Setelah menghabiskan waktu kurang kebih 30 jam di udara, Agni dan Raki akhirnya mendarat di Lynden Pindling International Airport, yang terletak di New Providence, dekat dengan ibukota Nassau. Bandara ini merupakan bandara terbesar di Kepulauan Bahama. Agni mengembuskan napas keras-keras seraya meregangkan badan. Untuk kali ini, ia mensyukuri pilihan Raki mengambil kursi first class, meskipun harganya membuat kepalanya pening. Menghabiskan hampir satu milyar hanya untuk tiket pesawat adalah sesuatu yang gila.
"Kamu mau kita naik ekonomi? Tiga puluh jam loh, Ya? Aku nggak tanggung jawab kalau pinggang sama lututmu pegal," tukas Raki waktu itu ketika Agni memprotes keras keputusannya mengambil pesawat kelas pertama.
"Harganya dong, Mas, lihat."
"Agak mahal memang, tapi ya karena jaraknya jauh."
Agni menarik rambutnya, frustrasi. "Bukan agak mahal lagi. Mahal banget!"
"So, what? Kita ada uang."
"Tapi—"
"Tujuan kita kerja ngumpulin uang itu buat apa, kalau bukan untuk membeli kenyamanan." Raki sama sekali tidak mengerti jalan pikiran sang kekasih. Bertahun-tahun hidup sebagai Rajata, belum juga membuatnya mengerti, uang tidak pernah jadi masalah. "I promise, aku nggak akan jatuh miskin hanya karena beli tiket ini."
Mereka berdua langsung menuju ke penginapan di area Cable Beach, dengan mobil yang sudah disediakan Armand. Penginapan keduanya selama 2 malam di sini juga free. It feels nice to growing up in equal enviroment. Tidak ada yang merasa dirugikan, tidak ada yang merasa tertinggal, tidak terus memberi dan tidak selamanya juga jadi penerima.
"Thanks for the ride," tutur Raki setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan resort super mewah.
"My pleasure, Sir. Mister Armand is waiting for you," ucap sang driver keluar dari tempat kemudi dan menurunkan koper Raki dan Agni.
Dua orang pegawai resort dengan cekatan ikut membantu dan membawakan barang-barang mereka menggunakan troli ke dalam. Terlihat Armand bersama Layla duduk di sofa, menunggu. Sepasang calon pengantin tersebut langsung bangkit, saat melihat kedatangan Agni dan Raki. Senyum lebar terhias di wajah kedua sahabat yang sudah bertahun-tahun tak berjumpa. Armand menarik Raki dalam pelukan, menepuk-nepuk punggungnya beberapa kali. Tawa bahagia terdengar mengudara.
Sedangkan Agni dan wanita yang memiliki kulit tan hangat dengan rambut bergelombang hitam legam tergerai, berjabat tangan sembari saling melempar senyum. Keduanya terlihat mirip dengan sorot mata tajam dan alis tebal. Bedanya, garis wajah Agni lebih tegas, sedangkan Layla terlihat lebih feminim dan manis.
"So, Babe, please meet Raki and his partner, Agni," ujar Armand.
"You two seems tired. Long flight, right?"
Raki terkekeh. "Yes, but we are ready to go to party."
"Come on, I'll take you guys to the room," tutur Armand lalu mereka berjalan beriringan menuju kamar Raki dan Agni. "Tonight we'll having dinner and pool party. No bachelor night, Layla doesnt permit it."
Giliran Agni tertawa kecil. "Nice choice, Layla."
"Right? I don't want to get married with wasted man in the morning later." Wanita itu mengedikkan bahu.
"Because she doesn't drink at all and I respect that."
"Really?" Raki dan Agni menyahut bersamaan.
"Semua orang punya reaksi sama macam kalian," jawab Layla menggunakan Bahasa Melayu.
"Babe!" Armand merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sicktuation
Romance[Secret Love Series | 1] Namanya Agni, baru 27 tahun tapi kisah hidupnya udah nano-nano. Julukannya cewek grumpy yang nggak pernah senyum dan hobinya marah-marah. Sebagai produser muda, cita-citanya hapus acara sampah penuh drama di televisi. Tapi s...