2 - Hugs

4.2K 431 87
                                    

Kali aja penasaran:

Kali aja penasaran:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wkwk

Anyway... Aku nulis ini buat seneng-seneng. Sama kayak pas aku nulis cerita-ceritaku sebelumnya. Ga ada misi apa-apa. Tema ini tuh sebenernya hasrat lamaaaaa banget, dari pas aku ngelarin Tied Series. Cuma baru dapet idenya sekarang.

Begitu... 🤗

so, happy reading bagi yg mau reading 😘

***

Gue jatuh cinta.

Ini bukan pertama kalinya buat gue. Tapi, udah lama banget gue nggak ngerasain ini. Terakhir kali, gue dibikin patah hati karena perasaan gue bertepuk sebelah tangan. Sejauh yang gue inget, gue gagal move on. Gue nggak tahu sejak kapan sumber patah hati gue itu hilang. Entah pas gue mulai naksir Marco, atau jauh sebelum itu cuma gue yang nggak sadar.

Gue nggak anti sama perpustakaan, tapi sejak kenal Marco, gue jadi lebih rajin nongkrong di sana. Kadang beneran buat ngerjain tugas, kadang cuma pengin nungguin dia. Dari seringnya kami ketemu di tempat itu, gue yakin perpus tuh wilayah favoritnya Marco.

Gue pernah nanya kenapa dia udah kayak penunggu perpus. Katanya, dia suka karena perpus tuh tenang. Mau sebanyak apa pun manusia di sana, nggak bakal berisik. Paling berisik ya bunyi keyboard laptop atau komputer dari orang-orang di sana. Kalaupun ada yang ngobrol, suaranya cenderung dijaga. Beda sama di kantin, apalagi koridor kelas. Makanya dia lebih suka ngabisin waktu di sana tiap ada jeda jam masuk kelas.

“Co, tahun baru nanti ada acara nggak?” tanya gue. Masih dua minggu lagi, tapi gue mau jaga-jaga. Kalau nanya pas mepet, nanti dia keburu ada acara.

“Ada. Tidur,” jawabnya, tanpa berpaling dari buku yang dia baca.

Gue yakin dia udah baca paling nggak separuh buku di sini. Judul yang dia pilih beneran beragam, nggak cuma dari jurusan kuliahnya. Dia jurusan MIPA Biologi, by the way. Kapan hari gue lihat dia baca buku Psikologi Dasar. Berikutnya, buku Pengantar Hukum Pidana. Random banget.

“Ikut gue, yuk?”

“Males. Gue nggak suka perayaan tahun baru. Berisik.”

“Acaranya di kampus kok, universitas kita yang bikin. Sama gue, ya?”

Dia menatap gue. “Emang lo bisa bikin suara kembang apinya jadi nggak berisik?”

“Ntar gue tutup telinga lo.”

“Males.”

Gue menggeser kursi sampai beneran dekat sama kursi dia dan bahu kami bersentuhan. “Please?”

Dia menoyor kepala gue. “Lo aja sama temen-temen lo. Gue nggak suka.”

Gue menghela napas. “Ya udah, gini deh. Kalau lo muncul di acara tahun baru di Lapangan Utama nanti, kita pacaran.”

Somewhere Over The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang