22. Maling

3.9K 411 3
                                    

HAPPY
READING!♥

"LAFA MALING JAMBU YUK!" teriak seorang gadis kecil dari luar rumah.

Bocah laki-laki itu menegang saat mendengar namanya dipanggil. Ia bergegas berlari dari ruang bermain ps nya menuju ruang tamu. "Aduhh kenapa harus teriak-teriak sih, dasar Micha!"

Rafa membuka pintu rumahnya, terpampang jelas gadis kecil yang sedang menunggu.

"Sttt,"

"Jangan teriak-teriak, nanti mama aku denger kita dimarah."

Micha terkekeh menertawai kebodohan dirinya sendiri. "Hehehe maaf." Mengangkat jari telunjuk dan tengahnya sehingga membentuk huruf V.

"Janjinya kan jam 08.00, kamu datang jam 07.00,"

Micha menirukan gaya bicara Rafa dengan kesal. "Nyenyenyenye,"

"Aku kan udah bilang kemarin bakal jemput kamu, kok malah kamu yang jemput aku?" Tanya Rafa mengintrogasi gadis cantik di depannya.

Micha mengerucutkan bibirnya. Jari telunjuk mungil itu mengarah ke wajah Rafa. "Aku itu bosen nunggu kamu, lama!" Pungkasnya.

Rafa menyingkirkan jari telunjuk Micha kesamping. "Siapa suruh kamu nungguin?"

Micha memutar matanya malas dan menghembuskan nafas dengan kesal.
"Udah deh, kalau gini kapan kita malingnya? Kamu tu ya malah-malah telus kayak bang Alvin, tau ga. Ngomel mulu!" Cibir Micha kesal.

Di hari minggu ini kedua sejoli itu memiliki rencana untuk mengambil buah jambu biji milik tetangga sebelah. Buah jambu merah yang lebat itu mereka lihat saat pulang dari sekolah kemarin dan kam gembiranya penghuni rumah itu sedang pergi keluar kota sekeluarga. Entah urusan apa atau hanya libur semata. Yang kedua bocah itu tahu, rumah tersebut tidak ada orangnya dan aman untuk menjalankan aksi mereka.

"Abang Alvin marahin kamu itu artinya dia sayang," Ucap Rafa menasehati gadis cantik yang ber kelakukan minus tersebut.

Micha mengetuk dagunya dengan telunjuk kemudian tersenyum jahil. "Berarti kamu juga sayang dong sama aku? Kamu kan juga suka malahin aku." Tanya Micha sedikit menggoda.

"Nggak!" Jawab Rafa tanpa ragu.

"Heleh bohong!" Cibir Micha mendengar jawaban dari lelaki yang belum dewasa itu.

"Ngomong r aja belum lurus kamu," Ledek Rafa. Ia menampilkan senyum yang sangat meremehkan sekali.

"Kalau aku udah bisa ngomong hulur itu kamu sayang sama aku?" tanya Micha dengan wajah polos.

Rafa menatap wajah gadis cantik didepannya dengan lekat.

"Mungkin,"

"Oke, nanti aku belajar ngomong huluf L!" Ujarnya penuh tekad.

Rafa tersenyum, lucu sekali temannya yang satu ini. Ia mengacak-acak rambut Micha.

"R bukan L," Koreksi Rafa.

***

Di sela-sela perjalanan mereka menuju tempat dimana buah jambu merah itu berada. Berkisar antara melewati 5 rumah dari rumah Rafa.

"Gimana kamu bisa kabur dari rumah?" Tanya Rafa penasaran.

Secara kan gadis didepannya memiliki tiga bodyguard yang siap siaga menjaganya selalu.

Micha tertawa mengingat apa yang dia lakukan pagi tadi. Tidak terbayang olehnya reaksi kedua ketiga abangnya itu saat mengetahui bahwa tidak ada orang didalam kamar.

"Hali ini kan minggu, jadi abang-abang aku tidulnya kesiangan. Meleka kan kebo." Ucap Micha menjelaskan di tengah perjalanan mereka.

Memang benar dihari minggu tak jarang abang-abang nya kesiangan. Alden setelah lembur berkutat dengan labtop dan tumpukan kertas. Begitu juga dengan si kembar yang mengerjakan tugas sekolah yang menumpuk akibat tidak dikerjakan.

Bermain game? Si kembar suka, namun mengatur waktu mereka dengan tepat. Semua itu ajaran dari Alden yang membuat mereka disiplin.

"Aku takut ketahuan deh, pulang aja yuk." Ajak Rafa, ia ragu misi mereka ini akan berhasil dan berjalan mulus. Kala melihat tinggi pohon jambu tersebut dari jarak dekat.

"Yess pagalnya nggak dikunci." Sorak Micha senang bukan main.

"Udah deh Lafa, jambu nya udah didepan kita tinggal ambil, bawa pulang udah selesai." Jelas Micha yang tak luput dari ratusan buah jambu yang bergelantungan.

"Ya udah, aku yang majat. Kamu kumpulin jambu-jambunya nanti." Rafa mulai menaiki pohon jambu itu dengan lincah dan memetik buahnya.

Untuk beberapa saat ini aman-aman saja. Semua berjalan sesuai rencana.

"Micha kamu bisa manjat ga?" Tanya Rafa dari atas pohon dan melihat kebawah.

Micha mendongak seraya mengumpulkan buah jambu mereka.

"Bisa tapi males," Jawabnya Jujur.

Rafa sedikit cemas. "Ayo manjat, " Ujarnya.

Micha mendongak ke atas lagi. "Kenapa? Kan kamu yang manjat." Tanya gadis itu bingung.

"Naik aja ga usah banyak tanya!" Tegas Rafa.

Gug!

Gug, gugug, gug!

Gug!

Teriakan anjing itu menggema ditelinga Micha. Anjing itu muncul dari samping rumah. Wajahnya berubah drastis. Rafa yang melihat anjing besar berwarna hitam dan putih itu berlalu ke arah Micha.

"Cepet Micha naik!" Ucap Rafa cemas.

"Nggak bisa Lafa."

"Gimana?"

Micha takut sekali, apa lagi suara anjing itu yang semakin mendekat.

Rafa mengulurkan tangannya dan membantu Micha menaiki pohon tersebut.

"Abang!!!"

"Lafa, sendal aku digigit anjing."

"Abang takut, abang."

"Abang tolong, Micha takut!!"

Tangan gadis bedarah bule itu berkeringat dingin, kaki dan tangannya juga gemetaran.

Mereka terus berteriak, hingga...

"MICHA!!!!!" Ketiga lelaki berparas tampan itu dengan kompak berteriak memanggil nama adik perempuan satu-satu nya mereka.








Micha and Brother [ENd✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang