1. semua berawal

143 35 22
                                    

awal semester 2021

"Raya Faresta Hara."

Siswi yang sedari tadi menunduk dengan ekspresi datar itu mengangkat wajahnya sekilas ketika sosok pria paru baya di depan yang merupakan wali kelasnya menyebut namanya dengan lengkap.

"Sejak kelas 10 nilai kamu sudah jadi yang paling tinggi di sekolah ini. Bapak lihat makin naik semester makin naik juga nilai kamu. Bahkan nyaris nggak pernah turun dan selalu berada diperingkat teratas. Bapak bangga sama kegigihan kamu, Raya." Pria bernama Bagus itu menyunggingkan senyum bangga seraya menutup kembali buku raport milik Raya.

Raya tersenyum sembari membungkuk sekilas. "Makasih banyak, Pak. Itu semua berkat bantuan bapak."

Pak Bagus terkekeh kecil. "Bapak mah nggak bantu banyak, kamu aja yang udah pintar terus rajin lagi. Kamu belajar terus ya di rumah?"

Raya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu mengangguk sopan. "Iya, Pak. Tapi nggak sering juga, lebih banyak belajar di sekolah."

Pak Bagus mengangguk mengerti. Terdiam beberapa saat sebelum kemudian mengambil selembar surat yang berada dilaci mejanya, menaruh surat itu diatas meja lalu mendekatkannya pada Raya. "Jadi, gimana kamu siap?"

"Ini apa, Pak?" Raya yang tidak tau hanya bisa memasang wajah bingung dengan alis terangkat tinggi.

Pak Bagus yang sadar akan perubahan ekspresi Raya pun terkekeh, jelas mengerti jika anak didiknya itu masih belum tau apa yang dia maksud. Ya sih, orang Pak Bagus juga belum kasih tau.

"Oh iya, kamu belum tau soal olimpiade sains?"

Perubahan ekspresi wajah Raya selanjutnya menunjukkan kalau dia tidak tau apapun soal olimpiade itu. Raya menggeleng singkat.

"Belum, Pak."

"Awal semester tahun depan, akan ada lomba olimpiade sains nasional antar sekolah. Kamu adalah salah satu dari lima murid yang di rekomendasikan untuk ikut olimpiade itu. Nilai kamu selalu berada paling atas selama setahun ini. Kamu juga pandai matematika. Jelas kamu jadi yang paling cocok buat wakili sekolah di ajang olimpiade sains Nasional. Lombanya masih 3 bulan lagi, kalian yang akan jadi perwakilan sekolah bakal di pantau entah pada nilai ataupun sikap. Para guru yang terlibat sebagai panitia akan awasi kalian selama lomba belum di laksanakan. Makanya, bapak tanya sama kamu, kamu siap nggak? kalau menang, bisa dapat beasiswa dan surat rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan di universitas terbaik, lho."

Raya membulatkan matanya. Agak speechless mendengar penjelasan panjang tadi dari Pak Bagus. Dalam hati mengiyakan perkataan pria paru baya itu. Bukan mau sombong, tapi semua orang tau dan Raya juga sadar kalau dia adalah satu-satunya murid yang memegang nilai rata-rata paling tinggi seluruh angkatan tahun sebelumnya di kelas 10. Dia juga di kenal sebagai murid paling digemari oleh hampir semua guru disekolah karena sikapnya yang santun.

Terlepas dari tujuan utamanya sekolah di SMA ini. Raya juga harus berpartisipasi dalam semua kegiatan di sekolah, seperti belajar, disiplin serta mengikuti berbagai peraturan sekolah yang harus dia patuhi. Itu juga bukan tanpa alasan, sepeninggalan kakak laki-lakinya, hanya Raya yang bisa memegang harapan kedua orang tua. Terlepas dari insiden kematian Rakha yang sempat menggemparkan. Raya juga harus menutupi segala rumor yang menimpa kedua orangtuanya. Dengan sekolah disiplin, rajin belajar, serta tidak membuat masalah, Raya akan dengan mudah meraih tujuan utamanya itu.

Dekat dengan para guru, contohnya. Walau begitu, soal olimpiade ini. Jelas-jelas bukan lagi yang jadi terpenting di kehidupan Raya. Apalagi, selama itu gerak-gerik nya di pantau oleh para guru. Bagaimana dia bisa bergerak tanpa di curigai selama dia juga harus fokus dengan tanggung jawabnya?

extracurrikiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang