19. siapa yang benar?

27 5 0
                                    


Cakra

Ray, masih lama?
Gue udah didepan nih

Bentar
read

Raya menghela nafas samar. Menyimpan ponsel pipih itu ke dalam sling bag, lalu memilih keluar kamar setelah lima belas menit dia habiskan untuk berdiam diri dikamar sembari menatap foto itu lagi pada ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, dan hari ini Raya beserta para anggota ekskul akan bertemu lagi ditempat biasa. Mereka masih harus membahas masalah kemarin yang terjadi pada Raya. Serta foto itu, dan,

Organisasi SOS.

Raya bergegas turun tangga untuk ke lantai bawah. Dia harus segera keluar rumah sebelum kedatangan sang Ayah yang Raya ketahui akan pulang dari luar kota pagi ini. Bukan apa-apa, namun jika Ayahnya tau Raya akan keluar, sudah pasti dia akan diminta buat tinggal di rumah alias nggak boleh keluar dulu sampai jam makan siang nanti.

Sebelumnya Raya sudah meminta izin pada Mama, namun sampai sekarang Raya tidak lagi bertemu dengan Mamanya setelah jam tujuh tadi dia melihat Mamanya sedang menyiapkan sarapan pagi di dapur.

“Raya."

Raya yang hendak melewati pintu, mendadak menghentikan langkahnya begitu mendengar suara Mama memanggilnya dari belakang.

“Eh, Mama. Kenapa, Ma?" Raya berbalik, menatap Mama yang tiba-tiba saja muncul dari ruang tamu. Dia menautkan kening, perasaan nggak ada orang deh disana?

Mama mendudukkan diri di sofa. “Buru-buru banget? sini dulu, ada yang mau Mama tanyakan sama kamu."

Raya mengangkat sebelah alis, mau tak mau berjalan kembali masuk ke ruang tengah. Dia duduk di sofa yang berseberangan dengan tempat Mamanya duduk.

“I-iya? kenapa, Ma?" tanya Raya mendadak gugup, entah kenapa dia tiba-tiba merasa takut terus bingung gitu pas lihat ekspresi muka Mama yang serius banget nggak kayak biasanya.

Raya makin gugup apalagi saat Mama meletakkan sebuah lembar surat diatas meja tepat dihadapannya. Raya tercekat begitu tau surat apa yang ada didepannya sekarang.

“Kenapa kamu nggak bilang sama Mama?"

Raya mengerjap pelan. Meneguk salivanya dengan susah payah. Surat itu adalah surat yang diberikan oleh Pak Bagus. Surat izin olimpiade yang harus di tanda tangani oleh orang tua murid.

Raya menggigit bibir bawahnya, dia sampai lupa memberitahukan tentang olimpiade ini pada Mama karena akhir-akhir ini yang ada dipikiran Raya hanyalah kasus lima tahun lalu dan cara dia meloloskan diri dari olimpiade sains.

Meloloskan diri alias kabur sebagai calon peserta lomba.

“It- itu, Ma, aku lupa bilang sama Mama." Raya cengir lebar, berusaha menyembunyikan rasa panik.

“Kok bisa sih lupa? nggak biasanya kamu kalau ada hal penting kayak gini pasti langsung bilang sama Mama." Mama menautkan kening heran.

“Maaf, Ma. Raya sibuk mikirin tugas sekolah, banyakk bangett. Sampai bingung mau ngerjain yang mana dulu. Hehe, makanya lupa kasih tau Mama soal ini."

Mama geleng-geleng kepala lalu tersenyum maklum. “Yaudah. Nggak apa-apa. Lain kali kalau ada sesuatu yang penting, langsung kasih tau Mama ya, Raya."

Raya mengangguk.

“Sini mana pulpen kamu, mau Mama tanda tangan."

Lagi-lagi, Raya dibuat tercekat. “Mama mau tanda tangan?"

extracurrikiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang