17. Sakit

5.2K 456 12
                                    

♥HAPPY READING♥


Gadis kecil menuruni tangga dengan mengusap terus menerus hidungnya yang gatal. Hidung mungil itu menjadi kemerahan dibuatnya. Micha terkena flu kemungkinan begitu.

"Abang!" Panggil Micha menelusuri rumah mewahnya yang luas.

Saat tak menemukan satupun makhluk ia semakin kesal.

"Temana sih abang!" Kesalnya seraya mengusap hidung dan mata.

Mata bulat berwarna biru laut itu terasa perih juga panas.

Ia berlajan lagi menuju halaman belakang rumah yang melewati dapur. Ternyata abang-abangnya berada disana. Tengah bergulat dengan banyaknya tumbuhan.

"Abang!" Panggil Micha dengan mengusap hidungnya yang terasa gatal juga perih.

Suara ingus yang keluar masuk terdengar jelas. Menjijikkan!

Alzo menoleh kebelakang melihat adik kecilnya yang bangun kesiangan.

"Kenapa adek? Sakit?" Tanya Alzo mendekati Micha. Alzo menempelkan punggung tangan kanannya pada dahi Micha.

"Njirr anget!" Alzo kaget saat merasakan suhu tubuh sang adik yang meningkat. Alzo mendekap tubuh mungil itu, memeluk, juga mengelus punggung Micha.

"Bang!" Panggil Alzo kepada Alden.

Alden menoleh juga dengan Alvin. "Kenapa?" Tanya Alden mengernyitkan dahi.

"Adek demam bang sama flu dia," Ujar Alzo menjelaskan.

Raut wajah cemas serta panik menghiasi pada ketiga lelaki tampan tersebut. Alden mengambil alih Mich dari Alzo, menggendongnya seperti koala. Micha memeluk erat leher Alden, menyembunyikan kepalanya diceruk leher sang abang seraya memejamkan mata.

Benar saja suhu tubuh Micha yang meningkat terasa sekali saat bersentuhan dengan kulit dingin Alden.

"Adek demam, ini pasti gara-gara mandi hujan kemarin kelamaan! Mangkanya abang ga nyuruh adek mandi hujan. Supaya ga sampai kejadian kayak gini. Kalau udah sakit mau gimana lagi, adek harus minum obat sama kedokter!"  Putus Alden dengan nada tegas.

"Gak mau minum obat!"

"Gak mau kedokter!"

"Obat gak enak, maunya ice cream aja!"

Bantahan dan tolakan dari Micha terus dilontarkan.

"Mau terus sakit gini?" Tanya Alden lagi dengan raut wajah serius. Ini bukan saatnya main-main.

"Enggaa," Rengek Micha putus asa.

"Kenapa nangis? Ada yang sakit?" Tanya Alvin tiba-tiba entah dari mana.

Alvin juga menempelkan punggung tangannya didahi Micha. Membolak-balikkan serta menyentuh dahinya juga untuk memastikan.

"Iya panas, kamu sih kemarin maksa mandi hujan. Padahal mudah sakit, dingin dikit flu, panas dikit pusing. Mangkanya kalau di nasehatin itu denger!" Gerutu Alvin kesal, ia tak suka melihat adiknya sakit.

Apa lagi mengingat betapa keras kepalanya Micha saat keinginannya tidak dipenuhi.

Hiks

"Abang jahat! Atu tan lagi sakit malah dimalahin telus. Ngomel telus kayak buk elte." Cibir Micha menghapus air matanya yang mengalir.

"Nyenyenye, ngebantah terus lo sakit siapa yang repot ha? Yang khawatir siapa? Yang susah minum obat siapa? Lo!" Tunjuk Alvin kepada Micha.

Sedangkan gadis itu menunduk lesu, menyembunyikan lagi kepalanya diceruk leher Alden. Terisak disana.

Alden dapat merasakan lehernya yang basa akibat air mata sang adik.

"Udah Alvin, ga usah kamu marahin terus Micha tambah stress dia."  Tegur  Alden melerai pertengkaran yang bisa berujung itu.

Alvin berdecih kesal. "Terus aja lo belain bang, dia salah lo belain terus. Gue tu khawatir bang, dia keras kepala. Ga mikir perasaan orang!"  Timpal Alvin lagi dengan nada sedikit meninggi.

"Bukan masalah belain Alvin!  Dia itu lagi sakit, dengan kamu marah sama bentak dia. Kepalanya tambah pusing. Kamu kan tau gimana Micha kalau udah sakit!." Bentak Alden tak terima dengan jawaban Alvin.

Ia tidak membenarkan Micha yang waktu itu memaksa untuk mandi hujan dan berujung sakit. Juga tidak membenarkan Alvin yang membentak Micha. Ia tak suka jika adik kesayangannya diperlakukan secara kasar. Apa lagi membuatnya merasa tertekan dan nanti berfikir kekurangan kasih sayang.

Hiks

"Jangan belantem abang," Ujarnya pelan namun masih dapat didengar oleh ketiga lelaki itu.

"Iya Micha salah, Micha minta maaf udah ga nulut waktu itu." Ujarnya mengakui dan merasa bersalah sekaligus menyesal.

Andai saja ia menuruti apa kata abang-abangnya pasti dia tidak akan sakit seperti sekarang.

Berandai-andai memang menyenangkan sekaligus menyakitkan, saat dipatahkan oleh kenyataan.

"Sekarang minta maaf, besok lusa ngulang lagi. Minta maaf lagi ngulang lagi, terus aja lo gitu. Ga mikir lo gue khawatir sama lo, gue juga sakit liat lo sakit gitu." Sungut Alvin lagi saat melihat Micha susah bernafas melalui hidungnya.

Kedua hidung mungil yang sedikit mancung itu tersumbat penuh. Ia terus mencoba untuk menghirup udara melalui hidung. Namun naas itu hal yang percuma.

Akhirnya ia mengambil jalan pintas dengan membuka sedikit mulut dan menghirup oksigen dari sana.

Karena memang mulut adalah alat pernapasan darurat saat hidung bermasalah. Melakukan itu sebenarnya bukan hal baik atau dianjurkan. Seba menghirup oksigen dari mulut tidak disaring terlebih  dahulu seperti hidung. Yang memiliki bulu hidung dan berfungsi untuk menyaring udara yang masuk.

"Udah Vin ga usah lo marah-marah terus." Ucap Alzo yang sudah eneg mendengar celotehan amarah sang kembaran.


" Ucap Alzo yang sudah eneg mendengar celotehan amarah sang kembaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Michalina Gabriella


Tetap patuhi prokes(protokol kesehatan)
Sehat-sehat ya kamu disana>3

Lfy sekebon buat yang vote😘😘😌
Kok alay ye, wkwk

Micha and Brother [ENd✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang