16 - First Night

6K 355 75
                                    

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞
MENGANDUNG ADEGAN EKSPLISIT!!!!

SKIP SAMPAI HURUFNYA UDAH BUKAN BOLD LAGI KALAU GA SIAP BACANYA!!!

THANK YOU!!
🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

((*))

Gue membungkuk untuk mengambil kondom dan pelumas dari laci nakas, meletakkan kedua benda itu di kasur. Marco udah terbaring tanpa sehelai benang pun, dengan napas terengah. Tubuhnya basah bukan cuma oleh keringat, tapi juga karena pelepasannya sendiri.

Dan ini baru permulaan.

"Have you clean it?"

Marco mengangguk. "Dari pas kamu beli itu, aku selalu bersihin tiap nginep."

"So, you're expecting this. Kenapa nggak bilang?"

"Malu, bego."

Gue berdecak, seraya membuka tutup botol pelumas, menuang sedikit isinya ke jemari gue, lalu menunduk untuk kembali mencium Marco. Begitu dia membalas ciuman itu, telunjuk gue mulai mengusap bagian belakangnya, membasahinya dengan pelumas, kemudian mendorong masuk perlahan.

Marco mengerang di dalam ciuman gue.

"Sakit?" tanya gue.

Dia menggeleng.

Gue terus mendorong hingga telunjuk gue masuk sepenuhnya. Mata Marco terpejam, sementara mulutnya terbuka oleh desahan. Pinggulnya ikut bergerak saat gue mulai menggerakkan telunjuk keluar masuk di dalamnya. Begitu merasa dia mulai terbiasa, gue mendorong jari kedua.

Marco meringis, tapi nggak menarik diri, masih menikmati sentuhan gue. Kejantanannya kembali menegang. Gue mengusapnya dengan tangan yang bebas.

Dua rangsangan di dua tempat sekaligus kayaknya beneran bikin Marco kelabakan. Tangannya mulai meremas sprei, sementara tubuhnya bergerak antara mau menghindari sentuhan gue, tapi juga menginginkan lebih.

"Zac.... Please...." erangnya.

Gue memasukkan jari ketiga, sukses membuatnya berteriak, disusul pelepasan keduanya. Nggak sebanyak yang pertama dan sedikit lebih cair, tapi cukup bikin perutnya makin basah. Kakinya mulai gemetar, nggak lagi menekuk tegak. Gue pindah ke tengah supaya bisa menahannya tetap terbuka.

"You kill me...."

Gue tertawa pelan, menarik semua jari gue keluar, lalu kembali menciumnya. "May I put it in? Atau kamu mau berhenti?"

"I'm a selfish bastard if I tell you to stop now," balasnya.

"Is it a yes?"

Dia menangkup pipi gue, ganti mencium lebih dulu. "Yes."

Kalau Marco mau berhenti, gue bakal berhenti walaupun itu bikin gue kentang. Tapi gue beneran bersyukur karena dia masih mau lanjut. Gue duduk tegak, meraih bungkus kondom dan merobeknya. Marco nggak mengalihkan pandangannya pas gue masang karet pelindung itu, lalu memosisikan diri ke depan bagian tubuhnya yang siap nerima gue.

Gue menuang sedikit lebih banyak pelumas di kejantanan gue, meratakannya, lalu mulai mendorong masuk perlahan.

"Oh, shit!"

Somewhere Over The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang