12. hal yang tidak boleh dilanggar

30 12 13
                                    


“Duh, Ji!!! lo bisa nggak sih sejammm aja nggak usah ganggu gue!? gue mau tidur!” hardik salah situ siswi seraya mendorong Aji menjauh.

“Ini kelas, bukan kamar tidur. Kalau mau tidur tuh sekalian di keranda mayat biar sambil tidur digotong-gotong sama warga keliling kampung!” Aji meledek lalu tertawa tanpa dosa. Sementara siswi bernama Lala itu langsung menghadiahinya satu pukulan keras pada bahu cowok itu.

“Lo kira gue jenazah!? udah sana lo pergi, gue mau tidur!!"

Tapi, si Aji malah makin nggak punya adab. Saat Lala hendak menidurkan kepalanya di tas sekolah yang sengaja dia taruh di atas meja sebagai tumpuan, Aji dengan tanpa dosa menarik tas itu membuat kepala Lala lantas menghantam meja kuat-kuat.

Masih tanpa rasa bersalah, cowok nakal itu berlari kabur menjauh dari Lala yang sudah siap mengeluarkan amukannya.

“AJI SETAAAAAAAN!!!!!!”

Cakra menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskan napasnya itu berat. Dia menatap kearah Aji dan Lala yang saling kejar-kejaran didalam ruang kelas dengan tatapan tajam. Kesal, dia yang sudah hendak menutup mata jadi terganggu oleh kelakuan dua sejoli nggak tau malu itu.

“WOY!!" teriakannya itu sukses membuat Lala maupun Aji langsung menghentikan langkah. Sontak terdiam seraya menatapi Cakra, terkejut heran.

“Waras lo berdua? udah tua kelakuan masih aja kek bocah!" Cakra mencibir sarkas membuat Aji yang mendengar itu langsung tersenyum sinis, merasa tersinggung.

“Apa lo bilang?"

Cakra melemparkan tatapan seolah menantang. “Gue bilang lo bocah."

Aji memejamkan mata sejenak. Ucapan Cakra berhasil menyulutkan emosinya. Dia mengambil langkah lebar, berjalan menuju kearah Cakra dan detik berikutnya menendang kuat meja milik cowok berambut cokelat itu sampai membuat si pemilik yang sedang santai menaruh kedua kakinya keatas meja, terpental dengan tidak etis ke lantai.

Cakra meringis. Kaki sebelah kirinya terbentur pada meja yang berada disampingnya. Mustahil kalau itu tidak menimbulkan rasa sakit. Wajah cowok itu memerah, sudah tidak bisa lagi menahan amarah. Tangannya tergenggam erat, menoleh kearah Aji yang berdiri tenang seolah menantang Cakra untuk memberikan pukulan keras pada wajahnya.

Para siswi lain reflek menjauhkan diri begitu melihat Cakra mulai bangun dari posisinya tadi.

Reano yang baru saja memasuki kelas bersama Sisil yang mengikutinya dari belakang, langsung paham situasi. Dia segera menghampiri dua cowok yang hendak baku hantam itu dengan langkah panik.

“Cak, udah!" Reano berdiri ditengah-tengah keduanya. Dia melirik Aji sinis. “Lo apain sahabat gue!?"

Aji menyeringai, ekspresinya masih menantang seolah ada rasa puas yang diperlihatkan lewat tatapan matanya. “Lo lihat aja keadaan Cakra, menurut lo gua apain dia?”

Reano menoleh kearah Cakra, wajah temannya itu masih merah padam. Salah satu kakinya bergetar, seakan sedang menahan rasa sakit dan mempertahankan posisi berdirinya. Reano mendengus kasar, kembali melirik Aji dengan tatapan penuh emosi.

“Brengsek!” Reano sudah hampir melemparkan pukulan pada wajah Aji, namun dari arah belakang Cakra tiba-tiba berlari, memberikan tendangan keras pada perut cowok berambut gondrong itu sampai membuatnya terdorong ke belakang lalu menghantam pada salah satu meja yang berada didepan kelas.

“Anjing!" Aji tidak tinggal diam. Lantas berlari, memberikan pukulan keras pada wajah Cakra.

Pekikan dari para siswi terdengar heboh, berhasil mengundang murid-murid yang berada diluar untuk melihat kekacauan apa lagi yang terjadi dikelas itu.

extracurrikiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang