39. Titik Terendah

2.9K 411 229
                                    

WAHAHAHAHAH bener-bener nih Sunbies. Komen chapter sebelah beneran nyampe 200. 80 vote nya blm tapi karena udah janji mau Up kalau sampai komennya 200 so ini dia.

Momma minta 80 vote+200 komen buat next chapter bisa gak nih? Jangan siders dong kalau mau ADRIELA update cepet

Selamat membaca!

39. Titik Terendah

'Kalau udah berjuang tapi gak dihargain, tahu kan harus apa? Emang gak capek? Kalian sama-sama berjuang. Bedanya, kamu berjuang untuk dia dan dia berjuang untuk yang lain.'

•°¤°•

Riela sampai kerumahnya. Dia berdiri dihalaman depan sambil menghapus airmatanya. Cukup sudah dia menangis sepanjang perjalan hingga sopir taksi kebingungan. Riela merubah raut wajahnya untuk terlihat biasa-biasa saja. Dia tidak ingin neneknya melihat kesedihan diwajahnya. Riela baru saja akan memasuki rumahnya saat sebuah mobil berhenti didepan rumahnya.

Riela menahan napas namun melihat orang yang keluar dari dalam mobil adalah Edward, cewek itu mengerutkan kening bingung karena Edward turun dengan wajah panik.

"Kena...."

"Ikut aku sekarang." Riela tidak sempat menyelesaikan ucapannya saat Edward sudah menarik tangannya memasuki mobil. Cowok itu tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya diam sambil melajukan mobil dengan kecepatan penuh.

Sesaat setelah mobil Edward melaju pergi, Adriel sampai. Dia turun tergesa-gesa memasuki halaman rumah Riela. Keadaan rumah terlihat sepi. Lampu taman dibagian depan tidak menyala. Begitu juga dengan lampu di teras rumah. Kosong. Seperti tidak berpenghuni namun Adriel tetap mengetuk pintu sambil memanggil nama Riela.

"Ela!" panggilnya sambil menggedor pintu rumah cewek itu.

"Sayang! Kamu didalam kan?" tidak ada sahutan sama sekali. Adriel berdiri dengan gelisah. Tangannya bergerak mengambil ponselnya berniat menghubungi Riela.

Sial!

"Brengsek!" maki Adriel karena ponselnya mati.

Kemana dia harus mencari Riela jika seperti ini. Cowok itu bergerak kembali ke mobilnya, berniat mencari Riela sepanjang jalan. Bisa saja cewek itu masih berada dijalan dan belum sampai ke rumah. Karena itu Adriel berniat menyusuri jalanan.

Matanya bergerak kesana kemari mencari keberadaan Riela. Adriel begitu gelisah. Rasa penyesalan mencengkramnya dengan erat. Merasa bersalah karena telah membohongi kekasihnya. Kepalanya dipenuhi dengan wajah sang kekasih yang terlihat begitu menyedihkan tadi. Tatapan kecewa Riela begitu terasa. Dalam hatinya Adriel terus mengucapkan kata maaf yang hanya bisa didengar oleh dirinya.

•°¤°•

Riela berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan terburu-buru. Edward mengikuti dibelakang dengan wajah khawatir. Cowok itu akhirnya ikut berlari menyusuli Riela. Perasaannya benar-benar tidak enak.

Riela memperlambat langkah ketika matanya menangkap sosok papa dan mamanya yang berdiri dengan wajah khawatir. Disana ada kedua orang tua Edward juga.

"Gimana keadaan nenek?" Riela bertanya dengan napas terengah-engah. Matanya menatap kedua orangtua bergantian dengan tatapan takut.

ADRIELA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang