ingatan juna menggulir halaman masa lalu, satu bulan setelah kepergian lia, kala nabastala kelabu pada dalu yang sendu.
seorang ibu berkata pada putranya yang duduk sendirian di balkon kamar, menatap hamparan kegelapan yang sama sunyinya seperti pemuda itu.
"juna, coba positif thinking. mungkin tuhan menjatuhkan kamu sekarang untuk digantikan dengan ribuan kebahagiaan kelak? ngga ada yang tahu gimana takdir yang udah tertulis, cukup melangkah ke depan sambil menggenggam harapan..., sekarang tidur ya."
mulai malam itu, juna mengerti bahwa lia meninggalkannya bersama orang-orang yang lebih dulu memberi sayang kepadanya, seperti keluarga. masih bertahan sampai saat ini sudah menjadi bukti bahwa juna dikelilingi banyak orang baik di sisinya.
mungkin karena itu juga menjadi alasan bagi juna mengapa ia lebih mementingkan kondisi lia ketimbang kondisi hati juna sendiri walau terluka, sebab lia menganggap dirinya hanya memiliki juna.
jujur saja selain takut lia pergi dari hidupnya, juna juga mengkhawatirkan lia yang jauh darinya. karena lia mempercayainya sebagai pelipur lara, lantas juna pun juga percaya pada dirinya sendiri bahwa ia bisa menjaga lia.
namun, membayangkan separuh hatinya pergi sukses membuat hati juna sedikit tersayat. segala ketakutan tidak bisa ia tepis dengan mudah.
maaf, juna lebih menyayangi lia daripada dirinya sendiri.
petang mendung di beranda rumah bersama rengkuhan hangat dari juna, lia menghembuskan nafas atas nyaman ketika juna menepuk pelan lengannya.
tidak ada percakapan diantara keduanya bahkan sampai langit kelabu tersebut meluruhkan tirta nya secara perlahan.
"juna, hujan..." ucap lia.
"aku tau, kenapa?" juna sudah menebak apa yang akan dikatakan lia selanjutnya.
"mama sama papa belum pulang. kamu pulang gih sebelum makin deres, kayaknya hujannya bakal sampe malem," yah, seperti dugaan juna.
juna melepaskan rangkulannya, kemudian tertawa kecil "emang kamu BMKG apa?"
lia meringis dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "tapi kamu harus pulang sekarang juna, kamu udah habisin setengah hari disini."
juna berdecak kesal dan mengangguk lesu "iyaaa aku pulang." putusnya sembari mengacak rambut lia.
baru saja juna mengenakan hoodie untuk melindung dari serbuan rintik hujan, sebuah mobil milik keluarga lia masuk ke beranda disertai klakson.
juna melirik lia yang baru saja menghela nafas gusar. "gapapa..." bisiknya sembari menepuk sekilas punggung lia.
"eh ada juna, udah lama disini?" tanya mama lia yang hanya dijawab anggukan kepala dan senyum sapa dari juna.
berbeda dengan papa lia yang justru bertanya kepada putrinya tentang les yang seharusnya dihadiri lia saat ini. "kok kamu masih di rumah?" begitu tanya beliau.
lia mengangguk dan menunduk, "lia―"
belum selesai lia menjawab, juna lebih dulu memotong ucapannya "lia ngga enak badan om, makanya lia pulang sekolah lebih awal dan ngga berangkat les."
"lia juga udah kabarin bu risna kok" imbuh lia mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah menghubungi guru les nya.
mendengar kabar putrinya sedang tidak enak badan, sontak membuat orang tua lia khawatir. "kamu ga enak badan kenapa ga bilang mama?" ucap mama menyentuh dahi dan leher lia.
"makasih ya juna, kamu udah jagain lia." ujar papa.
"sama-sama om, maaf baru kasih tau om sekarang soalnya lia juga takut ganggu kerjaan om sama tante." ungkap juna dengan suara pelan supaya lia tidak mendengar hal tersebut.
papa tidak menjawab lagi. beliau hanya menatapi lia yang sedang bersama mama.
"om ga perlu khawatir lagi, kata lia udah enakan kok tinggal istirahat dikit lagi pasti sembuh." juna meyakinkan papa untuk tetap tenang karena lia pun juga ingin orang tua nya tidak khawatir.
"gimana bisa tenang jun... saya tau anak saya sakit juga dari kamu."
"jangan lama-lama di luar ya, dingin!" teriak mama dari dalam rumah yang katanya sedang menyiapkan sesuatu yang hangat untuk lia.
lia hanya mengiyakan perintah mama nya kemudian kembali memperhatikan juna lagi yang sedang berlari menuju mobilnya.
sebelum juna memasuki mobilnya, ia berteriak "jangan banyak pikiran! ada aku disisi kamu!!" teriak juna yang samar-samar tenggelam dengan suara rintik hujan namun masih terdengar jelas di telinga lia.
mendengar itu lia hanya tersenyum dan mengayunkan tangannya di udara, memberi isyarat pada juna untuk segera masuk ke dalam mobil.
selanjutnya lia dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah juna yang membuat tanda hati besar diatas kepalanya dan masuk ke dalam mobil dalam keadaan basah kuyup.
setidaknya, lia dibuat tertawa oleh hal sesederhana itu.
"kalo gitu, kasih tau aku gimana caranya supaya ga banyak pikirin sedangkan segala tuntutannya terlalu banyak dan aku harus lakuin itu semua tapi bukan untuk bahagiaku."
swastamita milik lia kali ini terasa lengkap, setelah bahagia kemudian sedih padahal dirinya mengharapkan sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
percakapan asa
Fanfiction[ na jaemin ] perihal segala romansa yang kembali menanti sang perasa ©Ratnamonalisa, 2O21