*Sifatmu sungguh menjengkelkan, tapi apa boleh buat. Dimarahi aku tak tega, akhirnya hanya pasrah saja!*
H
A
P
P
Y
READING!
"Aaaa." pinta Alden kepada gadis didepannya. Menyodorkan sesendok nasi goreng kemulut bocah itu. Namun penolakan yang ia dapati."Ayo adek, buka mulutnya." mohon Alden lagi. Susah sekali menyuruh gadis kecil itu untuk makan. Perut siapa yang diisi, juga siapa yang repot.
"Ngga mauu!" tolak bocah tersebut. Dengan beringisnya.
"Untung sayang!" batinnya mengelus dada.
"Oke, sekarang gini. Micha kenapa nggak mau makan hm?" tanya Alden, dengan menaruh piring yang ia pegang tadi diatas meja makan.
"Micha mau bakco abang, bakco!" tegas Micha dengan bibir mengerucut dan dipipi menggembung. Persis seperti bakpau, berisi macam squisi.
Alden dibuat pusing oleh adik perempuannya itu. Sebenarnya ia sudah kesal tetapi, tetap saja laki-laki tersebut tidak akan bisa marah kepada Micha.
Laki-laki itu mengelus rambut sang gadis kecil dengan lembut. Penuh kasih juga sayang. "Terus kenapa kemarin pengen dimasakin nasi goreng sama abang?" tanya Alden keheranan.
Sang empu yang ditatap dan ditanya, masih mempertahankan wajah masamnya. Yang menggemaskan itu, dimata Alden.
"Adek, abang Al udah capek-capek masakin. Terus adek nggak mau makan. Ngga boleh gitu, hargain abang." ujar Alzo secara tiba-tiba. Jengah melihat adik kakak yang mendrama di pagi hari. Menasehati Micha yang tak kunjung mengerti juga dan banyak maunya.
"Merepotkan sekali" batinnya.
Mata Micha sudah berkaca-kaca. Merasa bersalah dengan perbuatannya, tapi tetap saja ego gadis kecil itu lebih besar. Dibandingkan rasa bersalah atau pun simpatinya. "Telus Micha ngga mau jimana dong?" tanyanya penasaran.
Wajar saja, anak seusia Micha memang pada umumnya keras kepala. Apa pun permintaannya harus dituruti. Sifat itu menurun dari sang ibu. Persisi sekali, memang benar kata orang bahwa buah tak akan jauh jatuh dari pohonnya.
Alden yang paling tak tega melihat adik perempuannya menangis akhirnya memutuskan. "Oke, kita makan bakso diluar!" pasrah Alden. Mengambil kunci mobilnya diatas nakas.
"Ayok adek!" ajak Alden, heran melihat Micha yang tak kunjung bergerak dari tempatnya.
Gadis kecil itu memasang muka lesuh. "Gendonggg," pintanya merentangkan kedua tangan mungil itu.
"Dasar manja!" cibir Alden seraya menggendong Micha ala koala style. Meletakkan badan mungil kecil itu didepan dada. Lalu medekapnya. Bocah yang berusia 3 tahun hanya menyengir kuda.
"Bialin, wleee." jawab Micha menjulurkan lidah.
Alden terkekeh akan aksi gadis kecilnya.
"Yess, matan bakco," batin Micha Bersorak ria.
Mungkin jika bisa dilihat, batin bocah itu seperti sedang konser idol k-pop. Ramai sekali, iya kan? Iya kan? Ya iya lah, masa enggak!
***
Diperjalanan yang terdapat banyak sekali kendaraan yang melintas. Baik itu kendaraan berida dua atau pun empat. Kota yang sudah padat akan penduduk. Ditambah lagi pulusi yang menyebar. Sampah dimana-mana, ulah dari manusia itu sendiri. Yang tidak menaati peraturan negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Micha and Brother [ENd✅]
General Fictionseorang gadis kecil berparas cantik, berusia 3 tahun 7 bulan, yang memiliki 3 kakak laki-laki sebagai pelindungnya. Dimana mereka yang bertranformasi menjadi ibu serta ayah untuk adik perempuan tersayangnya itu. Meladeni semua sifat unik si bungsu...