“Lo yakin?”Raya mengangguk yakin. “Setau gue, kak Rakha memang gak punya pacar. Dia nggak pernah bawa cewek ke rumah. Dia juga nggak pernah gue lihat bahas-bahas soal cewek gitu kalau lagi ngumpul bareng teman-temannya dulu.”
Semua makin menautkan kening, berusaha berpikir segala kemungkinan apa yang bisa saja terjadi. Tapi, melihat raut wajah Raya membuat mereka berpikir kalau ucapan gadis itu mungkin memang benar. Walau sebenarnya beberapa dari mereka masih belum sepenuhnya percaya.
“Tapi, Ray.” Yeji menarik atensi yang lain untuk menatapnya. “Dugaan Cakra tadi bisa jadi benar. Kata Reano, kak April sering diantar jemput sama kak Rakha. Nggak mungkin kalau mereka nggak ada hubungan apa-apa. Bisa jadi mereka itu temenan, atau sebenarnya mereka memang pacaran, tapi backstreet.”
Seruan Yeji langsung mendapat anggukan setuju dari yang lain.
“Gue setuju.”
Berbeda dengan Raya yang menggeleng seolah dugaan temannya itu tidak benar sepenuhnya.
“Nggak juga, Ji. Kakak gue selama ini cuma fokus belajar, dari pagi sampai ulang pagi dia cuma diam di kamar dan belajar. Gue ingat juga dia pernah bilang sama mama kalau dia nggak mau pacaran dulu sampai nanti udah kuliah. Itu karena didikan dari ayah gue yang keras, ayah gue ngelarang kakak gue buat pacaran. Jadi, nggak mungkin kalau kakak gue bakal bohong soal itu.”
“Mungkin karena itu kakak lo mutusin buat backstreet?"
Raya tersenyum kecut seraya mengedikkan bahunya. “Gue kenal banget sama kak Rakha. Dia itu takut banget sama ayah. Dia nggak pernah ngelawan ayah. Dia nggak bisa ngelakuin hal yang bakal buat ayah jadi marah dan nggak percaya lagi sama dia.”
Mereka tidak menanggapi lagi untuk beberapa saat. Masing-masing larut dalam pikiran. Segala dugaan bertambah banyak dan terus berputar diatas kepala. Dugaan Yeji mungkin bisa jadi benar, tapi ucapan Raya tidak bisa mereka remehkan.
Jo menatapi satu persatu anggotanya, mereka memiliki kekuatan insting yang berbeda. Walau kecepatan otak mereka cenderung cepat dan spontan untuk mengambil keputusan. Masing-masing dugaan yang sedari tadi keluar dari mulut para anggota itu ada benarnya, dan mungkin itu akan membantu banyak buat Pak Jo menyelidiki beberapa kasus khususnya soal kasus adiknya yang hilang.
Semua kasus, dari kematian misterius kakaknya Raya serta kasus menghilangnya tiga murid itu jelas adalah kasus yang berbeda. Tapi, ada kemungkinan juga kalau kasus itu sebenarnya saling berhubungan.
“Saya rasa, dugaan Yeji memang benar adanya. Tapi, ucapan Raya nggak bisa dikatakan salah. Semuanya masih belum jelas." Jo kembali menarik atensi yang lain untuk menatapnya. “Mulai sekarang kita harus mulai penyelidikan."
Para anggota sontak mengangguk mantap. Hal yang sudah lama mereka nantikan akhirnya mereka akan mulai penyelidikan. Setelah satu tahun menunggu keputusan dari Pak Jo.
“Bukan cuma kasus kematian Rakha, tapi kasus menghilangnya tiga murid yang termasuk adik saya dan saudara tiri Cakra. Masing-masing kasus sama-sama nggak ada kejelasan. Kematian Rakha bukan semata karena mati bunuh diri. Serta hilangnya tiga murid itu juga bukan karena pindah ke luar kota. Itu karena pihak sekolah sudah memanipulasi semuanya. Kita hanya belum punya cukup bukti untuk membuktikan ini semua.”
Jeje mengangguk. “Benar, Pak. Kejadian itu juga masing-masing terjadi di tahun yang sama. Mustahil kalau nggak saling berhubungan.”
Keadaan mendadak senyap begitu Jeje selesai dengan ucapannya.
“Jadi....?”
“Jenazah kakak lo waktu itu di otopsi?” Raja bertanya antusias seolah dia sudah mendapat jawaban yang pas untuk sebagian kasus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
extracurrikiller
Mystery / Thrillere x t r a c u r r i k i l l e r Kata orang, masa yang paling indah itu adalah masa remaja. Masa yang ada untuk bersenang-senang. Menikmati masa muda dengan berfoya-foya dan menjalankan hidup seolah sedang berada dalam novel telenovela. Namun, keny...