5. Minyak telon

9.5K 739 26
                                    

*Kelakuanmu sungguh membuat kami gelang-geleng kepala. Keterlaluan!*

H
A
P
P
Y
READING!

Alden menatap gadis kecil yang tengah meniup-niup tangannya itu. Tatapan ketenangan dan kebahagian terpancar jelas disana. Melihat betapa khawatirnya gadis kecil itu ketika ia terluka, membuat hati Alden bersorak gembira. Setidaknya rindu terhadap sang ibu terobati kala mendapat perhatian dari adik perempuannya. Dimana sifat bocah itu yang sebelas dua belas dengan almarhum ibu.

Huftt

Huftt

Huftt

Micha tak henti-hentinya meniup tangan besar yang sedikit kemerahan. Karena menyelamatkannya tadi, tangan sang kakak sampai terluka.

"Udah adek ngga usah ditiup terus," pinta Alden menatap gadis kecil itu. Dengan tatapan lembutnya. Tak lupa mengelus surai indah tersebut.

"Diem abang! Ini tan calahnya atu. Gala-gala atu abang jadi jini, " jawab bocah itu tanpa melihat laki-laki didepannya. Yang menatap ia lekat.

"Gini adek bukan jini," koreksi Alden dengan terkekeh.

"Lucu," bantinnya.

"Jini itu yang suka kuncir satu ya ngga bang?" tanya Alvin tiba-tiba. Ia sedari tadi menyaksikan kedua drama kakak beradik itu. Sambil menyantap baksonya.

Entah sudah berapa mangkuk bakso yang ia habiskan. Presetanlah akan hal itu, sebab ia masih lapar belum kenyang!

"Selagi masih muat, gaskuen lah," batin Alvin menikmati kuah baksonya dengan aesthetic.

Ganteng mah bebas yak, wkwkwk.

"Iya, yang ditv itu kan?" tanya Alden yang mulai kepo.

"Lagunya jini ow jini taulah plialaan hati. Oh jini oh jiniiii" rancau Micha menanyi tak jelas.

Alden dan Alvin tertawa mendengar itu. " Wuahahahha iya yang itu adek benar. Selamat anda mendapatkan dua juta rupiah. Jangan lupa dipotong pajak." ujar Alvin dengan mengakat sedok ditangan kanannya keatas.

Persis seperti orang blo'on, canda blo'on.

"Dih, emang give away apa dapet dua juta." Alden berucap dengan kesal. Kekaluan Alvin yang membuat ia muak, serasa ingin muntah.

"Udah jangan belantem abang, matan bakconya," Micha besuara melerai perdebatan yang tak akan ada habis nantinya.

Gadis yang memiliki bolah mata biru itu mengernyit kebingunan. Kenapa ya rasa kuah baksonya tak seenak tadi? Apakah sudah basi? Ahk itu tidak mungkin, ini baru dibeli toh.

Satu sendok kuah bakso ia masukkan kedalam mulut mungilnya. Mencicipi!

"Tok jini sih lasanya," protes bicah itu keheranan.

Kedua laki-laki yang melihat itu juga mengalihkan pandangannya. Dari bakso yang lezat ke adik perempuan mereka.

"Kenapa dek?" tanya Alden sambil menyuapkan satu bakso kecil kedalam mulut.

"Ini bakco atu lasanya ngga enak lagi abang. Udah baci!" ujarnya dengan mendorong mangkuk bakso itu kedepan.

"Ah masa sih, sini abang cicip." ucap Alvin juga kebingungan. Masa sih bakso itu sudah basi kan tidak mungkin. Itu saja baru dibuat tadi. Bahkan Alvin melihat dengan mata kepala sendiri proses pembuatan baksonya. Aman dan bersih!

Kedua lelaki itu mencicipi bakso sang adik. Satu sendok masing-masing.

Saat kuah bakso sang adik melewati tenggorokan meraka, ada rasa adeh disana.

Seperti.....

"Kok rasanya kayak minyak yang adek sering pakai udah mandi bang. Minyak apa tuh yah lupa pokoknya deh," cetus Alvin. Otaknya mencoba mengingat kembali.

"Adek taruh apa dibaksonya?" tanya Alden berusaha mengintrogasi sang adik.

Micha mengambil suatu botol disamping kanannya. Lalu memperlihatkan kepada sang kakak.

Alden dan Alvin membulatkan mata, keduanya saling menatap secara bersamaan sangking kagetnya.

"MINYAK TELON!"

"Atu talok ini penasalan abang. Ambil dali dalam mobil," ujarnya santai dan menyengir kuda. Menampilkan gigi kelinci itu.

Kedua lelaki itu menepuk jidatnya pelan.

"ASTAGFIRULLAH MICHA!!!!"

Teriak Alvin dan Alden bersamaan. Suara mereka bahkan mengundang perhatian para pembeli lainnya.

"Hehehe maaf." cengenges bocah berambut kuning kecoklatan dan berbola mata biru itu. Tanpa rasa bersalah dan berdosa.

Namanya anak kecil ya, kotoran kucing saja disangka gula-gula. Kutang saja disangka kaca mata.
Parah!

"Pulang Micha pulang," Alden langsung menggendong adik nakalnya seperti karung besar.

"MBAK INI BAYARANNYA YA, DI ATAS MEJA!" teriak Alvin meninggalkan satu uang berwarna merah itu.

"Ehk iya, makasih bang." sahug pelayan Warteg itu.

"Mana lebih lagi, ahk rejeki anak soleh." tambahnya senang dan mencium aroma rupiah itu.
Dasar mbaknya mata duitan! canda duitan.


*JANGAN LUPA TEKAN BINTANG*
*TERIMA KASIH*

25 mei 2021



Micha and Brother [ENd✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang