Take 02 - The Plan

12.5K 1.2K 17
                                    

Menjadi produser stasiun televisi adalah mimpi Agni. Cita-citanya sedari dulu, ingin mengubah tayangan-tayangan sampah penuh drama dari zaman ke zaman yang tidak pernah habis. Ia sengaja melamar ke KBC TV, merintis karier sebagai jurnalis awalnya agar bisa sampai ke tahap ini.

Namun, ternyata mengubah budaya yang sudah seperti udara untuk bernapas ini, tidak mudah sama sekali. Banyak lapisan yang menentangnya. Eksekutif produser oke, bapak direktur tidak oke. Bapak direktur oke, share holder yang nggak oke. Terus saja begitu. Sejujurnya, Agni merasa cukup beruntung ada orang yang mau bergabung dengan timnya yang mendapat cap sebagai tim buangan.

"Gimana, Ni?" Audy langsung menembaknya dengan pertanyaan begitu Agni melangkah masuk.

"Pak Raki kasih waktu satu minggu buat nyerahin proposal program acara," tukas Agni, lalu mengedarkan pandangan ke anggota timnya, "sanggup nggak?"

Audy berdiri di kubikelnya, dengan kernyitan di kening. "Seminggu banget?"

Wanita yang memakai kemeja oversize olive itu mengangguk. "Slot yang nanti kita dapat Kamis dan Jumat, jam tujuh malam. Kalau di-acc, kita gantiin 'Love Call' punya Dinda."

Siulan heboh langsung terdengar. "Kita nggak boleh sia-siain kesempatan ini, Ni!" tukas Valdo. "Prime time itu!"

"Jadi, sanggup ya, lembur seminggu buat mikirin acara baru?" Agni kembali mempertegas. "Dan kayaknya, kita harus ngalah bikin acara yang disukai Pak Raki."

"Acara drama?" timpal Audy.

Agni menghela napas. "Maksud gue, acara yang menghibur, tapi tetap punya value dan nggak banyak drama. Kalau emang Pak Raki cuma mau terima acara penuh gimik sama drama kayak punya Dinda, gue nyerah. I don't want to drop my value for the fucking rating!"

Agni lalu berjalan menuju white board, mengambil spidol lalu menuliskan kata "IDE" di sana. Ia mengetuk papan tulis tersebut hingga menimbulkan suara nyaring membuat para anggota timnya memusatkan perhatian pada wanita itu. Tanpa bicara, tanpa menjelaskan, mereka yang ada di ruangan tahu apa persis maksud Agni. Mulai dari Valdo, Audy, Tere, kemudian Amel dan Nathan langsung duduk menempati kursi yang melingkar di meja rapat.

"Kita harus pilih tema acara yang belum KBC punya," tukas Valdo, yang duduk berhadapan dengan Nathan.

"Tapi, tetep harus yang diminati banyak masyarakat. Bukannya gimana-mana, acara kita nanti di prime time," sambung Audy, yang menempati kursi sebelah Valdo, berada paling ujung dekat Agni berdiri.

"Actually, mainstream idea nggak sepenuhnya salah," tutur Nathan dari pihak kreatif. "Asal dikemas menarik."

"So, we need a mainstream but unique idea for the program. Yang nggak banyak drama tapi tetep bikin nagih," tutur Agni mengetuk-ngetukkan sepatu ke lantai, "Any ideas?"

"Competition show never goes wrong. Bikin acara masak-masak gimana?" usul Amel dengan senyum tersemat di bibir tipis merah muda dan mata berbinar.

"Jamnya nggak pas, deh." Audy menanggapi yang kemudian diangguki oleh Agni dan Valdo.

"Kalau reality show kayak 'Big Brother'? You know, ngumpulin banyak orang dan dikasih misi?" tanya Nathan, anggota tim termuda setelah Tere.

Agni memutar mata, "too much drama."

"How about music?" tukas Valdo sambil mengetuk-ngetukkan bolpoin ke meja. Lelaki berkaus hitam polos itu menatap rekan satu timnya satu per satu.

"Teve sebelah udah ada 'Indonesia's Singer' sama 'The Voice Indonesia'," ujar Amel dengan nada kurang setuju. Perempuan itu mengenakan blouse baby blue lengan balon dan celana jeans itu.

Love SicktuationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang