20. Apa yang terjadi?

3.5K 419 10
                                    


♥HAPPY
READING♥


Didepan gedung tempat pendidikan anak sekolah dini itu. Terlihat Empat orang manusia, tiga laki-laki dan satu perempuan. Hari ini, pertama Micha sekolah. Bertepatan pada umurnya yang menginjak angka 4.

Tampak keraguan di wajah cantik si gadis. Melangkah kedalam sekolah saja ia enggan. Entah kenapa.

Alden menggendong Micha didepan, Alzo membawa tasnya, dan Alvin terus mengoceh tanpa henti.

"Masuk Micha,"

"Ga usah malu-malu, dirumah aja malu-maluin,"

"Cepet masuk, greget gua!"

Alvin mendorong Micha secara paksa, sedangkan si gadis dengan sekuat tenaga menahan agar tetap menetap.

"Jangan didorong Alvin!" tegas Alden tak suka.

Alvin berdecih.

Alden meletakkan kedua tangan dibahu mungil Micha, mensejajarkan tingginya dengan gadis kecil itu. Menatapnya lekat seakan menguatkan melalui isyarat. Ia tau gadis itu takut, selama ini Micha terus dikelilingi ketiga sang kakak.

Tetapi tetap saja Micha harus mandiri.

"Takut?"

Micha mengangguk dengan pasti.

Alzo terkekeh melihat itu. "Sekolah itu enak tau, banyak temen." Bujuk Alzo meyakinkan.

"Iya bener, seru-seruan, main kejar-kejaran. Banyak lagi deh." Tambah Alvin tiba-tiba.

"Abang ga bohong?" menatap ketiga abangnya dengan lekat, berharap pulang.

"Enggak!" Jawab mereka kompak.

"Ya udah, yuk masuk!" Micha melangkahkan kaki dengan pasti memasuki Tk itu dan sedikit berlari sambil melompat kecil.

Alden, Alzo, dan Alvin melihatnya dengan cengo. Memang perempuan sulit dimengerti. Yang tadinya terlihat paling menyedihkan bisa berubah 180° menjadi orang yang paling bahagia.

"Kagak usah mangap, lalat masuk mampus lu!" Pungkas Alzo menepuk mulut kembaran dengan keras.

"Sakit bego!" Gerutu Alvin memegang bibirnya yang terasa perih.

Mereka memasuki sekolah itu, bisa dibilang sekolah elite. Dilihat dari bangunan serta fasilitas yang tersedia. Apa lagi dengan banyaknya tanaman yang terawat. Uang bangunan yang cukup besar begitu juga dengan biaya bulanannya. Seragam yang digunakan pun bukan main harganya.

Buat apa Alden bekerja keras, jika ketiga adiknya tidak bisa mendapatkan pendidikan terbaik dan fasilitas terjamin. Maka dari itu si kembar dan si paling bungsu mendapatkan pendidikan yang cukup elite.

"RAFA!" pekik Micha memanggil bocah lelaki yang kepalanya sudah sedikit ditumbuhi rambut itu.

Rafa menoleh kebelakang sudah tahu siapa yang memanggilnya dengan suara melengking.

"Bisa ga sih kamu ngomongnya biasa aja, jangan teriak-teriak. Telinga aku sakit tau!"

Gadis berdarah bule itu bersedih dan melibatkan tangan didada dengan angkuh.

"Suta-suta atu dong, talau tamu ga suka ya telselah!" tegas Micha tidak mau kalah sekaligus kesal juga.

Rafa memutar mata jengah dengan gadis kecil didepannya itu. "Ngomong r aja belum lurus kamu!" Timpalnya begitu beringas.

"Nyenyenyenye." Micha menyahut dengan nada pertanda kalah debat.

***

"MICHA! Tungguin, jangan lari! "

"Micha aku capek ngejar kamu. "

"MICHA TUNGGU!!. "

Semua teriakan itu tidak dihiraukan oleh gadis yang matanya tengah terbendung cairan bening kristal. Berlari sekencang mungkin bahkan menerobos angin.

Tepat didepan gerbang sekolah, kedua lelaki yang mengendarai motor kawasaki. Pandangan tannya menelusuri setiap detail ratusan  anak-anak yang keluar.

Menemukan sangat adik yang berlari kencang dari dalam sekolah.

"A-" ucapan itu terpotong.

"Pulang abang, cepet. Ayok pulang! " menarik paksa tangan Alzo yang entah mau dia bawa kemana.

"Oke, sabar! "

Alzo mengangkat gadis kecil itu tanpa beban ke atas motornya. Mendudukan bocah itu didepan.

"Kenapa dia zo?" Tanya Alvin yang tak tahu menahu apa yang terjadi. Seraya memasukkan benda pipih itu kedalam saku celana kanannya.

Alzo mengangkat bahunya juga tidak paham. "Mana gue tau."

*Jangan lupa tekan bintang*
#JanganLupaBahagia

Micha and Brother [ENd✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang