ia memanggilku 'Hoobae'. Jujur aku sedikit menyesal karena menolak tawaran orang tuanya untuk membiayaiku kuliah. Jika aku menerima tawaran mereka, mungkin saat ini aku sedang duduk bersama dengan tumpukan dokumem di kantor.

Kami berdua berada di fakultas yang sama, yaitu fakultas ilmu pendidikan. Aku mengambil jurusan pendidikan matematika, sementara Riki di pendidikan olahraga.

Awalnya aku pikir para mahasiswa di kampus ini benar-benar pintar dan rajin belajar. Pasalnya kampus ini cukup bersaing dengan kampus top lain di Korea Selatan. Namun tidak seperti dugaanku, sedikit kutemui mahasiswa yang seperti itu.

Banyak mahasiswa yang datang hanya untuk memenuhi absen. Setelah itu mereka hanya tidur, mengobrol, bermain ponsel, atau tidak memperhatikan dosen.

Tes yang diberikan juga cukup mudah bagiku. Bahkan menurutku siswa sekolah menengah saja bisa mengerjakannya, kupikir Jihoon (keponakan Sunghoon) bisa menyelesaikannya dengan cepat. Tetapi entah mengapa banyak yang mengatakan itu sulit. Sulit apanya? Kalian saja yang malas.

Aku mulai khawatir berkuliah di kampus ini adalah keputusan yang salah. Mungkin aku seharusnya mendengarkan Sunghoon untuk pergi ke kampus lain. Tapi aku memilih berkuliah disini karena Ni-ki juga ada disini. Tapi dia akan lulus kurang dari setahun lagi. Apa yang harus kulakukan?

Pada akhirnya, aku pun memilih untuk menjalaninya. Jika ingin pindah pun aku bisa bilang pada Sunghoon. Dia kan kaya.

"Hei! Kau Kim Sunoo, ya kan?"

Seseorang menepuk pundakku, aku pun menoleh padanya. Ternyata ia adalah seniorku, Taehyun-sunbae.

"Ya, sunbae?"

"Apa kau berminat datang ke perkumpulan setelah kuliah besok?" tanyanya.

"A-aku... ada sesuatu yang harus kulakukan di rumah." balasku.

"Kenapa kau selalu sibuk? Jadi, besok kau tidak datang lagi? Datanglah setidaknya sekali saja!" ajak Taehyun-sunbae.

Matamu, aku harus menjaga Sungwoo.

Taehyun-sunbae kemudian menatap jariku. "Itu... cincin tunangan bukan? Kau sudah punya pasangan?" ujarnya sambil menunjuk ke arah cincin nikah di jari manisku.

Love Is An Illusion | SungSunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang