21 (Farhan is Hurt)

190 47 4
                                    

Hari ini Farhan bersiap untuk pergi syuting untuk adegan paling menyeramkan. Farhan tahu bahwa almarhum Lala dan Lala yang saat ini masih hidup memiliki lokasi luka yang sama. Selain itu waktu kejadiannya juga hampir sama.

Awalnya ia merasa curiga dengan kebetulan ini, tapi semakin di pikiran ia malah membuat-buat faktanya sendiri. Dari pada memikirkan hal yang mustahil seperti itu, ia lebih memilih untuk menemani proses syuting Lala yang mungkin akan mengingatkannya pada saat ia di culik.

Saat ingin mengendarai mobilnya menuju lokasi syuting, ia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal yang menyuruhnya untuk datang ke Dufan kalau ia ingin mengetahui fakta tentang Lala.

Kecurigaannya selama ini akhirnya menemukan spekulasi lain selain dari otaknya sendiri. Ada orang lain yang mengetahui fakta yang sangat ingin Farhan ketahui selama ini. Ia langsung pergi ke Dufan, tapi orang ini seperti mempermainkannya. Ia menyuruh Farhan mencarinya di luasnya Dunia Fantasi ini.

Saat Farhan menemukannya, seorang pria yang terlihat seumuran dengannya sedang duduk di salah satu bangku yang ada disana. Pria itu memberitahu semuanya kepada Farhan, termasuk fakta tentang Dipta yang ingin membalas dendam dengan menyakiti Lala agar Areska menderita.

Mendengar itu, Farhan langsung menuju parkiran dan mendapat telepon dari Sherly yang memberitahu tentang kondisi Lala saat itu. Farhan langsung menancapkan gas menuju lokasi syuting, tapi sayang jalanan siang itu macet dan menghambat perjalanannya.

Sesampainya di lokasi syuting Lala sudah tidak ada bersamaan dengan hilangnya Dipta. Farhan menjadi semakin panik, bagaimana jika Dipta sudah mulai mejalankan rencananya?

Melihat Gilang yang sangat santai membuatnya merasa curiga. Dan benar saja, pria di Dufan adalah orang suruhan Gilang. Ia tidak paham dengan yang Gilang lakukan saat ini. Ia tidak mampu berpikir jernih karena takut kehilangan Lala lagi.

"Kenapa lo buat gue jauh dari Lala?!" Tanya Farhan

"Gue cuma bermaksud buat lo tau kebenarannya."

"Tapi situasinya ga kelihatan kayak gitu. Lo bisa kasi tau gue langsung Lang!"

"Gue takut lo nonjok muka gue yang udah hancur ini gegara Lala yang sempet mukulin gue pake tongkat golf. Nanti Irma ninggalin gue kan berat, lebih berat dari rindu."

Semuanya tidak menyangka dengan sikap Gilang yang kelewat santai. Mereka semua tahu Farhan sudah naik pitam sejak tadi, tapi kenapa Gilang tidak menyadari itu dan bersikap seperti ini? Pikir mereka.

Buk!

Satu pukulan mendarat di wajah Gilang. "Anying tetap kena juga ternyata," Kata Gilang sambil berdiri dari duduknya.

"Tenang Han! Gue udah pasang pelacak buat Lala! Jangan emosian gitu kenapa," Kata Gilang sambil mengotak-atik ponselnya.

"Maksud lo, lo udah tau Lala bakal di culik?" Tanya Sherly, Gilang pun mengangguk membuat semuanya memijat pelipis mereka frustrasi.

"Terus kalo lo tau kenapa lo diem doang?!" Teriak Angle

"Gagalin rencana Dipta gak jamin buat dia berhenti balas dendam. Dia bakal terus ngincar Lala. Kita harus buat dia merasa rencananya berhasil dan ringkus dia di akhir dan buat dia menyesal."

"Dengan mengorbankan Lala?" Kata Farhan lalu menggeleng dan mengambil ponsel Gilang kemudian pergi sendiri untuk mencari Lala.

Gilang berusaha menghentikan Farhan, tapi keras kepala Farhan sudah tidak tertolong. Farhan mengacaukan rencananya dan mungkin saja Lala akan terluka.

─o─

Lala terbangun disebuah mobil van yang sedang berjalan dan di pegangi oleh dua orang pria yang menculiknya. Di kursi penumpang ada Dipta yang fokus melihat jalanan yang entah tujuannya kemana.

"Lepasin gue!"

"Eh, udah bangun?"

"Lo mau apain gue? Lo mau bawa gue kemana?!" Teriak Lala membuat telinga dua pria di sebalahnya sakit.

Dipta memerintah dua pria itu untuk menutup mulut Lala dengan lakban karena bahaya jika orang-orang di luar mendengar suaranya. Ia juga menyuntikan bius kepada Lala agar tidak berulah dan membuat orang curiga dengan mobil yang bergoyang.

Sesampainya di lokasi tujuan, Lala di ikat disebuah kursi kayu. Rambut yang tadinya terikat rapi, kini tergerai berantakan. Saat terbangun ia melihat sebuah ruangan yang remang-remang. Mulutnya ditutup kain dan di hadapannya sudah ada Dipta dengan sarung tangan latexnya.

"Apa sandi hp lo?" Tanya Dipta, tapi Lala tak kunjung menjawab

"Gue mau telepon Areska dan kasi liat putri tersayangnya di siksa abis-abisan. Mungkin sukses buat serangan jantung." Dipta tak kunjung mendapat jawaban dari Lala.

Dipta pun tertawa saat menyadari kebodohannya yang lupa bahwa mulut Lala sedang di tutup kain. Dipta membukanya dengan kasar dan membuat mulut Lala terluka dibagian pinggirnya karena tersenggol tangan Dipta.

"Sampah lo! Lo pikir dengan ngelakuin ini bakal buat lo hidup dengan tenang? Lo hanya akan merasa bersalah Dipta! Asal lo tau aja, gue bukan Lala yang bodoh, yang jatuh cinta sama cowo kaya lo!"

"Lo ngerasa pinter sekarang?"

"Gue ga pernah bodoh! Lo aja yang ga bisa mengenal cewe yang cinta mati sama lo dulu dan gue yang gak pernah cinta sama lo!"

Kata-kata Lala membuatnya bingung. Lala berkata seakan ia bukanlah Lala yang Dipta maksud. "Lo kalo ngomong jangan muter-muter gitu. Gue gapaham," Kata Dipta dengan tatapan tajam.

"Lo aja yang bego!"

Hal itu membuat Dipta kesal dan berniat memukul Lala, tapi tangannya dihentikan oleh Farhan yang sudah tiba di lokasi berkat bantuan pelacak dari kalung yang Lala gunakan.

"Farhan?" Kata Lala terkejut dengan keberadaan Farhan

"Kok lo bisa ada disini?!"

"Ga penting! Berani-beraninya lo nyakitin Lala gue!" Kata Farhan lalu menyerang Dipta

Mereka terlibat perkelahian hebat. Lala khawatir karena Farhan tidak hebat dalam bela diri. Ia sudah dipukuli dan sangat terlihat jelas kalau ia akan kalah. Lala berusaha mepelaskan ikatannya hingga kursinya terjatuh.

Lala terus mengesot ke arah pisau yang ada di dekatnya. Tapi saat tangannya sudah berhasil mengambil pisau itu, Dipta merebutnya dan menusuk Farhan beberapa kali di bagian perut.

"Farhan!" Lala teriak sambil menitikkan air matanya.

Dipta dengan tangan yang berlumur darah mengambil suntikan bius di sakunya dan menyuntikannya pada Lala. Lala memberontak, tapi apalah daya dengan tubuhnya yang masih terikat kuat dengan kursi kayu itu.

Saat membawa Lala pergi dari lokasi itu, kalung yang Lala gunakan terlepas dan terjatuh disebelah Farhan yang merintih kesakitan. Beberapa menit kemudian Gilang, Ricky dan Shandy sampai di lokasi yang sama dengan Farhan berkat pelacak cadangan yang terpasang di ponsel Gilang yang satu lagi.

Mereka terkejut melihat Farhan tergeletak dengan beberapa luka tusuk di perutnya. Mengingat jalanan yang macet, lebih baik mereka memanggil ambulans dari pada membawa Farhan dengan mobil mereka sendiri.

Sesampainya di rumah sakit, Gilang menghubungi keluarga Farhan sementara Farhan harus melakukan operasi karena organ dalamnya juga terluka. Dokter bilang, kondisinya sangat buruk dan harus istirahat total sampai tubuhnya kembali pulih.

Di ruang ICU, Gilang menjenguk Farhan dengan raut wajah sedihnya. "Andai lo dengerin gue Han, mungkin Lala saat ini udah aman," Kata Gilang

Farhan yang tidak bisa melakukan apa-apa itu hanya meneteskan air matanya, bahkan ia sendiri tidak bisa membuka matanya. Takdir sangat jahat membiarkan ia mengalami hal drama seperti.














Padahal kemarin mintanya kehidupan drama, giliran udah dikasi malah bilng takdir jahat. (takdir disini maksudnya author ya) sa ae emng 😂

Di tunggu lanjutannya ya,
Jangan lupa vote dan komennya

See you in the next chapter
~babay ❤

Farla || Farhan UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang