15. kesaksian teman Rakha

30 7 10
                                    


Setelah menghabiskan waktu selama 15 menit, akhirnya Cakra dan Reano sampai ditempat tujuan. Rumah sahabatnya Rakha itu berada tidak jauh dari sekolah. Saat diperjalanan, Cakra sengaja melewati jalan depan sekolahnya dan menatap bingung begitu melihat para murid berdiri ditengah lapangan. Cakra sama Reano nggak mau pura-pura bego. Mereka jelas tau alasan kenapa para murid itu dikumpulkan, tentu saja itu terjadi karena ulah mereka kemarin malam.

“Lo yakin ini alamatnya?" Reano bertanya setelah mereka sudah berada didepan salah satu rumah yang tertutup rapat.

“Gue yakin." Cakra mengingat kembali chatnya kemarin malam dengan Lucas. Sahabatnya Rakha itu bilang kalau rumahnya terlihat seperti rumah yang sering dipakai sutradara buat syuting film horor. Dan rumah ini lah yang paling cocok diantara puluhan rumah lain di kompleks ini.

Jangan tanya kenapa Cakra dapat nomor WA nya Lucas. Ternyata Lucas itu cowok yang sama yang mendekati saudara perempuannya baru-baru ini. Benar-benar hoki.

“Suram amat." Reano meringis ngeri seperti merasa ada hal-hal mistis disekitarnya. Rumah itu memiliki halaman yang tidak terlalu luas, di depannya terdapat berbagai macam tumbuhan yang beberapa diantaranya sudah layu seperti tidak pernah di urus. Pagar rumah pun sudah berkarat serta dinding pembatasnya berlumut menambah kesan horor pada halaman rumah itu. Di cat berwarna putih pucat serta ubin lantai yang kotor dipenuhi dedaunan pohon mangga didepan, membuat Reano bertanya-tanya ini beneran rumah Lucas atau rumah kosong yang sudah lama ditinggal pergi pemiliknya?

“Nah, gue benar berarti." Cakra melirik pintu kayu bercat putih yang masih tertutup, lalu melirik arloji yang ada ditangannya. “Lucas bilang dia bakal bangun pagi. Udah jam segini belum nongol juga itu orang."

“Coba lo telfon."

Cakra mengangguk. Kembali mengutik ponselnya untuk mencari nama kontaknya Lucas. Cakra mendekatkan ponselnya itu ke telinga setelah melihat tulisan berdering dilayar hpnya.

Nggak pake lama, suara seseorang terdengar dari seberang.

“Halo, bang. Ini gua Cakra."

Cakra adiknya Yuki yang semalam ngechat gue mau ketemu?"

“Dua juta rupiah dipotong pajak. Ini gua udah sampai depan rumah lo. Lo dimana?"

"Ini gue depan rumah. Nunggu lo daritadi. Lo dimana?"

Cakra menautkan keningnya. Ini kan rumahnya si Lucas kan ya? itu orang nggak salah kasih alamat atau Cakra yang salah alamat?

"Lah, ini gue depan rumah lo kok. Nggak lihat lo daritadi. Rumah lo juga masih ketutup rapat."

Reano melirik bingung kearah Cakra. Jadi mereka salah alamat?

“Nggak bahlul, rumah gue dari tadi jam enam juga udah buka sampai pagarnya. Lo dimana sih? jangan bilang salah alamat?"

“Nggak mungkin salah alamat. Kata lo semalam rumah lo kek rumah pengabdi setan kan? Gue udah didepan rumah lo ini daritadi bareng sahabat gue!"

Sontak pria yang berada di pekarangan rumah sebelah tiba-tiba memunculkan kepalanya dari balik pagar beton yang jadi pembatas tiap rumah di kompleks itu.

“Woy! lo berdua ngapain ke sana!? kosong tu rumah tolol! angker!"

Cakra maupun Reano menoleh kaget, sontak bergidik ngeri. Buru-buru keluar dari halaman rumah angker itu lalu berjalan masuk kedalam pekarangan rumah Lucas yang berada disebelahnya. Lucas tertawa puas melihat raut wajah dua cowok itu yang ketakutan.

“Tolol! untung kagak ditarik sama penjaga rumah! bisa kerasukan ntar nambah-nambahin urusan gua aja!"

"Lo sengaja ya bang ngerjain kita?" Cakra memicingkan matanya, curiga.

extracurrikiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang