Suara sepatu hak tinggi beradu dengan lantai granit terdengar nyaring saat Agni melangkah masuk tanpa permisi ke ruangan sang atasan, dengan proposal di tangan. Dadanya naik turun karena terengah-engah. Tatapan tajamnya mengarah lurus pada lelaki yang duduk tenang di balik meja mahoni. Wanita itu terus berjalan hingga berdiri tepat di depan meja, lalu membanting proposal program kerjanya, membuat sang atasan mendongak dengan satu alis terangkat.
"Bapak keterlaluan! Mempermainkan saya dan tim, seenaknya menolak program acara yang saya ajukan tanpa alasan jelas!" tukas Agni setengah mendesis. Kedua alis tebal produser muda itu menyatu di tengah kening. Garis wajahnya yang tegas, terlihat semakin dingin saat rahang perempuan itu mengeras. Apalagi ditambah sorot mata tajamnya.
Raki mengangkat tangannya—sejajar dengan wajah lelaki itu—membuat Agni menahan napas, penuh antisipasi. Lelaki itu malah merapikan ikatan dasinya yang mengendur. Ia lalu menyandarkan tubuh pada kursi putarnya, menyilangkan kaki, dan melipat tangan di depan dada. "Silakan, dilanjut lagi marahnya," kata lelaki itu tenang, dengan seringai tersemat di bibir bersih merah muda. Ia sangat menantikan pertunjukkan ini.
Tangan Agni mengepal, perasaan ingin menggebrak meja bosnya sudah memuncak, tapi ia mati-matian menahan diri, demi sopan santun. "Bapak anggap program acara tim saya bercandaan? Sampai Bapak seenak jidat nolak semua program yang saya ajuin? Bapak pikir, saya bikin itu nggak pakai tenaga?" Matanya memicing tajam ke arah lelaki blasteran Indonesia-Wales itu.
"Kamu tahu jawabannya kenapa saya menolak proposal program acara kamu, Agni," jawab Raki masih dengan tersenyum. "Kamu cerdas, tapi sayang jadi bodoh karena diperbudak idealisme."
Agni mencebikkan lidah, menggeleng tidak percaya. "Kalau saya diperbudak idealisme, Bapak diperbudak rating! Apa-apa harus rating tinggi, padahal acaranya sampah!"
Jika ada yang mendengar bagaimana wanita 27 tahun itu berbicara pada sosok Raki Akbar Rajata, putra dari pemilik KBC TV, yang menjabat sebagai eksekutif produser, pasti mereka akan mengatai Agni gila.
Sepasang alis lelaki 35 tahun itu menyatu di tengah, bersamaan dengan keningnya yang mengernyit. Sudut bibir berkedut, lalu kekehan rendah lelaki itu menguar, menyapa telinga Agni. "Loh? Saya nggak salah. Rating tinggi, bonus gede. Yang bisa bayar cicilan rumah kamu itu uang, bukan idealisme yang terus kamu bawa, Agni."
Tidak bisa menahan diri lebih lama, Agni menggebrak meja sang atasan. Namun, secara mengejutkan pria berkulit bersih, dengan rahang ditumbuhi rambut halus, dan hidung mancung itu, tetap diam di kursi, tidak terlonjak sedikit pun.
Raki menatap pegawainya yang selalu marah-marah ini dengan binar ketertarikan menari di mata. Agni selalu membuat harinya cukup berkesan. Ia mencoba mengingat program acara perempuan itu yang cukup sukses, tapi tidak ada satu pun yang terlintas di otaknya.
"Kamu tahu, saya bisa dengan mudah laporin kamu ke pihak HR, untuk pecat kamu, karena bersikap tidak profesional. Marah-marah, pukul meja seenaknya. Kamu preman pasar?"
Agni memutar mata, merasa muak. Muak dengan senyum yang selalu menempel pada bibir tipis lelaki itu. Muak karena tidak pernah sekali pun suaranya meninggi saat berbicara. Muak karena ia tak pernah dianggap serius oleh bosnya sendiri.
"Nggak lucu Pak, bercandaannya. Garing."
"Kata siapa saya bercanda?" Raki bangkit dari kursi, kaki jenjangnya memutari meja, mendekati Agni. Tubuh jangkungnya, berdiri tegap di hadapan perempuan itu. Ia lalu merendahkan tubuh, menyejajarkan mata mereka. "Kalau kamu mau proposalmu diterima, think smarter, dan pahami apa yang klien minta. Saya mintanya nasi goreng spesial, kok dikasih salad? Nggak akan cocok."
***
Main Cast:
Agnia Puspa Bestari
.
.
.Raki Akbar Rajata
***
Bismillah launching cerita baru🩵
Wish me luck, semoga tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sicktuation
Romance[Secret Love Series | 1] Namanya Agni, baru 27 tahun tapi kisah hidupnya udah nano-nano. Julukannya cewek grumpy yang nggak pernah senyum dan hobinya marah-marah. Sebagai produser muda, cita-citanya hapus acara sampah penuh drama di televisi. Tapi s...