yura yunita―tenang
"sepulang sekolah kamu kemana dulu? mama sama papa pulang, kenapa kamu ngga ada di rumah? udah gitu pintu ngga dikunci pula."
lia menundukkan kepala saat nada bicara mama seperti penuh kekesalan.
ia mengangguk samar, "maaf ma, tadi lia mampir ke rumah temen sebentar, lupa kunci pintu juga waktu berangkat sekolah."
"ngapain?"
lia tidak mungkin menjawab kalau ia hanya ingin tahu dimana rumah sahabat-sahabat baru nya. yang ada mama akan semakin marah saat mendengar jawaban sepele seperti itu. tapi 'kan, kesalahan lia juga sepele.
"ma, lia―"
"besok-besok jangan pergi kemana pun tanpa izin. kamu tuh anggap mama sama papa sebagai orangtua kamu ngga sih?"
dalam tundukan kepalanya, lia terkekeh pelan mendengar hal itu. kalau ia tidak menganggap mereka, lalu apa arti dari segala yang sudah lia perjuangkan untuk mama dan papa?
"dan juga, dari pada kamu main sama temen kamu, mending kamu pake waktu nya buat belajar, bisa dapet ilmu, sedangkan kalo main dapet apa?"
diam-diam, lia merespon lagi dengan perubahan ekspresi nya. air muka nya berubah datar. ia tidak setuju dengan ucapan mama. mereka tidak tahu saja dengan hadirnya sahabat baru, lia akhirnya mendapatkan apa yang namanya kebersamaan dan kasih sayang.
"kamu dari tadi diem terus, denger ngga?"
"denger, ma."
saat mama mengakhiri amarah nya dengan pergi ke kamar, barulah lia mengangkat kepala dan menghela nafas antara lega, dan pasrah. baru saja ia hendak pergi dari ruang tamu, suara papa menghentikan langkah kaki nya.
"kenapa, pa?"
"sini duduk sebentar," ucap papa menunjuk sofa di hadapan nya.
dengan perasaan tak menentu, lia mendudukkan diri di sofa dan berhadapan langsung dengan papa.
"setelah ini kamu mau lanjut kemana?"
merasa belum paham dengan ucapan beliau, lia pun menautkan alis tanda bertanya.
"SMA. setelah SMA, kamu mau lanjut kuliah kemana?" ulang papa sekali lagi.
lia sempat terkejut dengan pertanyaan yang diajukan papa nya, tapi ia maklumkan, itu tanda mereka peduli sebagai orangtua yang memikirkan masa depan putri nya.
"hm? kuliah, pah? em―lia mau langsung kerja pah. lia ngga mau kuliah."
bisa ia lihat perubahan ekspresi papa nya. ini respon yang biasa lia dapatkan.
"kenapa? papa mampu kok bayar kuliah kamu nantinya."
lia menggeleng cepat, "bukan gitu, pah. lia cuma―"
KAMU SEDANG MEMBACA
percakapan asa
Fanfiction[ na jaemin ] perihal segala romansa yang kembali menanti sang perasa ©Ratnamonalisa, 2O21