Untuk sebagian murid, menjadi salah satu bagian dari organisasi OSIS adalah sebuah hal yang membanggakan. Terutama buat murid-murid kelas sepuluh yang menganggap OSIS sebagai organisasi paling terbaik disekolah. Ya, mungkin anggapan mereka benar. Tapi, boleh jadi mereka hanya melihat OSIS lewat satu sudut pandang yang penuh ekspetasi tinggi?Raja tidak yakin. Tapi itulah yang terjadi padanya waktu dia masih menginjakkan kaki di kelas sepuluh.
Dimana saat itu dirinya memiliki niat dan tekad kuat untuk masuk ke dalam organisasi sekolah. Namun, Raja yang belum tau ingin masuk organisasi apa, di ajak oleh Kiki untuk bergabung ke dalam sebuah organisasi yaitu OSIS.
Kala itu, setelah kegiatan MPLS selesai. Raja yang sedang berada di kantin sekolah, didatangi oleh Kiki yang saat itu masih menjadi teman dekatnya.
“Gue mau masuk OSIS."
Raja melirik Kiki seraya menautkan keningnya.
“Jadi, lo nggak usah khawatir. Lagipula lo juga mau masuk organisasi kan? bareng aja sama gue kalau gitu.”
Raja terdiam, saat itu dia masih belum yakin walau ingin sekali masuk organisasi. Sebenarnya Raja punya tujuan, selain agar dia bisa memiliki banyak teman, Raja juga bisa mendapatkan banyak pengalaman. Alasan klasik sebenarnya. Biar begitu, tetap saja Raja masih belum tau ingin masuk organisasi apa.
Jujur aja, sebenarnya Raja sudah memutuskan untuk masuk organisasi OSIS sejak lama. Tapi, dia punya alasan lain yang buat dia jadi mempertimbangkan lagi keputusannya itu.
“Kenapa lagi, Ja? lo masih takut?” Kiki mendengus samar. Lantas menaruh sendok makan, menatap Raja dengan sorot mata heran.
“Nggak.” Raja menjawab singkat.
Kiki mengangkat alisnya. “Terus? Ja, lagian OSIS SMA sama SMP itu beda jauh. Gue tau lo masih khawatir masuk OSIS karena masalah lo waktu SMP dulu.”
Raja tidak mengelak waktu Kiki mengatakan itu. Memang benar. Hanya saja, Raja masih belum sepenuhnya yakin akan keputusannya. Kala itu dia memilih untuk menolak tawaran Kiki, Raja juga harus mempertimbangkan lagi, memilih masuk dan menjadi salah satu anggota OSIS atau mencari organisasi lain yang cocok untuknya.
Sampai, suatu waktu Kiki kembali datang dan meyakinkannya. Raja akui, kalau urusan paksa memaksa, Kiki itu jagonya.
Dia sampai tidak ada kata lagi buat menolak.
“OSIS bentar lagi mau tutup pendaftaran, Ja. Lo beneran nggak mau ikut?” tanya Kiki sewaktu mereka sedang berjalan bersama di koridor sekolah.
“Kayaknya nggak deh, Ki. Gue masih belum yakin.”
“Loh, nggak boleh gitu. Masih takut lagi lo?" Raja tidak menjawab, membuat Kiki berdecak sebal. “Gini ya, Ja. Dengarin gue. Di OSIS itu nggak ada yang namanya bully, tindas atau apalah itu. Bendahara OSIS nggak ada yang korupsi uang kas. Pembina juga nggak bakal pilih kasih. Semua anggota di sama ratakan. Nggak ada anggota yang di kucilkan. Kalau lo khawatir soal itu, lo tenang aja karena lo nggak bakal dapatin hal itu di OSIS SMA ini. Gue bilang gini karena kakak gue alumni OSIS di sekolah ini dulu. Percaya sama gue, Ja. Kalau lo nggak percaya, kita buktiin sama-sama.”
Raja menghela napas. “Lo udah bilang gitu ke gue hampir puluhan kali, Ki.”
“Gue cuma mau meyakinkan lo.” Raja menggeleng, memilih diam tidak membalas membuat Kiki kembali melanjutkan ucapannya. “OSIS itu organisasi paling terpercaya di sekolah ini, para anggota semuanya jadi kesayangan guru-guru. Mereka di jaga, nggak ada murid lain yang berani ngusik para anggota. Jadi lo tenang aja, kita bakal aman kalau masuk organisasi OSIS. Itupun kalau lo masih mau sih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
extracurrikiller
Mystery / Thrillere x t r a c u r r i k i l l e r Kata orang, masa yang paling indah itu adalah masa remaja. Masa yang ada untuk bersenang-senang. Menikmati masa muda dengan berfoya-foya dan menjalankan hidup seolah sedang berada dalam novel telenovela. Namun, keny...