“Jeje dimana!?”
Sarah yang sedang menyiapkan makan siang di dapur sontak membalikkan badannya ketika suara Antoni dari arah pintu masuk terdengar.
“Kenapa, Mas?" Sarah menatap Antoni dari ujung kaki sampai kepala. Penampilan suaminya itu terlihat berantakan, dengan ekspresi penuh emosi, tidak seperti biasanya.
“Malah nanya lagi! aku tanya, Jeje dimana?!” ulang Antoni, menghardik keras.
“Ak-aku, nggak tau, Mas.” Sarah menggeleng kaku.
“Argh!!" Antoni dengan kasar menarik belakang rambutnya, terlihat sangat frustasi, membuat Sarah jadi mendekat dengan tampang panik.
“Kamu kenapa?!" Sarah sudah ingin menggapai bahu Antoni untuk disentuh namun tangannya justru dihempas dengan kuat oleh Antoni, membuat Sarah terhuyung sampai punggungnya membentur meja makan.
Antoni menatapnya nyalang. “Pasti kamu! pasti kamu yang sudah ngasih berkas itu ke Jeje, kan!? ngaku, Sarah!”
Sarah bergetar, kedua bahunya dicengkram kuat oleh Antoni. “Aku nggak tau! aku nggak tau soal berkas itu!”
“Jangan bohong, Sarah!!"
“Aku nggak bohong, Mas!”
Napas Antoni memburu, cengkraman tangannya pada kedua bahu Sarah kian mengerat. “Jeje nggak berani masuk ke ruang kerja aku, cuma kamu yang bisa! dan sekarang berkas itu hilang, kalau bukan kamu yang ngambil, pasti anak kurang ajar itu yang ambil! tapi, lewat bantuan kamu, Sarah! aku tahu!”
Sarah makin mengerutkan dahinya. Sama sekali tidak mengerti. “Berkas? berkas apa sih, Mas? bantu apa!? aku sama sekali nggak tau soal itu!"
Antoni menekan bahu Sarah semakin erat, membuat istrinya itu mengaduh kesakitan. “Sarah, kalau sampai aku tau kamu ada dibalik masalah ini, aku nggak akan segan-segan beri kamu hukuman yang lebih berat dari ini!"
Selepas berkata, Antoni tanpa rasa kasihan mencengkeram bahu Sarah lalu dengan kuat mendorong istrinya itu sampai jatuh terhuyung ke lantai.
Sarah meringis, kedua matanya memanas. “Kenapa, Mas?!"
Antoni yang hendak beranjak dari dapur, jadi menghentikan langkah, menatap Sarah dengan kerlingan tajam.
“Kamu bilang tadi berkas, apa berkas itu?" tanya Sarah dengan suara bergetar.
Namun, Antoni malah terdiam. Raut wajahnya panik, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
“Jawab, Mas!!"
Antoni masih terdiam, membuat Sarah melebarkan kedua matanya seolah mendapat jawaban.
“Jadi benar, jadi benar dugaan aku selama ini! kamu sama bawahan kamu nggak pernah melakukan penyelidikan atas kasus itu! kamu menutupi kasus itu dari semua orang dengan kesaksian palsu!" bentak Sarah sembari mencoba bangun dari lantai. Dia berdiri tepat didepan Antoni dengan mata yang merah padam.
Antoni terdiam, ucapan Sarah seakan tepat sasaran. Dia seperti sudah tertangkap basah. Tidak bisa memberikan reaksi apapun bahkan setelah Sarah melemparkan tamparan keras pada sebelah pipinya.
“Kamu pikir dengan kamu melakukan itu masalah ini akan berakhir!?" Sarah menggelengkan kepalanya. “Nggak, Mas. Masalah ini belum berakhir, dan nggak bakal berakhir sampai kamu menyerahkan diri pada pihak berwajib!"
Antoni sontak menoleh, matanya membulat sempurna. “Apa kamu bilang, Sarah?!”
“Kamu harus tanggung jawab, Mas!"
“Aku nggak bakal mau tanggung jawab!" Antoni mundur beberapa langkah kebelakang. “Aku kan nggak salah, kenapa harus aku yang tanggung jawab!?"
Sarah terdiam, menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya. “Jelas-jelas ini salah kamu--”
KAMU SEDANG MEMBACA
extracurrikiller
Mystery / Thrillere x t r a c u r r i k i l l e r Kata orang, masa yang paling indah itu adalah masa remaja. Masa yang ada untuk bersenang-senang. Menikmati masa muda dengan berfoya-foya dan menjalankan hidup seolah sedang berada dalam novel telenovela. Namun, keny...