O7.

75 44 43
                                    

mawar de jongh―sedang sayang sayangnya

















"aulia!! nanti malem ke rumah gue, ya?" siswi yang sedang disibukkan dengan lembar soal ulangan itu menghela nafas panjang, lantas beralih menatap yeji yang duduk di sudut kelas

"gue ngga bisa, lo 'kan tau besok masih ada ulangan."

"tapi gue bilang nya nanti malem, lia cantik."

"iya tau, dan nanti malem gue harus belajar buat besok. maaf, ya."

lia bisa melihat yeji misuh-misuh kesal disana. sementara riana dan ica hanya bisa menyayangkan ketidak hadiran lia di acara nanti malam. apa dia lupa ada apa di hari ini?

"tuh 'kan ngeselin kalo diajak kemana-mana." ica ikut kesal, mengingat sudah berapa kali lia menolak ajakan kumpul bersama.

"tapi rumah gue 'kan bukan tempat asing lagi bagi lia, harusnya dia mau dong."

riana yang mendengar keluhan kedua sahabatnya itu segera menengahi, "kalian jangan gitu lah, lia itu sahabat kita―"

"gue tau na, maka dari itu karena dia sahabat gue, kehadiranya penting di acara ulang tahun gue."

"emang seberapa penting sih ulang tahun buat lo? lagian itu cuma tentang bertambah nya umur doang, yeji. lo mau rusak hubungan orangtua dan anak cuma demi pesta ulang tahun doang?"

yeji diam saat isi kepalanya dijejali imaji tentang akan seperti apa jadinya kalau lia benar-benar mamaksakan untuk pergi berpesta disaat ulangan sekolah sedang berjalan.

"kok kesannya seakan-akan cuma lia ya yang harus dikasih pengertian di antara kita?" dan ucapan ica saat itu juga membuat yeji dan riana terbungkam.


















setelah menunggu beberapa saat, netra nya terpaku pada gadis bersurai panjang dengan satu senyuman yang membuat hati juna teduh dikala baskara pamit sesaat sebelum menghilang.

"hai," sapa lia kemudian menyelipkan rambutnya ke belakang telinga ketika tertiup bayu.

"maaf dateng pas sore gini, mampir sebentar mau anter satu porsi sate ayam. jangan sampe dimakan sama om karna ini khusus buat kamu."

"ihh hihi enak pasti, makasih juna ganteng."

alih-alih menyerahkan pemberiannya kepada tangan lia yang sudah mengawang di udara, kantong plastik tersebut justru diletakkan di atas meja diiringi dengan wajah juna yang mengukir senyum tipis.

"lah kok―"

"gimana ulangan hari ini, lancar?"

tangan lia terkulai lemas begitu mendengar pertanyaan juna, sebab semua tidak baik-baik saja. "matematika. aku benci banget."

"tapi sebelumnya belajar?"

"iya, tapi tetep aja tuh otak aku ngga cocok buat nyimpen semua rumus matematika."

lantas yang dirasa juna setelahnya adalah lara hati yang ikut serta di penderitaan gadisnya, karena sudah dikatakan sedih lia maka sedih juna juga. tidak akan ada lelah jika ini menyangkut lia.

"yaudahlah ngga ada gunanya juga aku cerita gini, yang ada malah bikin kita bisa bosen sama setiap curhatan aku."

si pemuda menyela, "kita? kamu aja kali, aku ngga akan bosen ye."

sedangkan lia dengan tatapan menyelidiknya kembali berucap, "kamu anggep curhatan aku selama ini sebagai hiburan, ya?"

"lah kok ngomong gitu?"

"abisnya muka kamu gitu, ngga mendukung sama situasi."

"aku emang gini, hehe."

senyum lia muram kembali, "kamu diundang ke pesta ulang tahun yeji?"

juna mengangguk, "ngga banyak yang diundang sih, seperti biasa cuma sahabat deket doang, kamu pasti diundang juga 'kan?"

"iya, tapi aku ngga bisa dateng. aku yakin yeji pasti kecewa banget, mungkin yang lain juga sama kecewa nya." tanpa diberi tahu, juna sudah mengerti apa alasannya.

"riana juga ngga dateng loh, kamu udah tau?"

"oh ya? masa sih?"

"yang gila belajar tuh ngga cuma kamu doang, riana juga gitu."

lia manggut-manggut kemudian tertawa kecil, "bedanya mungkin riana emang suka, sedangkan aku paksaan, gitu ya?"

dan juna pun tidak bisa menggeleng karena itu memang benar. "lia, aku ngerti perasaan kamu―"

"ya, emang cuma kamu yang ngertiin aku 'kan?"

ketika lia memalingkan pandangan ke arah lain, raga juna mendekat, mendekap tubuh lia dan memperbolehkan gadisnya mengeluarkan keluh kesah di pelukannya.

"untung aku tau, cuma pelukan kamu yang paling nyaman buat obat hari-hari suram kayak tadi."

kerandoman di tengah pat yang meresahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kerandoman di tengah pat yang meresahkan.
ngga jadi up hari senin wkwk.

percakapan asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang