yura yunita―intuisi
hari-hari terus berganti padahal ada yang menginginkan waktu kembali ke masalalu kemudian berhenti. tapi semesta tidak hanya milik satu atau dua insan saja, bukannya egois, tapi sudah hukumnya kita yang sama harus saling mengerti. apapun yang berjalan mundur tidak selalu baik, silahkan kubur saja keinginan mustahilmu.
riuh tirta hujan menemani waktu rehat tuan yang tengah terduduk menunggu kapan tuhan menghentikan semuanya, segala yang menyulitkan jalan hidup, seperti cuaca saat ini contohnya.
ia meneguk air mineral sampai berkurang setengah, lengan kemejanya digulung sebatas siku. kepalanya menengok saat seorang gadis berkucir kuda berseragam pelayan kafe tempat ia berteduh menghampiri dengan sticky notes dan pena di tangan.
"juna, lo mau pesen apa?"
pemilik nama yang baru saja disebutkan itu menggeleng dan mengangkat botol mineral untuk ditunjukkan pada gadis tersebut.
melihat respon temannya itu lantas membuat gadis ini menggelengkan kepala dan kedua tangannya kembali menggantung terkulai lemas begitu saja. "astaga lo tuh―yaudah kalo mau pesen panggil gue aja, ya?"
"kenapa? pegawai lo 'kan banyak."
yang ditanya mengedikkan bahu acuh kemudian berlalu pergi sambil berucap. "karena lo temen gue."
juna tak bisa menahan kurva terbentuk di bibirnya, wah nampaknya waktu bukan hanya berjalan cepat, namun karena waktu juga bisa merubah temannya itu menjadi seorang gadis yang akhirnya dipandang layaknya bunga langka dan mekar indah. ia ikut serta dalam kebahagiaan sang teman.
tapi lengkungan itu tak bertahan lama saat rentetan memora muncul seperti kereta tak tahu letak rel menuju jalur pemberhentian. dalam benaknya kini hanya ada satu nama gadis pujaannya. yang eksistensi dan kepergian nya selalu berhasil membuat rasa pilu disertai ria datang menyerbu bersama.
andai, dia masih disini, kira-kira apa respon yang akan diberi tentang teman seperjuangannya yang kini sudah memiliki kafe dan bahkan perangainya berubah total. pasti menyenangkan melihat dia tertawa bahagia menyaksikan segala asa nya disini sudah tercapai seiring pemberian takdir.
"ngomong-ngomong, kapan kamu akan kembali?"
hei siapa pun kamu, yang berhasil menemukan kunci harsa milik juna, tidakkah kamu ingin mendekap tubuh tegap yang kalau diperhatikan lagi, justru bahu tempat kamu bersandar dulu, kini terlihat sangat rapuh setiap kali ditepuk realita kalau penyandarnya telah pergi.
juna masih disini, dengan cinta sama yang masih mengharapkan kamu disisi menerima lagi semua romansa nya.
iya, juna masih disini meski denting jarum jam selalu mengingatkan akan waktu yang tidak pernah berhenti. bedanya, tuan juna sudah ditemani secangkir kopi hitam, bukan kesukaannya namun ia hanya ingin merasakan pahit, siapa tau setelahnya akan ada manis yang datang untuk singgah.
derai hujan juga menjadi alasan juna kenapa ia masih setia duduk di kursi tepat di tengah kafe ini. bisa saja ia meneduh di mobil, tapi rupanya tempat ini lebih cocok untuk menghabiskan akhir hari.
telinga nya menangkap banyak suara yang asalnya tak menentu, tapi hanya satu suara yang membuat juna menengadahkan kepala. suara itu, suara yang katanya seindah lantunan piano yang sering juna mainkan.
"hai, juna."
keputusannya untuk memesan kopi pahit tidak salah, sebab manis itu sendiri sudah datang menghampirinya, bahkan menyapanya. beserta senyuman yang juna rindukan, kini sang gadis melambaikan tangan, kebiasaan yang juna harapkan namun juga takutkan.
apakah percakapan asa milik juna dan sang gadis akan berlanjut?
"lia, kamu disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
percakapan asa
Fanfiction[ na jaemin ] perihal segala romansa yang kembali menanti sang perasa ©Ratnamonalisa, 2O21