Kata orang, pagi hari itu harus disambut dengan senyuman. Namun untuk sekarang, kalimat itu tidak cocok dengan kondisi Pak Antoni dan para murid-murid di sekolah ini.Sudah bisa ditebak, kalau pagi ini di sekolahnya telah terjadi kekacauan. Kali ini, kekacauan yang terjadi bukan lah kekacauan seperti biasa. Sebab, sekarang Pak Antoni sampai mengumpulkan semua siswa di lapangan upacara terbuka.
Terik matahari seakan tidak mampu melelehkan amarah Pak Antoni. Semenjak dia mendapat kabar kalau ada orang misterius yang sudah menempelkan sebuah pamflet pencarian orang hilang pada semua mading sekolah. Pak Antoni serta para guru lain sontak marah-marah, secarakan pamflet yang ditempel itu bukan sembarang pamflet biasa.
Sebab, pamflet pencarian orang hilang itu mengarah pada kasus lima tahun lalu yang sengaja mereka sembunyikan.
“Saya tanya sekali lagi, siapa dari kalian yang berani menempelkan pamflet ini di mading?!"
Entah sudah berapa kali Pak Antoni berteriak demikian, pernyataannya itu hanya disambut gelengan serta keluhan dari para murid di lapangan.
“Kalau nggak ada yang mau mengaku, saya akan tambah menjemur kalian di lapangan sampai bel jam istirahat pertama dibunyikan!"
Lagi-lagi keluhan dari para murid terdengar. Kali ini diselingi dengan amukan kekesalan dari beberapa orang.
Di sisi lain, beberapa murid malah berusaha menyembunyikan rasa kelegaan. Sebab, dua orang teman mereka, berhasil melakukan suatu hal yang sudah lama mereka rencanakan.
"Gua tau apa maksud lo."
Cakra tersenyum masam. "Gue sama Reano bakal tempelkan pamflet ini di mading sekolah nanti malam. Tujuannya biar para murid bakal angkat dan kembali bahas kasus ini lagi. Dengan begitu kita jadi bisa tau masalah mana yang terjadi sekarang yang berhubungan dengan kasus lima tahun silam."
Pukul delapan malam, saat sekolah mulai sepi ditinggalkan para penghuni nyata. Dua cowok itu mulai melancarkan aksi seperti apa yang sudah direncanakan keduanya sejak lama.
Pak Antoni berdecak. Pagi ini orang misterius itu sudah berhasil membuat tekanan darahnya naik. Dia melangkah turun dari panggung kecil yang berada ditengah lapangan, alasannya karena sudah tidak mampu lagi berdiri melawan teriknya sinar matahari.
“Sonya, kamu gantikan saya."
Setelah berada dipinggir lapangan tepat di bawah pohon rindang, dimana para guru lain berkumpul. Pak Antoni menyuruh seorang guru muda untuk menggantikan posisinya berdiri di panggung kecil itu.
Namun, Sonya hanya bisa mengangguk. Menuruti permintaan itu demi Pak Antoni.
“Anak-anak mohon tenang." Sekarang suara Sonya terdengar lewat speaker yang ada di setiap sudut lapangan. Mencoba menenangkan para ribuan murid yang sedari tadi tidak bisa menutup mulut mereka untuk diam.
"Apasih, pamflet begitu doang tu kepsek pake marah-marah segala!"
Terdengar keluhan dari para murid yang sedang menyerukan kekesalan.
“Pantas aja marah-marah orang pamflet-nya buat cari alumni yang hilang beberapa tahun lalu. Mereka kan nggak mau kalau ada yang bahas masalah itu lagi!"
Tidak sedikit juga para murid yang mencoba memaklumi sikap menyebalkan Pak Antoni di pagi ini.
“Kasus lima tahun lalu kan? gue pernah dengar ada murid yang hilang, terus ada juga korban jiwanya sampai meninggal bunuh diri, loh."
Bahkan ada beberapa murid yang menggunakan kesempatan ini untuk mengangkat kasus itu secara diam-diam.
“Anak-anak mohon tenang! jika mau masuk kelas, kalian harus diam. Miss nggak akan membiarkan kalian berdiri disini sampai bel bunyi kalau kalian semua bisa tenang dan diam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
extracurrikiller
Mystery / Thrillere x t r a c u r r i k i l l e r Kata orang, masa yang paling indah itu adalah masa remaja. Masa yang ada untuk bersenang-senang. Menikmati masa muda dengan berfoya-foya dan menjalankan hidup seolah sedang berada dalam novel telenovela. Namun, keny...