Ekstra Part - Special Take 01 (The Preparation)

5.3K 330 18
                                    

"Jadi, kapan pernikahannya?"

Di tengah ketenangan makan malam di kediaman Rajata, pertanyaan yang terlontar dari mulut Emma membuat dua orang tersedak. Raki langsung mengangsurkan segelas air putih untuk Agni yang duduk di sebelahnya.

"Loh, kenapa? Jangan bilang kalian belum ngobrolin pernikahan?"

Raki menyeka sudut bibirnya dengan tisu. "Tunggu Agni sembuh dulu, Mi. Lukanya masih basah gitu."

Wanita itu mendecakkan lidah, kesal. "Ya kan diskusi dulu. Mau pakai adat apa, mau di mana, mau undang siapa. Mami nggak nyuruh kalian nikah besok juga."

Sang papi, yang mulanya terdiam berdeham, lalu meletakkan sendok dan garpunya di sisi piring. "Papi setuju sama Mami. You both are grown up, and you know the risks of the actions you've chosen. Lebih cepat, lebih baik. You don't want to attract unnecessary attention, right?"

Agni dan Raki saling berpandangan. Jemari wanita itu yang saling terjalin di pangkuan mendadak kaku dan dingin. Ada rasa tidak nyaman yang menggerogoti hatinya. Meskipun kini seluruh keluarganya menerima hubungan mereka, tidak serta merta situasi langsung berubah seperti sedia kala. Ada sedikit ketegangan, kecanggungan di sana sini, yang Agni sadari itu sebagai sebuah konsekeunsi yang harus ia terima. Saat ujung matanya menangkap Raki menganggukkan kepala, ia menggigit bibir dan melakukan hal sama.

"Oke, Pi. Nanti aku sama Agni obrolin dulu."

"Good then." Itu jawaban singkat papinya.

"Kalian nentuin tanggalnya aja. Soal venue, MUA, or designer Mami bisa bantu. Mami punya banyak kenalan. Don't worry." Emma berseri-seri, terlihat terlalu bersemangat. Berbeda dengan Ganang yang membicarakan pernikahan ini karena tidak ingin banyak perhatian yang tertuju pada keluarga mereka lagi, wanita itu mendorong topik pernikahan Raki-Agni karena tidak sabar melakukan banyak hal untuk mereka.

"Serahin ke kita kalau soal itu," imbuh Reva tersenyum cerah. "Kalian penginnya pakai tema apa buat nikahan nanti? Tropical, elegant, or rustic?"

"Elegant with rustic kayaknya bagus. Bisa garden party kalau kamu lebih intimate," sahut sang mami antusias. "Mau pakai villa yang mana? Bali? Sumba? Sumba aja. Kemarin kan Reva udah di Uluwatu. Atau di private island kita. We have some resorts di Anambas, Pulau Seram. Iya kan, Pi?"

Sang kakak menjentikkan jarinya. "Kalau nggak mau di Indonesia, kalian bisa ke Hawaii tahu, or Palawan yang dekat. We have properties there. Maldives juga, sekalian honeymoon." Reva meraih tangan adik perempuannya yang duduk di seberang. "Gimana, Ni? Jangan bengong."

Agni terkekeh, mami dan kakaknya ini memang tidak bisa menyembunyikan kecintaan mereka akan pesta.

"Belum kepikiran temanya sih, tapi kayaknya aku bakal lebih nyaman kalau pernikahannya nggak segede punya Mbak Reva."

"Nggak masalah. Tapi tetap, semuanya harus dipersiapkan dengan matang. Mau itu private party atau grand wedding," imbuh Emma. "Mami kasih waktu seminggu buat ngobrol sama Raki mau konsep nikahan yang gimana. Oke?"

Sebelum Agni menyerukan protes, tatapan tajam sang mami sudah terhunus padanya, membuat wanita itu mengiyakan dengan tergagap. Kemudian ia merasakan tangan Raki terulur ke belakang punggung dan mengelusnya. Well, paling tidak ada Raki di sisinya.

***

Luka di perut Agni belum sepenuhnya kering, tapi itu sudah jauh lebih baik dari dua minggu lalu. Wanita itu sudah bisa beraktivitas normal, bergerak dengan bebas dan hati-hati tentu saja, tanpa bantuan kursi roda. Perawat yang awalnya datang setiap hari, kini menjadi tiga hari sekali untuk membersihkan luka. Rutinitasnya berubah drastis setelah kembali ke rumah orang tuanya dan tidak punya pekerjaan. Sarapan bersama di meja makan, kemudian dilanjutkan dengan yoga yang dipandu seorang guru, membaca majalah, mengecek berita terkini lewat kanal berita, kemudian harinya berlalu membosankan karena semua orang pergi, punya kesibukan masing-masing, sampai petang datang dan Raki kembali.

Love SicktuationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang