♥HAPPY
READING♥Sekelompok tetesan air hujan yang datang secara bersamaan yang jatuh dari langit. Suara bergemuruh yang ia ciptakan terdengar begitu keras. Namun disambut bahagia oleh gadis kecil berdarah bule itu.
Saat ia tengah menonton tv tiba-tiba saja langit yang tadinya berwarna orange kekuningan. Digantikan dengan awan hitam kelabu yang terus bergerak.
Gadis kecil itu langsung membuka pintu utama rumah. Lalu membasahkan tangannya menggunakan air hujan yang turun.
"Yeahhh akhilnya hujan, mandi hujan, mandi hujan." teriaknya meloncat-loncat kegirangan.
Menikmati hembusan angin dingin yang menerpa kulit putih, halus, serta bersih itu.
"Abangggg." Panggil Micha berteriak menuju kamar si kembar abangnya.
Abang sulung mereka belum pulang, mendadak mendapat tugas di luar negeri yang besok atau lusa pulangnya. Sangat disayangkan bukan? Namun ia tetap gembira, masih ada kedua abangnya yang menemani.
"Abanggggg." panggilnya lagi sambil mengedor-ngedorkan pintu kamar sang abang.
Ceklek
Micha membuka pintu terlihat jelas kedua abangnya yang tengah rebahan di atas kasur king size. Bermain game di handphone masing-masing dengan heboh serta teriakan dan umpatan yang terlontarkan.
"Ayok mandi hujan abang, ayok!" Rengek Micha menarik kedua tangan abangnya.
"Ayok, cepet!!" Gerutunya saat kedua si kembar itu lama.
"Sabar adekku sayang," pujuk Alvin dengan sabar.
Dengan gesit dan lincah Micha menuruni tangga dan langsung keluar rumah. Saat mencapai teras, ternyata lantainya licin akibat terkena percikan air hujan.
Akhirnya gadis nakal itu tepeleset, pantat kecilnya menghantam lantai dengan keras.
Alzo yang melihat itu dengan sigap menggendong adiknya langsung. "Hati-hati, abang tau adek mau mandi hujan." nasehat Alzo.
Karena terlanjur senang Micha sampai melupakan rasa sakit akibat terpeleset tadi.
"Yeahh hujan, aaaa." teriak Micha kegirangan dibawah hujan itu.
Mereka bertiga berlarian kesana kemari dengan bahagianya.
Micha terus menerus menghentakan kaki di genangan air tersebut. Sampai-sampai Alvin yang berjongkok terkena cipratannya.
"Enak banget mandi hujan abangg!" terus saja teriakan yang menyatakan bahwa ia sangat menyukai mandi hujan itu.
Hujan tidak selalu berarti kesedihan, hujan juga kadang kala membawa kebahagiaan, ketenangan. Sesuai dengan yang kita tanggapi dan alami.
Begitu juga kehidupan jika selalu merasa sedih maka kau akan terpuruk. Tetapi jika kau bersahabat dengan rasa sakit, maka kau akan tenang. Pertanyaan ku hanya satu, mampukah kamu?
Alvin mengusap wajahnya gusar yang telah kotor akibat ulah sang adik.
"MICHA!!! Awas kamu ya dapet nanti mampus kamu!" pekik Alvin sedikit kesal dan berlari mengejar Micha.
Micha terus saja berlari semampunya mengelilingi halaman rumah yan luas tersebut.
"Ayoo Micha Abang tangkep nanti, yok Alvin kita tangkap adek!" Ajak Alzo berseru.
Micha terus saja kegirangan dan berlari sekencang mungkin. "Abang nggak bisa kejal atu, wleeee." Ejeknya menjulurkan lidah.
Alzo dan Alvin terus saja berpura-pura tidak bisa menangkap Micha. Apasih yang tidak jika untuk adik perempuan satu-satunya itu. Jangankan berpura-pura agar dia bahagia, merelakan kehidupannya pun mereka ikhlas.
Mana mungkin laki-laki dengan tinggi badan 177 cm itu tidak mampu mengejar anak kecil yang tinggi badannya hanya sampai paha mereka.
Lumpur yang Micha temukan dibawah pohon mangga pun ia lempar kan kepada kedua abangnya.
"Bhahaha kena muka abang"
"Hahaha muka abang kotor"
"Muka abang kayak zombie"
Tawa Micha terdengar keras berlawanan dengan gemuruhnya suara hujan.
Lesung pipi tercetak indah disana menambah kesan manis pada wajah gadis kecil itu. Matanya juga terlihat terpejam akibat terlalu tertawa. Bahagia bukan?
"Eee zombie." ia menirukn gaya zombie itu. Kedua tangan terlentang dan leher seperti patah.
"Adek gue calon pemain ftv nih, wkwkwk" saat Alvin melihat kelakuan adiknya.
"Untung lu adek gue ye, kalau bukan udah gue tonjok!" Ujar Alzo membersihkan wajahnya yang terkena lumpur itu.
"Liat noh bang adek mandi hujan." Ucal Alvin yang melakukan video call dengan Alden. Alden di singapore melihat kelakuan adiknya melalui gadget itu dilanda rindu.
"Yah abang ga ikutan, itu Micha seneng banget ya." Ucap Alden melihat adiknya berlarian dan digendong oleh Alzo.
"HALLO ABANGG ATU MANDI UJAN." Sapa Micha melalui video call itu.
"Jangan lama-lama adek entar sakit, lagi musim demam loh." Ujar Alden menasehati, semua yang dilakukan adiknya selalu menjadi pertimbangan olehnya.
"BENTAL LAGI, TANGJUNG ABANG." Tawarnya menolak.
"Bukan tanjung adek, tanggung!" koreksi Alzo.
"Eh iyaa," Sahurnya lupa.
"Udah dulu ya, abang masih banyak kerjaan." Ujar Alden, sebenarnya kerjaannya sudah selesai semua.
Namun ia tak tahan melihat adiknya bermain disana. Ingin rasannya ia pulang ke indonesia secepatnya. Namun keadaan sedang tak memungkinkan untuk melakukan penerbangan.
"DADAH ABANGG." ucap Micha berteriak menghadap ponsel berisikan wajah Alden.
"Kissnya mana?" tanya Alden bercanda dengan wajah cemberut dibuat-buat.
"EMMUACCHH."
"Haha lucu." Ucap Alden langsung memutuskan panggilan videonya.
Hey!! Aku up di malam hari lagi. Disini hujan, disana hujan ga?
Liat hujan jadi terinspirasi, langsung nulis deh.Semoga suka ya!!!
23 juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Micha and Brother [ENd✅]
General Fictionseorang gadis kecil berparas cantik, berusia 3 tahun 7 bulan, yang memiliki 3 kakak laki-laki sebagai pelindungnya. Dimana mereka yang bertranformasi menjadi ibu serta ayah untuk adik perempuan tersayangnya itu. Meladeni semua sifat unik si bungsu...