9. penjelasan

32 10 1
                                    

Sesuai perjanjian mereka tadi pagi, kesepuluh anggota ekskul sekarang sudah berada didepan sebuah gedung tua yang berada di belakang sekolah. Setelah sepuluh menit dihabiskan untuk berunding di kelas 11 IPS 1, akhirnya Jo memutuskan untuk kembali mempergunakan gedung lama itu sebagai tempat mereka berkumpul.

Angin sore berhembus, menemani langkah  mereka berjalan beriringan menuju salah satu ruangan yang terdapat di gedung tua itu. Tempat itu sepi, senyap karena sudah lama tidak lagi digunakan. Raya pernah dengar, gedung itu dulu mau dijadikan hotel oleh salah satu pengusaha. Namun, sayang sekali pengusaha itu tiba-tiba saja bangkrut membuat pembangunan mini hotel tidak lagi diteruskan. Gedung setengah jadi itu juga dibiarkan oleh pemiliknya. Herannya, sampai sekarang tidak ada orang atau pengusaha lain yang mau membelinya. Gosip yang beredar sih, gedung ini sudah jadi tempat para remaja-remaja nakal berkumpul setiap malam di hari libur.

Entah apa yang para remaja itu lakukan digedung tua ini. Raya benar-benar tidak mau tau.

Jo mengiring mereka untuk masuk ke dalam. Walau bangunan ini sudah lama, tidak bisa dipungkiri tempat ini justru bersih tiap hari. Seperti rumah besar yang baru ditinggalkan oleh pemiliknya selama tiga hari. Raya jadi berspekulasi ini semua pasti ada hubungannya dengan para remaja nakal yang setiap malam sering datang ke sini. Pasti mereka yang membersihkan tempat ini supaya bersih dan enak ditempati untuk sementara. Ya, masa bodoh sih tentang alasan kenapa mereka membersihkan tempat kayak gini. Intinya mah, Raya sama teman-teman ciwiknya tidak perlu repot buat membersihkan bangunan ini lagi.

Dalam ruangan itu terdapat sebuah kursi sofa serta meja besar dan beberapa kursi kayu tertata rapi ditengah ruangan. Waktu itu, Raya masih ingat saat mereka berkumpul di gedung ini untuk pertama kali. Ruangan ini kosong dan tidak terdapat apapun, hanya meja saja yang selalu berada di sudut ruangan. Namun, herannya sekarang malah sudah terisi seperti layaknya hotel beneran.

“Jir, udah kayak hotel beneran pake ada sofa-sofa segala.” Yoga berdecak setengah kagum seraya mendudukkan diri pada sofa besar yang berada di belakangnya.

“Ini gedung kan sempat mau dibikin hotel sama pengusaha cuma si pengusaha itu bangkrut jadinya pembangunan hotel nggak di lanjutin lagi deh.” Shea berjalan kearah salah satu kursi kayu, duduk disana bersama Raya disampingnya.

“Astaga, lo udah bilang itu tiga kali, Shea.” Yeji mendekat kearah mereka berdua.

“Si Yeji kek nggak kenal Shea aja." Lia terkekeh geli membuat Shea jadi meliriknya tajam. “Ini tempat juga gue dengar sering dipake orang-orang yang-- yaa, lo pada tau kan, mereka ke sini tiap malam minggu, pada bawa pasangan lagi. Nggak heran sih tiba-tiba udah ada sofa segala."

Jeje merekah, tersenyum aneh. “Ah, gue tau maksud lo."

“Dah traveling kemana aja lo, Je?" Cakra menatapnya sambil senyam-senyum ambigu. Sementara Jeje yang tau maksud dari cowok itu sontak tertawa terbahak-bahak.

“Gue nggak bakal kaget sih kalau di bilik kamar hotel itu tiba-tiba dah ada ranjang tidur." Yoga menambahkan, menunjuk salah satu pintu kamar yang ada di lorong gedung.

“Otak kalau udah berdebu yah gini nih.” Reano mencibir.

Raja selaku Ketua Osis alias yang paling waras dari yang lain mengangguk setuju. “Siapa tau ada pengemis gitu kan yang pake ni tempat buat dijadiin tempat tinggal.” Raja berusaha berpikir positif.

“Ya emang gitu maksud kita kali. Ah, jangan-jangan nih malah lo berdua yang mikir iya-iya!" Jeje menuduh, di ikuti geleng-geleng nggak habis pikir oleh para cewek-cewek yang ada disana.

Jo yang sedari tadi diam ternyata diam-diam menyimak dan mengiyakan ucapan ambigu dari Jeje dan yang lain dalam hati. Akhirnya mulai buka suara. “Sudah-sudah! ini kalian kalau nggak ditengahi malah lanjut adu mulut sampai tengah malam!"

extracurrikiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang