Kegelapan menyapa, saat Agni membuka pintu apartemen. Ia langsung menuju ke pantri untuk menyimpan makanan dari rumah di lemari pendingin, sebelum ke kamar. Perempuan itu mengembuskan napas panjang saat melihat jam digital di nakas yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Dirinya pasti lembur lagi malam ini.
Raki sialan. Apa kurangnya proposal timnya, sih? Selama ini, Agni meyakini sikap lelaki itu yang sering menolak proposalnya, didasari keusilan belaka. Itu sebabnya, Agni tak pernah santai saat menerima berita penolakan proposal dari Raki. Ia terus mengatai Raki sembari menghapus make up dari wajahnya. Perempuan itu memutuskan mengguyur tubuhnya menggunakan air dingin, untuk mengusir kantuk yang mulai menghampiri.
"Ninik sihir, ninik sihir. Ya, menurut lo, siapa yang bikin gue punya nama panggilan kayak gitu?" Agni mencebik. "Kalau aja mereka tahu Raki itu kayak apa—"
"Emang aku kayak apa?"
Agni terlonjak kaget dan menoleh ke belakang. Terlihat, Raki dengan tangan terlipat di depan dada bersandar di ambang pintu.
"Ngagetin!" seru Agni memelototi lelaki itu. "Keluar, aku belum kelar mandi."
Bukannya menuruti permintaan perempuan itu, satu alis Raki malah menukik naik. "Siapa suruh, kalau mandi pintunya nggak pernah di kunci. I'll take that as invitation."
Agni cuma mendengkus, malas meladeni tamunya dan mengambil sebotol sabun, menuangkan di spons lalu menggosokkan ke permukaan kulitnya. "I am not in the mood." Ia kembali memunggungi lelaki itu. Suasana hatinya semakin memburuk.
"Really?" Suara Raki terdengar semakin dekat, sampai akhirnya ia merasakan kedua lengan kekar melingkari perut. Kulit hangat lelaki itu menempel sempurna di punggungnya. "Udah seminggu kamu nggak pulang, Yaya. Emang harusnya dijemput paksa begini."
Agni pun berbalik, lalu menatap lelaki itu sinis. "Bisa bilang lewat chat."
Raki tergelak, "like you will reply to my texts." Terlalu gemas dengan tingkah sok polos dan sok tidak bersalah gadisnya, lelaki itu mendaratkan tepukan pelan di bokong Agni, membuat dia memekik. Ia lalu mengganti setelan air menjadi hangat yang langsung menuai protes dari perempuan delapan tahun lebih muda ini.
"We'll take a long bath. I promise I'll help you with the proposal after this," kata Raki sebelum menundukkan kepala dan memagut bibir merah muda yang sudah seminggu ini ia rindukan.
Ketika tangan Raki mulai menjelajahi setiap jengkal tubuh Agni, perempuan itu tahu malamnya akan semakin panjang. Meskipun ia ingin mendorong lelaki itu menjauh, tapi tak bisa dipungkiri, dirinya juga merindukan sentuhan Raki. Tubuh Agni langsung meleleh di pelukan pria yang selama ini menjadi pengisi hidupnya, saat bibir Raki dengan rakus mulai turun ke leher jenjangnya.
"I hate this apartment," desis Raki di tengah aktivitasnya mencumbu dada sang kekasih.
Agni tertawa pelan. "I love this place. Ini hadiah dari Papi. Di sini aku bisa sendirian tanpa gangguan dari ka—" lenguhan meluncur dari bibir, saat Raki dengan sengaja menggigit puncak payudaranya.
"You should move in with me, since three years ago," desah Raki tersenyum puas melihat ekspresi wanita di dekapannya yang menutup mata. "I want to burn this place."
Nobody knows about them. About their deeds. Their sins. Their loves. Their hearts. And the three years relationship they have.
Jika ditanya bagaimana hubungan mereka bermula, akan membutuhkan waktu yang panjang. Namun, ada satu kata tepat untuk menggambarkan hubungan mereka. Complicated. Agni dan Raki memainkan peran dengan sangat baik. Menyembunyikan perasaan mereka rapat-rapat dari dunia. Tiga tahun, bukan waktu yang singkat untuk bersandiwara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sicktuation
Romance[Secret Love Series | 1] Namanya Agni, baru 27 tahun tapi kisah hidupnya udah nano-nano. Julukannya cewek grumpy yang nggak pernah senyum dan hobinya marah-marah. Sebagai produser muda, cita-citanya hapus acara sampah penuh drama di televisi. Tapi s...